#23 Sebuah Keinginan

10 2 0
                                    

Berjalan bersamamu adalah sebuah keinginan, namun memperhatikanmu adalah keharusan.

-Farhan Al Khalid-

*

*

Pemikiran Farhan sangatlah sederhana, karena menikah baginya adalah untuk menemaninya menjalankan ibadah bersama. Bersama seseorang yang bisa menemani satu sama lain, saling memberikan bantuan tatkala susah dan juga dapat saling diandalkan. Bak seperti bisnis memang, harus sama-sama diuntungkan. Tidak harus selalu melibatkan cinta, karena cinta itu adalah kata.

Farhan mengisinya dengan memilih untuk mencintai Atifa tanpa alasan, memberinya kasih sayang yang tulus, layaknya seseorang yang Farhan butuhkan. Lalu Farhan akan memperlakukan Atifa, sama seperti apa yang Atifa inginkan. Tidak menjadi masalah jika tidak cantik, karena bagi Farhan otak lah yang menjadi ukuran. Karena memiliki pasangan yang memiliki visi dan misi yang sama adalah keharusan baginya.

Tapi Farhan sangat beruntung, karena Atifa memiliki keduanya. Paras rupawan bak bidadari yang baru Farhan sadari, setelah halal baginya menikmati rupanya. Mata Farhan sampai tidak berkedip, ingin selalu memandangi Atifa setiap saat.

"Kenapa?" tanya Atifa curiga.

Kalimat tanya Atifa menyadarkan Farhan dari lamunan, Farhan seperti telah terhipnotis paras Atifa. Hingga tidak sadar jika Farhan mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Atifa yang chubby. Karena sudah terlanjur memegangnya, Farhan mengerakkan tangannya naik ke puncak kepala Atifa. Tentu saja sikap Farhan membuat Atifa memandang heran, mata Atifa yang bulat terbelalak tidak berkedip.

Farhan lantas mendekatkan tubuhnya, lalu melayangkan sebuah kecupan di dahi Atifa lagi. Seperti tidak sadar saat melakukannya, tidak seperti kemarin setelah menikah Farhan memang sengaja mencium kening Atifa, tapi entahlah apa yang telah Farhan lakukan sekarang. Farhan membuat wanita keras kepala ini menutup matanya, wajar saja karena sikap Farhan pasti sangat mengejutkan baginya.

"Buka matanya," perintah Farhan, saat Atifa tidak membuka matanya, bahkan setelah Farhan mengecup dahinya.

"Ah, maaf." kata Atifa setelah membuka mata.

Farhan bisa melihat jelas, bagaimana pipi Atifa memerah dan sikap Atifa yang langsung salah tingkah. Dan Farhan malah tersenyum kaku melihatnya, setelah apa yang Farhan lakukan pada Atifa.

"Apa ini semacam rutinitas?" tanya Atifa bingung.

Farhan terdiam sejenak, "iya, kamu harus terbiasa." kata Farhan tampak gugup.

"Sepertinya aku akan terbiasa," kata Atifa bisa menerima.

Karena faktanya ini untuk kedua kalinya Farhan mengecup kening Atifa, dan Atifa bilang akan terbiasa. Farhan akan mengecup keningnya setelah melaksanakan sholat, sepertinya itu bukan ide yang buruk, karena bisa menambah pahala mereka berdua.

Farhan mengangguk pelan, "Yasudah, ayo turun ke bawah." Farhan diguncang rasa malu, hingga ingin segara menjauh.

Farhan lantas berdiri untuk membuka pakaian Koko dan kain  sarung, karena di dalamnya Farhan memakai kaos dan celana.

"Tunggu aku," pinta Atifa panik, karena dia harus mengambil kerudungnya lebih dulu.

"Tungguin aku," rengek Atifa, karena Farhan tidak menjawab permintaanya.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang