*selamat membaca*
*
*
Wall dinding adalah sebuah tempat, yang biasa dikunjungi para pelukis hebat. Sebuah dinding terbentang luas, siapapun diperbolehkan untuk menuangkan kreatifitasnya. Salah satunya Atifa, karena sering sekali mengunjungi tempat itu. Walau kuliahnya di bidang sastra, tapi Atifa memiliki hobi menggambar. Saat ada wadah yang dapat ditorehkan tinta, Atifa pasti akan memanfaatkannya.
Itulah alasan Farhan menghadiahi Atifa sebuah dinding, yang sekarang Atifa sebut sebagai tempat kekuasaannya. Farhan tidak ingin melihat istrinya pergi ke luar rumah hanya untuk menggambar, jadi lebih baik menyiapkan wadahnya di dalam rumah. Begitulah pikir Farhan, sangat praktis. Tapi apalah daya, hobi adalah suatu kegiatan yang amat disukai.
Atifa lantas mengeluarkan alat perangnya, yang ternyata selalu Atifa bawa kemanapun pergi. Alat lukis itu langsung Atifa gunakan, lalu imajinasinya Atifa keluarkan di atas dinding yang bewarna putih luas. Seperti tidak ada hari esok aja, batin Farhan menggerutu. Farhan hanya bisa duduk manis, menyaksikan istrinya yang sedang asik bermain dengan kuas dan cat.
"Kenapa kamu semangat sekali." kata Farhan heran.
Farhan bukannya kecewa, hanya saja waktu semakin larut. Farhan tidak bisa terus menemani Atifa, tapi juga tidak bisa meninggalkan Atifa sendirian.
"Mood aku sedang baik saat ini, jadi aku gak mau menyia-nyiakannya." kata Atifa, sembari tetap fokus menggambar.
Farhan menghembuskan nafas berat, "Sedang baik?"
Tangan Atifa seketika berhenti, saat Farhan mengutip kalimat yang diucapnya barusan. Lalu Atifa membalikkan badannya, menatap suaminya yang sedang memperhatikannya.
"Melukis itu sama dengan bekerja," katanya tiba-tiba.
"Apa yang membuatnya sama?" tanya Farhan.
"Saat kepala kamu pusing, kamu gak bisa kerja dengan baik, bahkan berpikir pun gak bisa. Tapi saat suasana sedang bahagia, pikiran kamu jadi lebih fresh, lalu bisa menyelesaikan pekerjaan kamu." jelas Atifa mengutarakan pendapatnya.
"Kamu pandai sekali merangkai kata," kata Farhan, sembari tertawa kecil.
"Aku kan calon sarjana sastra." jawab Atifa bangga, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Lalu, apa yang kamu lakuin saat gak mood?" tanya Farhan penasaran.
"Aku?" Atifa berpikir sejenak.
"Apa kamu suka cerita?" sambar Farhan.
"Engga." jawab Atifa cepat.
"Aku gak suka cerita," tambah Atifa.
"Tapi kamu gak boleh sembunyiin apapun dari aku," kata Farhan tegas.
Atifa lantas menghentikkan aktivitasnya lagi, lalu menatap suaminya dengan membalikkan badannya. Tatapan Farhan sangat dalam, hingga membuat Atifa terdiam. Hening sesaat, hanya ada suara jangkrik malam yang terdengar. Tatapan kedua insan ini bertemu, diiringi beberapa momen ingatan datang.
"Apa kamu mengungkit janji yang pernah kita buat?" kata Atifa tersenyum tipis.
Ya, beberapa janji yang pernah terucap tatkala Farhan mencurigai Atifa sedang berpacaran dengan Gio. Saat itu mereka ingin belajar bersama, untuk saling mencintai dan memberi cinta. Saat itulah, semua perjanjian terucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tafsir Cinta
Teen FictionTafsir Cinta bercerita tentang dua insan yang tidak sengaja dipertemukan lalu di satukan. Makna cinta yang luas membuat mereka tidak memiliki tujuan yang sama, berusaha mempertahankan ego hanya demi sebuah alasan. Kepercayaan yang di taruh di pundak...