#31 Kepercayaan

12 1 0
                                        

*Selamat membaca*

*

*
"Ibu?" ucap Gio terkejut. Sang pemilik kampus datang, dengan muka merah padam.

"Apa yang kamu lakuin Gio?" hentaknya geram.

Menyadari akan mendapat hukuman, Gio tidak menutup pidato yang sekaligus menjadi tempat klarifikasinya. Gio malah berlari kencang, diikuti ibunya yang ingin menangkap anak nakalnya itu. Kejadian haru sekaligus tragis ini di saksikan semua mahasiswa di sini, termasuk Atifa yang bahkan tidak bisa berkata apa-apa.

Juga, ada salah seorang temannya yang tidak bisa mengerti sikap Gio. "Kan udah dibilang, jangan selesaiin ini sendiri."

Tapi di sini tetaplah Atifa yang terkejut, mendapati sambutan pagi hari yang sangat tidak menyenangkan ini. Gio yang dikenal pandai, namun ternyata begini caranya menyelesaikan dalam masalah. Justru ini malah menambah masalah bukan menyelesaikan masalah. Atifa malah semakin marah kepada Gio, merasa sudah tertipu dengan omongan manis Gio.

"Aku seharusnya gak percaya sama dia!" Atifa sangat kecewa.

Atifa memundurkan langkahnya, lalu membalikkan badannya. Menjauh dari tempat yang sumpek ini, sekaligus menjauh dari keramaian yang membuat Atifa terasa sesak. Dari semua orang yang mencari Atifa hari itu, tidak ada satupun yang bisa menemukan Atifa selain Gio. Gio seolah tahu kebiasaan Atifa, oh bukan. Bisa dibilang Gio sangat tahu Atifa seperti apa, karena kebiasaanya yang suka mencari tahu.

Karena kecintaanya terhadap Atifa, membuatnya mencari tahu secara detail sikap serta kesukaan dari seorang Atifa Syaquilla Ahmad. Di kampus ini terdapat kebun kecil, yang letaknya berada di pojok kampus, tepatnya di belakang ruang Uks. Saat itu Atifa mengetahui tata letak kampus ini, hingga nekat keluar jadi jendela hanya untuk duduk melamun di kebun kecil itu.

Banyak pohonan, yang menjadi tempat para kepompong bermetamorfosis. Sebelum menjadi kupu-kupu yang memiliki sayap yang indah, awal mulanya hanyalah telur yang menetas menjadi ulat (larva). Kupu-kupu melalui metamorfosis sempurna, mulai dari telur, ulat, pupa (kepompong), sampai wujud sempurna. Baru terlahirlah kupu-kupu cantik, yang dapat terbang bebas.

"Aku ingin sepertinya," kata Atifa saat melihat tumbuh kembang kupu-kupu.

Melihat kupu-kupu berproses hingga tumbuh dewasa, mengingatkan Atifa pada dirinya sendiri. Atifa sedang berproses untuk menjadi dewasa, dengan ujian yang sungguh luar biasa.

"Akhirnya kita ketemu." kata seseorang senang.

"Pergi dari sini!" usir Atifa cepat, tanpa melihat siapa yang datang.

Karena tidak ada yang tahu tempat ini, selain Atifa dan Gio. Atifa tidak menghiraukan ucapan orang lain adalah yang biasa Gio lakukan. Tapi Gio malah duduk bersimpuh divhadapan Atifa yang sedang lusuh, duduk di rumput yang tidak bersih dengan pandangan mata yang terus menatap sebuah kepompong.

"Aku bakal bertanggung jawab." kata Gio tegas.

"Kamu memang harus bertanggung jawab, jika habis berbuat salah," ucap Atifa datar.

"Aku mau bertanggung jawab bukan karena aku telah berbuat salah," elak Gio memahami ucapan Atifa.

"Apa kamu pikir aku yang nyebarin poto itu?" tanya Gio, memastikan Atifa tidak salah mengerti.

Atifa terdiam, dengan tatapan yang tetap fokus memandangi ulat itu.

"Kamu tau kan, aku ke sana gak sendirian. Aku gak segila itu Atifa, karena itu sama aja mempermalukan diri aku sendiri," katanya memperjelas.

Dan memang benar katanya, Atifa juga melihatnya sendiri. Bahwa semua keluarga Gio ada di sana saat itu, jadi pertemuan mereka bisa disimpulkan sebuah kebetulan. Lalu siapa pelaku yang telah tega memfitnah mereka berdua dan apa alasannya? Memikirkannya saja sudah membuat kepala Atifa sakit, hingga tidak sanggup berpikir lagi.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang