#13 Hari Pembalasan

4 2 0
                                    

-Tafsir Cinta-

*

*

"Aku gak mau,"

"Aku mohon, aku gak mau."

"Aku gamau!!!" teriak Atifa, terbangun dari mimpi buruknya.

Deru nafas Atifa memburu seperti habis lari maraton, lalu keringat mengucur mulus di pelipis Atifa. Ketakutan Atifa kini semakin bertambah, membuat Atifa seperti wanita yang lemah. Astaga, kejadian hari ini terus terngiang-ngiang hingga terbawa mimpi. Tanpa ijin air mata Atifa meluncur bebas, membasahi pipi cabi milik wanita keras kepala ini.

"Awas kamu ya!" geram Atifa, rasanya ingin sekali membalas perbuatan pria tidak berperasaan itu.

Tangan Atifa meraih tisu, di atas meja yang berada di dekat ranjang tidurnya. Tisu yang akan Atifa gunakan untuk menghapus air matanya, lalu Atifa melemparnya hingga tepat masuk ke dalam tempat sampah yang berada setengah meter dari tempat tidur. Dering ponsel Atifa berbunyi, sontak Atifa mengambilnya untuk memeriksanya.

Terdapat banyak notif pesan, karena Atifa tidak pernah membuka pesan kecuali pesan yang dikirim keluarganya atau Vanesha saja. Sisanya tidak pernah Atifa buka, karena tidak tertarik untuk melihatnya. Namun notif paling atas menarik perhatian Atifa, lalu tanpa berpikir panjang Atifa membuka dan membacanya.

Pesan romantis dikirimkan dari seseorang, namun saat membacanya hampir membuat Atifa muntah apa lagi untuk membalasnya. Atifa menutup kembali pesannya, hendak menaruh ponselnya kembali. Namun sesuatu terlintas di kepala Atifa begitu saja, hingga Atifa mengehentikkan aktivitasnya lalu kembali membuka pesan yang telah dia buka itu.

"Kayanya ini seru, gimana kalo besok aku coba," ucap Atifa pada dirinya sendiri.

Atifa berpikir ingin melakukan sesuatu yang seru, pikirnya ini akan menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Hingga Atifa sangat menantikan momen ini, sampai tidur pun terbayang apa yang akan Atifa lakukan.

***

Mobil mewah yang dikendarai pria tampan telah tiba di tempat yang ia tuju, kali ini ia tidak membawa pengawal. Datang seorang diri, dan memberanikan diri untuk pamit undur diri. Kedatangannya yang tidak disambut seperti kemarin membuat ia sedikit menaruh rasa curiga, ia pun sengaja tidak turun dulu dari mobil berpikir pemilik rumah akan berlari dan menghampirinya.

Namun setelah ditunggu beberapa menit tak juga kunjung datang juga, membuatnya menyerah dan keluar berjalan menuju pintu masuk. Farhan merasa penuh rasa percaya diri karena sang pemilik rumah pasti sangat menyambutnya dengan hangat, hingga ada rasa senang yang tidak dipalsukan.

"Assalamu'alaikum," ucapnya sopan.

"Wa'alaikumsalam," jawab sang pemilik rumah membukakan pintu.

Senyuman hangat menyambut Farhan, diiringi tangan yang menyalami. Wanita yang sudah seperti ibunya itu tampak senang saat melihat kedatangannya, lalu si bungsu pun berlari menghampiri seseorang yang sudah dianggapnya seperti kakanya sendiri.

"Ayo, masuk dulu. Atifa nya belum rapi," ucap Mama Naya.

"Belum rapi? Ko tumben Tante," heran Farhan, karena biasanya Atifa sudah rapi saat Farhan tiba.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang