#46 Mengutarakan

3 1 0
                                    

*Tafsir Cinta*

*

*

"Assalaamu'alaikum waa rahmatullah," ucap Farhan.

"Assalaamu'alaikum waa rahmatullah," sahut Atifa.

"Astagfirullahal'adziim, astagfirullahal'adziim ..." Farhan memulai dzikir.

Pagi hari selalu diawali salat subuh berjama'ah, di momen-momen seperti ini lah yang selalu membuat jantung Atifa berdebar. Tatkala bibir lembut Farhan, menyentuh kening halus atifa. Walau ini bukan pertama kalinya, tapi seakan selalu jadi yang pertama kalinya bagi Atifa. Rasa deg-degan selalu Atifa rasakan, padahal hal itu sudah jadi kebiasaan.

Selepas dzikir dan berdoa, Farhan membalikkan badannya menghadap Atifa. Wajah sayu Atifa menarik perhatian Farhan, saat Atifa hendak salaman tangan Farhan langsung memegang wajah Atifa. Garis hitam di bawah mata Atifa yang paling menarik perhatiannya.

"Semalam kamu gak bisa tidur ya?" tanya Farhan.

"Em," jawab Atifa singkat.

"Jangan terus dipikirin, nanti kamu bisa sakit." kata Farhan prihatin.

"Aku gak lagi mikirin soal anak," elak Atifa.

"Emangnya aku bilang masalah itu?" tanya Farhan tegas.

"Ah, aku lagi gak mau berdebat." lirih Atifa lemas, Atifa menurunkan manik matanya. Sebab tangan Farhan masih memegang wajahnya, lalu tatapannya itu membuat Atifa tidak sanggup melihatnya.

"Kamu pasti menang, percaya sama aku." kata Farhan menyemangati.

"Semoga aja," kata Atifa tidak percaya diri.

"Tatap aku," perintah Farhan.

Atifa memberanikan diri mengangkat bola matanya, lalu menatap manik mata Farhan.

"Tutup mata kamu," perintah Farhan seperkian detik.

"Ha?" kata Atifa terkejut.

Barusan Atifa diminta menatap mata Farhan, tapi belum semenit menatap Farhan malah meminta Atifa untuk menutup matanya. Siapa yang tidak bingung? Atifa masih terdiam, dengan mata terbelalak penuh. Namun wajah Farhan tiba-tiba mendekatinya, jarak mereka semakin dekat hingga bisa merasakan tarikan nafas masing-masing. Jarak tatapan mereka juga semakin dekat, hingga bisa melihat pupil mata yang membesar.

Farhan semakin mendekatkan wajahnya lagi lalu, cup! Farhan melayangkan ciuman di pipi Atifa. Atifa yang masih bingung dengan ucapan Farhan, kini semakin bertambah bingung dengan aksi Farhan. Spontan Atifa menutup matanya, juga tangannya ikut menutupi wajahnya. Karena sudah dipastikan, saat ini pipinya pasti sudah merah merona. Bukannya bersalah, Farhan malah tersenyum melihat sikap Atifa.

Dan tanpa beban Farhan malah berkata, "Aku mau rapi-rapi dulu ya," kata Farhan sembari mengusap lembut kepala Atifa lalu. Cup! Kini giliran kening atifa yang sudah menjadi rutinitas selepas salat.

Atifa terdiam tidak menjawab ucapan Farhan. Dirinya masih merasa malu, hingga masih menutupi wajahnya dengan tangan. Saat tidak mendengar pergerakan lagi, karena sepertinya Farhan sudah turun ke bawah. Perlahan Atifa menurunkan tangannya, lalu berhenti di pipi dan menutupinya.

"Kenapa malah dua kali," kata Atifa bingung tapi senang.

Namun hati Atifa tidak bisa berbohong, aksi Farhan meruntuhkan tembok pertahanan Atifa. Senyuman pun terlukis lepas, bahkan sulit sekali dikendalikan. Matanya yang mengantuk pun seolah kalah dengan perasaan bahagianya. Farhan selalu bisa menaik turunkan perasaan Atifa, karena begitu mudahnya dia meluluhkan hati Atifa.


Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang