#41 Yang Tersimpan

3 1 0
                                    

*Tafsir Cinta*

*

*

"Atifa, kamu kenapa?" ucap Gio histeris setelah berlari menghampiri, saat Gio berhasil membelah kerumunan.

Atifa tengah terbaring tidak sadarkan diri, di tengah kerumunan orang yang langsung mengerumuni.

"Tolong buka matanya," pinta Gio panik.

"Bangun tifa,"

"Atifa,"

"Tifa," Gio terus memanggil nama Atifa.

"Tolongin Kaka aku ka," lirih seseorang anak kecil yang sedang bersimpuh di samping Atifa.

Walaupun tidak pernah bertemu, tapi Gio tau bahwa Atifa memiliki seorang adik perempuan. Jadi Gio langsung mengenali, bahwa anak kecil ini adalah adik Atifa.

"Kamu tenang aja, Kaka pasti bantu Kaka kamu." kata Gio berusaha menenangkan Syifa yang terus menangis.

"Ayo bawa dia ke rumah sakit dulu, gua udah siapin mobilnya," kata Irpan yang baru datang menghampiri.

Ternyata Irpan langsung membantu dengan menyiapkan sebuah mobil, walau awalnya Irpan tampak acuh. Tapi sebenarnya Irpan bukanlah tipe orang yang kejam dan Gio paham betul soal itu.

"Ayo," kata Gio yang langsung mengangkat Atifa.

Atifa langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan, selama Atifa di periksa Gio setia menunggu di luar ruangan. Gio mengetahui segalanya tentang Atifa, bahkan apa yang terjadi padanya saat ini. Karena ini bukan pertama kalinya Gio melihat Atifa pingsan di tengah kerumunan, pada saat itu Gio juga ada saat hal serupa terjadi pada Atifa.

Kesehatan Atifa selalu membuat Gio sangat khawatir, karena tidak ada obat yang ampuh selain dirinya sendiri. Tapi sedangkan Atifa sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, karena orang di sekitarnya menyembunyikan penyakit Panick Attack yang di derita oleh Atifa.

"Gimana keadaan Atifa?" tanya Gio cepat, tatkala dokter keluar dari ruangan.

"Apa kamu udah tau soal ini?" tanya balik sang dokter.

"Iya, Gio tau om," jujur Gio.

Dokter yang merawat Atifa adalah paman dari Gio, Gio sengaja membawa Atifa ke rumah sakit tempat keluarganya bekerja.

"Dia juga udah tau, saat ini dia pasti sangat terkejut. Lebih baik beri dia waktu untuk sendiri," saran Om Rais.

"Baik om," mengerti Gio.

Gio mengerang kesal menjambak rambutnya sendiri, Gio merasa kesal pada dirinya yang malah ikut menyembunyikan penyakit Atifa. Pada saat itu yang dipikirkan Gio adalah kesehatan Atifa, tanpa berpikir panjang jika ini akan lebih menyakitinya. Langkah kaki terdengar tengah berlari ke tempat di mana Gio sedang berdiri, lalu pria bertubuh tinggi langsung menghampiri.

Seseorang yang tidak bisa di sebut lawan oleh Gio, karena mereka sedang tidak bertarung. Kalaupun sedang bertarung, tetaplah pria ini yang jadi pemenangnya.

"Gimana kondisi Atifa?" tanya Farhan khawatir.

"Masuk aja, tanya langsung ke Atifa." jawab Gio malas.

Ucapan Gio terdengar menyebalkan, namun ini bukan saatnya berdebat. Farhan lantas masuk ke dalam kamar, Farhan menjadi orang pertama yang mengunjungi Atifa karena Gio sendiripun bahkan tidak sanggup menemuinya saat ini. Gadis kecil yang tadi di bawa oleh Irpan kini kembali membawa kaka iparnya, sudah dipastikan Syifa yang menelpon Farhan untuk datang.

"Tenang aja, kaka kamu baik-baik aja." kaya Gio mengusap lembut kepala Syifa.

Sedikit informasi dari Gio membuat Syifa sedikit merasa tenang, lalu menghentikkan air matanya yang sedari tadi terjatuh.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang