#7 Sudut Pandang

14 2 0
                                        

Sifat seseorang yang hangat,
hadir di hadapan orang yang
dapat melihatnya.

*

*

Karena Atifa tidur di kamarnya, mau tidak mau sang pemilik kamar harus keluar dari kamarmya. Setelah perselisihan tadi, mereka tidak ada waktu untuk berbicara berdua bahkan untuk sekedae menjelaskan kesalahpahaman. Atifa diguncang rasa tidak enak hati kepadanya, juga karena telah merepotkannya.

Ada kaca yang menyatu dengan lemari maju, Atifa memandangi wajah Farhan dari bayangan cermin. Ekspresi dingin, tegas, sangat menonjol di wajahnya. Atifa sampai tidak berkedip melihatnya, namun aktivitasnya terhenti saat manik mata Farhan melihat wajah Atifa di cermin. Tapi sikapnya tetep cuek dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

"Kamu tidur di mana?" tanya Atifa berusaha membuka obrolan.

"Kamar tamu," jawab Farhan tanpa menatap Atifa.

Setelah mendapatkan apa yang Farhan cari. Farhan berjalan menuju pintu, lalu lengan kanannya meraih knop pintu hendak menutupnya.

"Aku sama sekali gak keberatan ko kalo mau tukeran kamar," ucap Atifa menghentikan aktivitas Farhan.

"Kamu yakin?" tanya Farhan terlihat ragu.

"Kamar tamu ada di bagian belakang rumah ini, bener kamu sama sekali gak keberatan?" jelas Farhan.

Atifa menelan saliva kasar, saat mendengar lokasi kamar tamu. Bulu kuduk Atifa ikut bangun merinding, sebab Atifa termasuk orang yang penakut. Terlebih lagi ini tempat asing bagi Atifa, bagaimana jika ada sesuatu yang Atifa tidak tahu. Pikir Atifa.

"Aku yakin," ucap Atifa sok berani, tapi terlihat wajahnya yang sedikit tegang.

Farhan yang melihat itu berdecak lucu sambil melempar senyuman licik, lalu memutar knop pintu.

"Selamat malam," ucapnya lalu, menutup pintu kamar.

"Aku beneran berani ko," kata Atifa sedikit berteriak, namun tidak dihiraukan oleh Farhan yang sudah menghilang dari balik pintu.

"Is, nyebelin banget," gerutu Atifa kesal.

Atifa membaringkan tubuhnya, lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya. Atifa selalu melakukan seperti itu saat merasa takut, Atif lebih baik ada di tempat gelap dari pada terang tapi membuat dia terbayang-bayang sesuatu yang mengerikan. Walaupun Atifa takut gelap, tapi jika takut seketika Atifa lebih menyukai gelap.

Sedari tadi Atifa risau memikirkan hal-hal yang tidak perlu dia pikiran, sehingga Atifa pikir tidak bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Tapi nyatanya, Atifa langsung tidur nyenyak saat memejamkan mata. Sepertinya, pingsan seharian belum cukup bagi Atifa.

***

Suasana kediaman Al Khalid semakin berwarna, sejak kedatangan Atifa. Sarapan pagi yang biasanya hanya tersaji secangkir susu, dengan roti selai di meja makan. Tapi kini segala macam menu sarapan pagi tersaji, dari roti goreng hingga nasi goreng, segelas susu hingga jus. Bagi Farhan semua ini terlalu berlebihan, ditambah ibu yang akhir-akhir ini suka ke dapur sekarang semakin sibuk di dapur.

Wanita berusia tiga puluhan itu sedang memakai celemek dan sodet yang terus berada di genggamannya. Secangkir teh yang sudah di sajikan, untuk putra semata wayangnya yang sedang melihat aksinya di dapur itu. Farhan terus memperhatikan ibunya tanpa berkata apapun. Tidak lama sang bintang pun turun dari kamarnya, mengenakan kaos pajang yang sudah dipastikan itu baju milik Farhan.

Tafsir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang