Chapter 2
Akabane Karma adalah anak yang kuat. Gakushuu tahu itu sejak pertama kali dia melihatnya. Seorang remaja bersurai merah dengan manik merkuri. Matanya memiliki kilatan nakal yang menyenangkan juga bibir yang selalu menyunggingkan seringai sombong. Remaja itu penuh semangat dan percaya diri. Tetapi ketika dia kembali bertemu dengan remaja itu setelah hampir setahun menghilang, Gakushuu tahu ada yang tidak beres. Kilatan nakal di matanya masih ada dan bibirnya masih menyunggingkan seringai. Namun ada sesuatu yang hilang darinya. Sesuatu yang membuat Akabane Karma menjadi Akabane Karma.
Lalu dia melihat remaja itu jatuh. Tepat saat dia dan teman-teman sekelasnya sedang merayakan kemenangan mereka. Seorang Akabane Karma—remaja yang sanggup memukuli kakak kelas dan guru mereka—jatuh pingsan di tengah lapangan setelah berhasil mengalahkan tim baseball kebanggaan SMP Kunugigaoka.
Gakushuu tak tahu apa yang terjadi padanya, tetapi Karma nampaknya tidak baik-baik saja. Seorang pria menghampiri anak-anak kelas E, mengatakan sesuatu lalu membawa Karma pergi. Murid kelas E yang lain mengikuti. Mereka terlihat sangat khawatir namun juga bingung di saat yang bersamaan.
Bagi Gakushuu, semua terjadi begitu cepat. Dia bahkan belum bisa mencerna apa yang terjadi saat suasana hening di sekitarnya berganti kembali menjadi keributan. Bukan seperti Gakushuu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Pikirannya masih berputar pada sosok Karma yang jatuh pingsan begitu saja. Dia tahu ada sesuatu yang terjadi pada remaja itu.
.
.
.
Sampai penghujung hari itu, Gakushuu masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Akabane Karma. Dia hanya mendengar sepintas pembicaraan beberapa murid tentang sang remaja bersurai merah itu. Mereka mengatakan jika dia mengidap suatu penyakit. Sebagian yang mereka katakan adalah omong kosong yang tak akan Gakushuu percayai. Namun berita tentang Akabane Karma yang mengidap suatu penyakit sampai membuatnya jatuh pingsan benar-benar menarik perhatiannya. Penyakit seperti apa yang mungkin dia derita?
Apakah itu yang menjadi alasan Karma menghilang selama ini?
Dan jika memang begitu, Gakushu kembali dibuat bingung oleh dirinya sendiri.
Mengapa dia peduli pada Karma?
Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya hingga dia pulang ke rumah.
Tepat saat waktu makan malam, Gakushuu terkejut mendapati Ayahnya juga berada di ruang makan dan sedang membaca sesuatu di laptopnya. Padahal dia selalu makan malam di luar bersama rekan bisnisnya dan tak akan pulang sampai jam 9 malam. Saat Gakushuu mendekat, sang Ayah menyapa nya tanpa meliriknya. Gakushuu hanya membalas dengan singkat karena jujur saja dia enggan berhadapan dengan sang Ayah.
Gakuhou adalah pria gila. Gakushuu bahkan tak tahu mengapa Ibunya bisa jatuh cinta pada pria seperti itu. Tetapi bagaimanapun, Gakuhou tetaplah ayahnya dan dia memiliki setengah darah pria itu di dalam dirinya. Juga, dia masih harus terjebak dengan Gakuhou sampai dia masuk perguruan tinggi. Betapa hebat kehidupannya.
Makan malam berlangsung hening. Tak ada yang berbicara dan hanya ada suara dentingan lembut dari alat makan. Saat Gakushuu telah selesai dengan hidangannya dan berniat untuk kembali ke kamarnya, sang ayah mengatakan sesuatu yang menarik perhatiannya.
“Akabane-kun, murid yang pingsan tadi, dia dikirim ke rumah sakit lagi tadi.”
Lagi?
“Maafkan saya, tetapi apakah anda mengatakan, ‘lagi’?”
“Ya, kau mendengarku dengan baik. Hampir setahun yang lalu orang tuanya datang dan meminta ijin agar dia tetap menjadi murid Kunugigaoka namun tak mengikuti pembelajaran seperti murid-murid lainnya. Setiap ujian akan dikirim ke rumah sakit tempatnya di rawat untuk dia kerjakan. Dan karena nilai-nilainya selalu baik-baik saja, aku merasa tak ada yang salah dengan membiarkan dia tetap menjadi murid Kunugigaoka. Beberapa minggu lalu orang tuanya meminta agar dia kembali bersekolah seperti biasa. Karena nilainya selalu bagus, aku tak melihat hal yang salah tentang itu.”
Akabane Karma memang dirawat di rumah sakit selama ini.
“Tetapi sepertinya dia akan kembali berada di rumah sakit untuk waktu yang lama. Sungguh disayangkan. Dia anak yang cerdas dan berbakat.”
Gakushuu tak tahu apakah Ayahnya sengaja mengatakan hal itu untuk membuat dirinya cemburu atau tidak. Dia tak begitu memikirkannya. Hal yang ada di pikirannya saat ini adalah seorang remaja seusianya yang memiliki seringai sombong setiap kali menghadapinya dan tatapan nakal pada manik merkurinya. Dia masih tidak bisa membayangkan Karma harus menjalani pengobatan yang begitu lama untuk penyakitnya.
Karena Gakuhou tak lagi mengatakan sesuatu, Gakushuu segera undur diri ke kamarnya. Dia duduk diam di tepi tempat tidurnya sambil berpikir. Mengingat kembali Akabane Karma yang dilihatnya di lapangan hari ini.
Kini dia tahu apa yang hilang dari remaja itu.
Akabane Karma telah kehilangan semangatnya karena apapun itu.
Tbc~
04 Desember 2022