Bagian 50

108 8 4
                                    

"Ini tidak adil." Rengek Karma. Remaja bermarga Akabane itu sedang berguling-guling di atas tempat tidur Gakushuu dan hanya membuat tempat tidurnya yang telah dia rapikan pagi ini menjadi berantakan, "Mengapa tempat tidurmu terasa begitu nyaman? Kasurnya sangat empuk dan selimutnya hangat juga harum. Katakan padaku, Gakushuu-kun. Sabun jenis apa yang kau gunakan sampai selimutmu berbau sangat harum?"

Gakushuu harus menahan dirinya untuk memutar mata. Serahkan semua pada Karma untuk membuat pembahasan apapun menjadi begitu menyebalkan. Kini Gakushuu mempertanyakan keputusannya membawa Karma ke rumahnya. Mereka harusnya hanya bermain game di rumah Karma. Lagi pula Karma memiliki peralatan bermain game yang lengkap tidak seperti di rumah Gakushuu. Sekarang dia terjebak di kamarnya sendiri dengan Karma yang merengek sambil mengacak-acak kamarnya.

"Berhenti membuat tempat tidurku menjadi berantakan, Ak-Karma. Aku tidak menghabiskan waktuku merapikannya hanya untuk kau datang dan membuatnya berantakan."

Gakushuu mendengar Karma mendengus sebelum kembali berguling-guling. Kali ini dia menarik-narik selimut Gakushuu bahkan melempar beberapa bantal ke lantai dalam prosesnya. Lupakan saja. Gakushuu tahu Karma tak akan mungkin mau mendengarkan apa yang dia katakan. Karenanya dia memilih membiarkan Karma melakukan apapun yang dia sukai di tempat tidurnya sementara Gakushuu beranjak ke meja belajarnya untuk membereskan kekacauan yang dia sebabkan sebelum datang ke rumah Karma.

Dia bekerja dalam diam sambil mendengarkan Karma menggerutu mengenai selimut Gakushuu yang walau berbau sangat harum dan nyaman tetaplah barang kepunyaan Gakushuu. Entah mengapa Gakushuu curiga Karma memiliki keinginan untuk mencuri selimutnya jika Gakushuu tidak ada di ruang yang sama dengannya. Sungguh pemikiran yang konyol.

"Gakushuu-kun, apa kau kau tahu tentang lagenda pedang di batu?" Tanya Karma tiba-tiba.

Gakushuu menoleh untuk menemukan Karma berbaring seperti bintang laut di atas tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamar Gakushuu dengan tatapan melamun. Apa yang terjadi dengan sesi berguling-guling di atas tempat tidur Gakushuu?

"Ya, pedang yang ada di dalam lagenda arthurian bukan?"

"En. Pedang di batu yang hanya bisa ditarik oleh raja sejati. Aku memikirkan sesuatu yang serupa tetapi berbeda."

"Oh? Apa yang kau pikirkan?"

"Bagaimana jika bukan menarik pedang melainkan menancapkan pedang?"

Kening Gakushuu mengernyit. Karma masih mengamati langit-langit dengan begitu fokus. Sampai membuat Gakushuu ikut melirik mana tau dia paham dengan apa yang ditatap Karma sebegitu intensnya. Tetapi dia tak menemukan apapun.

"Mengapa menancapkan pedang?"

"Ya bayangkan saja. Kau menancapkan pedangnya dan akan memberimu hadiah. Pedang itu seperti kunci. Di dalam lagenda kau harus menariknya untuk mengetahui hadiahnya. Tetapi bukankah jauh lebih menarik jika kau menancapkannya dan mendapatkan hadiah?"

Gakushuu memberikan gelengan kecil pada Karma, "Aku tak mengerti pola pikirmu."

Karma mendengus, pada saat itu dia mengalihkan pandangannya pada Gakushuu dan mereka saling menatap untuk beberapa saat. Yang pertama memutus kontak adalah Karma. Dia kembali menatap langit-langit dengan tatapan melamun, "Hanya bayangkan saja, Gakushuu-kun. Untuk mendapatkan hadiahnya, kau harus mencari pedang yang cocok dengan batu tersebut. Anggaplah batu itu peti harta karunnya dan pedang adalah kuncinya. Tanpa kunci, kau tak akan bisa membuka peti. Ini seperti petualangan mencari kunci yang tepat."

"Terdengar membosankan."

"Itu karena kau tak tahu caranya bersenang-senang, Gakushuu-kun."

Gakushuu hanya mendengus tak senang. Mereka sudah melakukan percakapan ini berkali-kali dan Gakushuu selalu saja berakhir sebagai pihak yang salah karena Karma tak mau pendapatnya dianggap salah. Langkah terbaik untuk menghindari perdebatan itu adalah membiarkan Karma berceloteh semaunya.

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang