Bagian 13

192 28 3
                                    

Saat Karma masih berusia 6 tahun, Ibunya pernah bertanya dia ingin menjadi apa saat dirinya dewasa. Sebagai seorang anak, Karma menjawab dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Dia berkata dia ingin menjadi pahlawan super yang bisa melindungi dan menyelamatkan banyak orang.

Walau demikian, keinginan Karma saat ini hanyalah sebuah keinginan sederhana. Dia ingin hidup sehat, tidak ingin sakit lagi, minum obat, disuntik dan berbaring di ranjang rumah sakit tanpa henti, juga dia ingin berhenti membuat orang tua nya khawatir. Dia tak suka melihat Ibunya menangis atau bagaimana Ayahnya dengan mata berkaca-kaca masih berusaha tetap kuat sambil memeluk sang Ibu.

Saat Karma terbangun kembali di rumah sakit, dia sudah tahu ada yang tak beres dengan keadaannya. Tubuhnya terasa sangat lemah dan lelah. Ada selang infus terpasang di tangannya dan masker oksigen di wajahnya. Karma ingin tetap terjaga untuk menunggu Ayah dan Ibunya kembali, tetapi tubuhnya terlalu lelah dan matanya tanpa sadar kembali menutup.

Ketika dia bangun lagi, dia bisa mendengar suara isakan pelan dari sang Ibu. Karma tak membuat suara apapun, hanya diam-diam menatap Ibunya yang kini tengah menangis di pelukan sang Ayah. Seburuk itu kah keadaannya?

Sepertinya Karma kembali tertidur karena saat dia membuka matanya lagi, hanya tersisa sang Ayah yang sedang duduk di samping tempat tidur. Pria itu hanya diam dan matanya memandang kosong kekejauhan. Akabane Hitoshi adalah seorang pebisnis muda yang sukses. Usianya baru 37 tahun. Dia selalu tampil menawan dan terawat. Tetapi yang Karma lihat saat ini Ayahnya nampak seperti seorang pria akhir 40-an yang telah menjalani kehidupan yang berat.

"Ah? Kau sudah bangun, Karma-kun." Ayahnya memberi sebuah senyuman. Tetapi senyuman itu terlihat sangat dipaksakan.

"Ibumu sudah pulang ke rumah. Dia berkata ingin memasak makanan kesukaanmu karena makanan di rumah sakit pasti kurang enak." Karma tahu Ayahanya sedang berusaha untuk tampil baik-baik saja di hadapannya. Pria itu bahkan tertawa tanpa nada humor dalam suaranya.

Karma tak mengatakan apapun. Selain fakta tubuhnya masih sangat lemah juga tenggorokannya yang sakit, dia juga tak ingin mengatakan apapun.

"Ayah tahu apa yang sedang kau pikirkan. Ujian Tengah Semester semakin dekat, karena itu kami sudah meminta ijin dokter agar kau keluar beberapa hari sebelum ujian. Mereka memang memaksa agar kau tinggal di rumah sakit agar mempermudah pengawasan, namun Ayah dan Ibu tahu jika kau tak suka disini."

Yang Karma lakukan hanyalah mengangguk kecil sebagai ucapan terima kasih. Kemudian dia merasakan tangan sang Ayah mengusap rambutnya. Pria itu tersenyum penuh kasih sayang padanya. Namun matanya hanya memiliki kesedihan di dalamnya.

..

Beberapa hari sebelum Ujian Tengah Semester dimulai, Karma akhirnya dipulangkan ke rumahnya. Dari tatapan dokter dan perawat yang dilayangkan pada Karma, dia tahu seharusnya dia tak keluar dari rumah sakit. Dia sangat tahu jika seharusnya dia tetap menjalani rangkaian pengobatan yang entah kapan berakhir.

Ayah dan Ibunya ada bersamanya ketika dia keluar dari rumah sakit. Sang Ibu memeluknya dengan hangat dan dia bersandar pada pundak sang Ibu sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Karma terus memandang keluar jendela mobil seakan dia sedang menikmati pemandangan yang bergerak di luar, tetapi yang sedari tadi di tatapnya adalah pantulan wajahnya pada kaca jendela mobiil. Wajahnya yang sangat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Bibirnya kering dan tanpa warna. Siapapun yang melihatnya akan tahu jika dirinya sedang menderita sebuah penyakit.

Dia nampak menyedihkan.

Jujur saja Karma tak memiliki semangat untuk apapun lagi sekarang. Semua semangat dan ambisi yang dia miliki sebelumnya tiba-tiba menghilang ketika dia harus kembali menjalani rutinitas rumah sakitnya yang memuakkan. Dia lelah. Dia tak ingin lagi berjuang. Kata menyerah terasa sangat menggiurkan untuk dirangkul.

Dan kematian terdengar tidak terlalu buruk sekarang.

Itu seperti tertidur namun tak pernah membuka matamu lagi.

Tak masalah.

Berada kembali di kamarnya, Karma hanya bisa menatap tanpa emosi pada tumpukan buku-bukunya. Dia telah berusaha belajar untuk memenangkan taruhannya dan Gakushuu. Dia sangat ingin menang dari remaja lainnya. Namun sekarang dia mempertanyakan alasannya. Mengapa dia ingin menang? Tidak seperti dia bisa terlepas dari penyakitnya.

Karma menggigit bibir bawahnya saat dia merasakan panas pada kedua matanya. Remaja berambut merah itu meraih bantalnya dan memeluknya dengan erat. Wajahnya dia tekan pada bantal dalam pelukannya untuk meredam suara isakannya.

..

Karma menyelesaikan soalnya jauh lebih cepat dibanding teman-temannya. Dia tahu jika soal yang diberikan telah berubah dari kisi-kisi yang disiapkan selama ini. Mereka sengaja mengubah soal agar anak-anak kelas 3-E tidak mampu menjawabnya. Ini pasti mereka lakukan agar membuat kelas 3-E sadar jika mereka hanyalah sekumpulan anak-anak bodoh yang tak mungkin bisa menyaingi anak-anak dari gedung utama.

Namun Karma tidak menemukan masalah dalam menyelesaikan soal-soal itu. Sungguh sangat disayangkan bagi para pembuat soal. Karma tersenyum ringan saat memikirkan wajah bengkok dari guru-guru yang memeriksa hasil ujiannya. Mereka pasti kesal dan tak percaya dia masih mampu untuk menjawab pertanyaan mereka.

Karma berhenti sejenak dan melirik ke kiri juga ke kanan untuk melihat dimana dia berada saat ini. Dia berada di Taman utama SMP Kunugigaoka. Taman Kunugigaoka terbagi ke beberapa tempat dan yang paling besar di antaranya adalah taman utama. Biasanya tempat itu selalu ramai dengan anak-anak atau staf pengajar yang ingin beristirahat sejenak. Tetapi sekarang taman itu sedang dalam keadaan sepi karena para siswa sedang mengikuti ujian dan guru-guru sedang mengawasi mereka.

Dia akan menunggu Nagisa di tempat ini.

Beberapa menit berlalu hanya dengan Karma yang duduk dengan santai di bawah pohon rimbun. Tak berapa lama kemudian suara bel pertanda waktu ujian telah berakhir berbunyi dan siswa lainnya mulai berjalan keluar dari kelas. Tatapan Karma tanpa sadar tertuju pada seorang remaja berambut jingga yang tengah berbicara dengan ke empat temannya yang aneh itu.

Dia terlihat sehat.

Betapa menyenangkannya itu.

Tbc~

12 Maret 2023

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang