Bagian 22

159 20 6
                                    

Gakushuu sangat terkejut mendapati sang Ayah dan Karma bisa berbicara dengan baik. Bahkan sesekali mereka saling melontarkan candaan seolah telah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Gakushuu, Ayah dan Karma tidak akan pernah bisa diasosiasikan dengan kata akrab. Siapa yang bisa jika mengingat kepribadian kedua orang itu? Atau mungkinkah karena kepribadian mereka yang membuat keduanya dapat menjadi akrab satu sama lain?

Sungguh disayangkan panggilan telepon dari Ren malah mengganggu semuanya. Remaja berambut cepak itu terus menanyakan dimana dia berada dan memberitahu tentang beberapa rencana mereka yang tertunda. Jujur saja Gakushuu tidak peduli.

Setelah memberi tahu Ren jika dirinya akan kembali dalam beberapa jam kedepan, Gakushuu memutus panggilan secara sepihak. Kembali ke ruangan, Gakushuu menemukan 2 pendatang baru. Kedua orang dewasa yang terlihat sangat mirip dengan Karma. Wanita berambut merah terlihat memiliki wajah yang serupa dengan Karma tetapi senyumannya jauh lebih lembut. Sementara pria berambut coklat memiliki manik emas yang sama dengan yang dimiliki Karma. Caranya tersenyum dan berbicara juga mirip dengan Karma.

Gakushuu menebak kedua orang itu adalah orang tua Karma. Keduanya kini tengah berbicara dengan sang Ayah. Gakuhou meliriknya sekilas ketika kedua orang itu berterima kasih pada sang Ayah. Pria itu kemudian menjelaskan jika Gakushuu lah yang telah menolong dan membawa Karma ke rumah sakit. Gakushuu berusaha memasang senyuman sopan ketika kedua orang dewasa itu memberikan ucapan terima kasih mereka pada dirinya.

Ketika dia melirik Karma, ada ekspresi aneh pada wajah remaja itu. Mengapa Karma tidak terlihat bahagia dengan kemunculan kedua orang tuanya?

Untungnya, sang Ayah mengajak kedua orang itu untuk keluar karena ingin membicarakan sesuatu. Gakushuu bergegas untuk duduk di sisi Karma lalu mengeluarkan ponselnya. Berkata pada Karma jika dia telah berhasil mencapai level yang cukup tinggi dalam game yang baru saja dia mainkan. Karma segera teralih dari pemikirannya dan mulai berbicara dengan Gakushuu terkait game tersebut.

Saat kedua orang tua Karma bersama sang Ayah kembali masuk, Karma meminta orangtuanya untuk meminjamkan ponsel. Walau mereka terlihat ragu-ragu pada awalnya, mungkin saja karena Karma nampak sangat bersemangat, mereka akhirnya meminjamkan ponsel mereka bagi remaja itu. Karma mulai mengunduh aplikasi game dan menginstalnya lalu memasukkan akun miliknya sendiri.

Karma terlihat sangat bangga ketika memamerkan level yang telah dicapainya dan peringkat apa saja yang dia peroleh. Sepertinya tebakan Gakushuu benar, game yang Karma ajarkan padanya adalah game favorit Karma.

Karena level Gakushuu masih cukup rendah untuk bermain bersama pemain lain secara online, Karma menyuruh Gakushuu untuk kembali meningkatkan levelnya sementara dia mulai memainkan mini quest dalam game. Mini quest di dalam game tidak mempengaruhi skenario utama tetapi masih memberikan keuntungan berupa barang-barang yang bermanfaat bagi karakter. Bisa saja ramuan atau malah senjata.

“Level ini cukup sulit. Bagaimana mengalahkan pasukan laba-laba ini? Mereka seperti tidak ada habisnya.” Gakushuu bertanya. Karma mengalihkan pandangannya pada ponsel Gakushuu. Dia terlihat sangat serius. Kemungkinan besar tengah mengingat-ingat kembali apa yang dia lakukan untuk bisa memenangkan level tersebut.

“Kau harus menemukan Ratu laba-labanya dahulu dan membunuhnya. Sang Ratu laba-laba itu yang memberi perintah pada pasukan laba-laba. Jika Ratu mati, maka pasukan laba-laba juga akan ikut mati.”

“Tetapi bagaimana cara menemukan sang ratu?”

“Kau harus memiliki skill memindai area. Dengan begitu kau bisa mengetahui dimana menemukan sang ratu.”

Karma lalu menjelaskan tentang cara untuk mendapatkan skill tersebut pada Gakushuu. Gakushuu tak sadar dia mulai memperhatikan wajah Karma yang berseri-seri saat menjelaskan dan bukannya penjelasan dari sang remaja. Tentu saja Karma akan menyadari jika ada yang salah dengan Gakushuu. Remaja itu berhenti berbicara dan menoleh pada Gakushuu, wajahnya memiliki ekspresi jijik juga bingung.

“Mengapa kau melihatku seperti itu?”

“Tidak, aku hanya menyadari jika kau ternyata sangat mirip dengan Ibumu.”

“Apa?”

“Kubilang, kau terlihat mirip dengan Ibumu. Wajahmu dan rambutmu sangat mirip dengan Ibumu.”

Ekspresi Karma masih belum berubah, bahkan dia mulai menyipitkan matanya dan menatap dengan penuh kecurigaan pada Gakushuu.

“Aku tidak akan menerima jika kau naksir pada Ibuku.”

Gakushuu tiba-tiba memiliki keinginan untuk memukul kepala Karma karena memikirkan hal tersebut, sayangnya Karma masih menjadi pasien saat ini.

“Pikiranmu aneh, Akabane. Aku hanya berkata kau mirip dengan Ibumu bukan berarti aku menyukai Ibumu.”

“Siapa yang tahu kau mungkin saja punya selera pada wanita yang lebih tua.” Karma mengendikkan bahunya. Gakushuu benar-benar tidak mengerti pola pikir Karma dan sepertinya dia tak ingin memahaminya. Karma adalah Karma. Remaja pembuat onar yang menjadi rivalnya sejak masuk SMP.

“Kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal itu?”

“Seperti yang kukatakan, aku hanya menyadari jika kau sangat mirip dengan Ibumu. Tetapi mata dan senyumanmu seperti Ayahmu.”

Entah mengapa, Karma malah terlihat sedikit ragu. Seperti apa yang dikatakan Gakushuu mengandung kebohongan. Padahal, Gakushuu hanya mengatakan apa yang ada di pikirannya berdasarkan pengamatannya. Karena memang yang dia perhatikan lebih dulu saat pertama kali bertemu dengan orang tua Karma adalah betapa miripnya Karma dengan sang Ibu. Bahkan fitur wajahnya yang masih sedikit kekanakan akan Gakushuu kategorikan sebagai feminim sekarang setelah melihat kemiripannya yang begitu banyak dengan wanita berambut merah tersebut. Jika saja warna mata Karma tidak mengikuti warna mata Ayahnya, Gakushuu dapat mengatakan jika Karma akan menjadi tiruan sempurna dari Ibunya.

“Lalu bagaimana denganmu? Kau terlihat sangat mirip dengan Kepala Sekolah, teman-temanku sering membuat candaan jika dia membelah dirinya untuk melahirkanmu. Dan aku mulai memikirkan hal itu benar karena jujur saja kau memang terlihat sangat mirip dengannya.”

“Akabane, kau terlalu banyak menonton anime. Pemikiranmu menjadi sangat aneh.”

Karma mendengus kesal dan bersedekap. Terlihat jelas pada wajahnya jika dia kesal akan perkataan Gakushuu. Mau tak mau Gakushuu tertawa akan sifatnya yang kekanakan. Saat tawanya mereda, Gakushuu tersenyum tipis sembari berkata, “Ya, aku juga merasa aku tak memiliki kemiripan apapun dengan Ibuku.”

“Kurasa tidak begitu. Tatapanmu berbeda dengan milik Kepala Sekolah. Aku yakin itu mirip dengan Ibumu.”

Tbc~
18 Juli 2023

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang