Bagian 3

389 39 1
                                    

Langit-langit putih yang familiar menjadi hal pertama yang Karma lihat ketika dia terbangun. Bau disinfektan yang ada di sekitarnya hanya membuat Karma semakin tersadar dimana dia berada saat ini. Tanpa sadar dia menghela nafas karena nya. Padahal dia bersenang-senang kemarin. Kini yang dapat dilakukannya adalah memandang kosong pada langit-langit putih di atasnya sambil membayangkan beberapa hal acak.

Mungkin seperti kekonyolan apa lagi yang akan dilakukan wali kelasnya sambil menggagalkan upaya pembunuhan untuk dirinya sendiri. Atau dia bisa memikirkan beberapa video game yang dimainkan olehnya dan teman-teman sekelasnya.

Karma begitu terlarut dengan pikirannya sampai dia tak menyadari pintu yang terbuka dan menampakkan sosok orang tuanya. Dia baru menyadari ketika tangannya disentuh dengan lembut oleh sang Ibu.

"Hei, sayang. Bagaimana kabarmu?" Sang Ibu bertanya.

Karma tak tahu dia harus menjawab secara jujur atau memberikan candaan. Baru kemarin kehidupannya terasa menyenangkan dan kini dia harus kembali terjebak di ranjang rumah sakit. Betapa mudahnya kehidupannya berubah.

Karma tak begitu memperhatikan orang tuanya karena dia sibuk dengan pikirannya. Jika saja dia melakukannya, dia bisa melihat tatapan yang diberikan oleh sang Ibu pada Ayahnya. Pria berambut coklat itu berdehem dan memasang senyuman, "Tenang saja, kau hanya akan ada di sini selama semalam. Dokter hanya perlu mengawasimu untuk saat ini dan kau bisa kembali ke rumah besok."

Perkataan itu mengembalikan perhatian Karma pada orang tuanya. Kedua manik merkurinya menatap mereka dengan tatapan tidak percaya. Sang Ayah tersenyum meyakinkan, begitu pula dengan sang Ibu. Walau tentu saja dia bisa melihat kekhawatiran pada mata kedua orang tuanya dan gestur gelisah yang mereka berikan. Karma terlampau senang untuk mempedulikan semua itu.

Apa yang dikatakan oleh Ayahnya benar. Dokter hanya datang untuk memeriksanya beberapa kali tanpa menyuntikkan cairan apapun ke tubuhnya lagi. Bahkan dia tak mendapat tambahan dosis obat yang harus diminum. Karma benar-benar dipulangkan pada hari berikutnya. Walau dia tahu dengan jelas jika kondisinya saat ini pasti lebih buruk dari sebelumnya, pemikiran tentang pulang ke rumah dan tidak terkurung di dalam kamar rumah sakit sungguh membuat suasana hatinya meningkat.

Tentunya Karma belum boleh kembali bersekolah. Orang tua nya masih sangat khawatir tentangnya. Agak membosankan hanya berada di dalam rumahnya. Namun jauh lebih baik dibandingkan kamar rumah sakit. Teman-teman sekelasnya datang berkunjung beberapa kali. Terlebih Nagisa. Temannya yang satu itu selalu mengunjunginya setiap hari. Selain untuk membawakan pekerjaan rumah bagi Karma, Nagisa memang datang untuk menjenguk keadaan Karma.

Nagisa adalah teman yang menarik. Berbicara dengannya tak membosankan dan selalu ada cara yang Karma bisa lakukan untuk menjahili teman sekelasnya itu. Meski begitu, Karma masih menantikan untuk kembali ke kelas dan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.

Untunglah setelah seminggu terjebak di dalam rumah, sang Ibu akhirnya memberinya ijin untuk kembali bersekolah. Orang tua Karma jelas menjadi lebih protektif dibandingkan sebelumnya. Mereka tak mengijinkan dia berjalan kaki lagi ke sekolah dan harus mau di antar oleh salah satu dari mereka. Memang mereka tak bisa mengantar sampai ke gedung kelas 3-E dikarenakan lokasi juga keberadaan Koro Sensei yang amat Karma rahasiakan dari kedua orang tuanya, namun mereka tetap ngotot untuk mengantar Karma sampai ke gedung utama. Begitu pula saat pulang sekolah, Karma harus menghubungi salah satu dari orang tuanya agar dia dijemput.

Karena itu adalah kesepakatan agar Karma bisa kembali ke sekolah, remaja itu harus menerima nya meski merasa keberatan.

"Karma! Senang melihatmu kembali." Sapaan dari Ketua kelasnya membuat Karma tersentak sebelum menyunggingkan seringai. Menggoda remaja berambut gelap itu tentang kelas yang akan terlalu sunyi jika tak ada dirinya. Isogai Yuuma hanya menertawakan candaannya.

Beberapa teman sekelasnya yang lain mulai mendekat dan menyapanya. Mengatakan jika mereka senang Karma sudah cukup baik-baik saja untuk kembali bersekolah bersama mereka.

Memang sangat menyenangkan kembali bersekolah.

.

.

.

Meskipun bersekolah terasa jauh lebih menyenangkan dari terkurung di rumah sakit, Karma masih merasa sekolah hanya menjadi hiburan untuk kehidupannya yang singkat. Tak pernah menjadi alasan dirinya harus berjuang dalam kehidupannya yang singkat.

Teman-temannya baik dan menyenangkan. Koro Sensei dan guru lainnya juga hebat. Rencana pembunuhan yang mereka buat juga begitu seru.

Namun saat Karma pulang ke rumah, duduk di kamarnya yang sunyi sambil membayangkan kehidupannya yang mungkin akan berakhir tak lama lagi, semua keseruan yang dia lakukan menghilang dalam sekejap. Di dalam pikirannya, bagaimanapun dia akan mati. Dia hanya ingin memiliki kehidupan yang menyenangkan di akhirnya.

"Akabane?"

Tbc~

11 Desember 2022

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang