Saat Gakushuu memasuki kelasnya, dia tiba-tiba diserang oleh gerombolan teman sekelasnya yang menanyakan mengenai keadaannya juga alasan ketidakhadirannya kemarin. Gakushuu berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan keterkejutannya sebelum menjawab pertanyaan mereka satu persatu. Cukup lama baginya untuk bisa mendorong teman-teman sekelasnya agar menjauh dan meninggalkannya sendirian dengan sopan. Setelah dia berhasil lepas dari jeratan teman-temannya, Gakushuu berharap tak ada lagi yang menanyakan alasan ketidakhadirannya.
Tetapi semua itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan karena tak berselang lama, teman-temannya datang menghampiri. Mengapa Gakushuu merasa deja vu dengan semua ini?
Ren adalah yang pertama angkat bicara, "Asano-kun, apa yang terjadi padamu? Kepala sekolah hanya mengatakan jika kau sedang memulihkan diri karena terguncang kemarin."
Gakushuu terkadang meragukan kecerdasan yang dimiliki oleh sang Ayah. Tak bisakah pria itu memikirkan alasan yang jauh lebih baik? Pria itu hanya membuat alasan yang membuat Gakushuu kesulitan nantinya. Dia harus membicarakan hal ini dengan Ayahnya nanti agar Gakuhou belajar untuk membuat alasan yang jauh lebih masuk akal dan tak menyulitkan Gakushuu.
"Uh.. ya. Aku terlibat dalam sesuatu yang.. cukup menguncang. Tetapi tak masalah. Aku sudah mengatasinya."
Keempat temannya nampak ragu namun mereka tak mendorongnya untuk mengatakan apapun lagi perihal tersebut. Gakushuu senang mereka tidak bertanya karena dia akan bingung membuat kebohongan untuk menutupi kejadian tersebut. Dan Gakushuu tak mau berbohong lagi. Sebaliknya keempat orang itu mulai membahas hal lain seperti gosip terbaru di kalangan guru atau beberapa mata pelajaran yang agak menyulitkan mereka. Gakushuu berniat untuk mengamati sesaat tetapi dia tak tahu bagaimana dia malah tertarik ke dalam percakapan tersebut.
Dengan terungkapnya rahasia kelas 3-E yang selama ini membuat Gakushuu penasaran, Gakushuu mulai memandang dunia di sekitarnya dengan cara yang berbeda. Sebelum ini dia merasa teman-temannya hanyalah pion semata yang akan dia gerakkan demi mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh kelas 3-E sampai menjadi begitu istimewa bagi ayahnya. Kini dia hanya melihat sekelompok anak remaja yang sedikit sombong karena nilai bagus mereka. Begitu juga keempat orang yang mengelilinginya. Dan itu tak masalah.
Ketika bel masuk berbunyi, keempatnya berpencar untuk duduk di bangku mereka masing-masing. Gakushuu menunduk dan mengatakan 'terima kasih' dengan pelan pada keempatnya. Dia menyadari bahwa bahkan jika dia tak pernah memperlakukan mereka selayaknya seorang teman memperlakukan teman mereka, keempat orang itu terus kembali padanya. Mereka mungkin anak kecil yang sombong dan tak pandai mengekspresikan diri, tetapi Gakushuu juga seperti itu. Dan sekali lagi, itu tak masalah.
Karena seperti yang Karma katakan padanya, mereka hanya anak kecil dan tak seharusnya bertingkah begitu dewasa pada usia mereka saat ini. Mereka seharusnya bertingkah selayaknya usia mereka.
Ada tepukan pada pundaknya dan saat Gakushuu mengangkat kepalanya, dia dihadapkan pada tatapan teman-temannya. Ren yang berdiri paling dekat dengannya menepuk pundaknya, dia memiliki senyuman kecil pada wajahnya begitu pula teman-temannya yang lain. Mereka tak mengatakan apapun tetapi Gakushuu bisa mendengar kata 'Terima kasih kembali' dari mereka semua.
...
"Jadi kau mau mengatakan bahwa wali kelasmu itu memakan tisu yang digoreng?"
Gakushuu tahu wajah yang dibuatnya saat ini terlihat tidak menyenangkan tetapi bisakah orang lain menyalahkannya ketika Karma baru saja memberitahunya jika gurita yang menyamar menjadi wali kelas 3-E itu begitu miskin sampai-sampai harus memakan tisu? Apakah Ayahnya sama sekali tidak memberikan gaji bagi gurita itu? Dan lagi apa pemerintah bahkan tidak mempertimbangkan untuk memberikan uang agar mengenyangkan gurita tersebut? Bagaimana jika dia kelaparan dan malah memangsa anak-anak kelas 3-E?
Gakushuu tahu itu konyol tetapi bagaimana jika itu benar-benar terjadi?! Lagi pula mereka mengatakan jika dia adalah alien bukan?!
"Ya, gurita itu terlalu sering menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak berguna. Tapi terkadang aku yakin dia hanya kurang kerjaan sampai melakukan itu."
Entah mengapa Gakushuu masih ragu dengan alasan itu. Di dalam kepalanya dia mulai membuat catatan untuk protes pada Ayahnya dan menaikkan gaji gurita tersebut agar memastikan dia tak pernah kelaparan. Bahkan mungkin mereka harus membuka kantin gratis untuk kelas 3-E! Setidaknya sampai gurita itu tidak lagi menjadi ancaman untuk bumi.
"Lalu apa saja yang kalian lakukan hari ini?"
"Maksudmu selain mencoba membunuhnya?"
Gakushuu memutar matanya, "Ya, selain itu."
"Aku tak tahu. Aku melewatkan beberapa mata pelajaran."
"Kau membolos?"
Karma membalasnya dengan mengangkat bahu acuh tak acuh juga memberikan tatapan malas pada Gakushuu, "Ya, kelas cukup membosankan dan aku tetap bisa mengalahkanmu tanpa harus belajar."
"Kau benar-benar meremehkan lawanmu, Karma. Dan itu bukan sikap yang harus kau banggakan apa lagi pertahankan."
Karma memberikan tatapan bosan padanya. Seolah dia tidak menganggap serius apa yang Gakushuu katakan. Atau memang demikian. Bagaimanapun ini adalah Akabane Karma. Bajingan sombong yang menjadi rivalnya sejak mereka masuk SMP. Yang bahkan setelah memasuki kelas paling buruk di sekolah mereka, masih bisa mendapatkan peringkat dalam 5 besar di sekolah. Namun kebiasaan Karma yang terlalu suka meremehkan lawannya pasti akan kembali menggigit remaja itu suatu hari nanti.
"Kau terlalu khawatir, Gakushuu-kun. Nyatanya aku memang terberkati dengan bakat yang luar biasa."
"Tetapi di dunia ini banyak orang yang bekerja keras. Dan bakat akan kalah dengan kerja keras selagi tak diasah."
Karma mendengus pada perkataan Gakushuu. Seolah dia tidak percaya jika suatu hari nanti akan bakatnya tidak memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang dia inginkan. Gakushuu tak tau lagi apa yang harus dia katakan pada Karma. Mungkin Karma harus merasakan sendiri kekalahan itu untuk bisa mengetahui apa yang Gakushuu katakan adalah kebenaran.
Tbc~
12 September 2024