Gakushuu merasa sedikit bersalah karena tak berpamitan dengan Karma. Berdasarkan apa yang dia dengar dari sang Ayah, Karma akan dipindahkan ke rumah sakit di Tokyo seminggu lagi. Itu berarti dia tak akan bisa menemui Karma untuk waktu yang cukup lama. Sayang sekali Gakushuu lupa meminta nomor ponsel Karma.
Ya, mungkin dia akan memintanya saat mereka bertemu lagi.
Gakushuu tengah sibuk mengawasi teman-teman sekelasnya untuk memastikan mereka semua lengkap dan tak ada yang tertinggal saat dia melihat anak-anak kelas E yang berjalan menuju gerbong mereka sembari bercanda. Diantara mereka, dia melihat remaja berambut biru yang Gakushuu kenali sebagai Shiota Nagisa. Jika dia tak salah ingat, remaja biru itu cukup dekat dengan Karma.
Tanpa pikir panjang, Gakushuu menyerahkan tugas mengawasinya pada Araki Teppei yang kebetulan berada di dekatnya agar dia bisa menghampiri kawan-kawan Karma.
Sudah pasti tindakan Gakushuu ini menarik perhatian dari semua siswa yang saat itu sedang mengantri untuk masuk ke dalam gerbong mereka.
Bagaimanapun Gakushuu adalah siswa yang terkenal di sekolahnya, hampir tak mungkin tak ada yang tahu mengenali dirinya. Dia adalah siswa dengan nilai terbaik dan seorang Ketua OSIS yang memiliki penampilan yang menarik. Tentu itu terlepas dari Ayahnya yang merupakan Kepala Sekolah SMP Kunugigaoka. Hampir semua murid bertanya-tanya apa yang sebenarnya Gakushuu lakukan berjalan ke kelas E? Apakah dia ingin mengejek mereka? Mempermalukan mereka agar mereka tahu tempat mereka? Atau malah menunjukkan belas kasihan pada mereka?
Sayangnya apa yang ada dipikirkan oleh semua murid tak ada yang terbukti benar. Gakushuu menghampiri kelas E, khususnya Nagisa dengan senyuman ramah. Dia hanya mengucap salam secara singkat pada guru yang dilihatnya dan mengatakan tujuannya tanpa basa basi.
"Shiota, aku ingin meminta nomor ponsel Akabane."
Sudah pasti Nagisa akan terkejut akan permintaan Gakushuu. Jujur saja Gakushuu sendiri terkejut akan tindakannya. Dia bisa saja meminta Ayahnya untuk mencari tahu nomor Karma dengan mudah, namun Gakushuu merasa itu seperti pelanggaran privasi. Setidaknya jika dia meminta pada Nagisa dan Karma menanyakan darimana dia mendapatkan nomornya, Gakushuu bisa memakai alasan jika dia mendapatkannya dari teman baik remaja berambut merah itu.
"Umm.. mengapa kau tiba-tiba meminta nomor Karma-kun?"
Gakushuu merasa tak aneh jika Nagisa mempertanyakan tindakannya. Karena itu dia menjawab dengan jujur alasan dibalik tindakannya tersebut.
"Aku yang membawa Akabane ke rumah sakit dan jujur saja aku masih merasa memiliki tanggung jawab atas dirinya. Aku harus memastikan keadaannya karena dari yang kudengar dia baru akan kembali ke Tokyo seminggu lagi."
"Kenapa tidak mengirim pesan pada orang tuanya?"
"Akan terasa canggung jika menanyakan kabar pada orang tuanya. Bukan kah lebih baik bertanya langsung padanya? Selain itu kau yang kutahu paling dekat dengannya."
"Ya, kau benar." Nagisa tersenyum kecil sebelum mengeluarkan buku catatan dan menuliskan deretan angka di atas kertas lalu memberikannya pada Gakushuu. Gakushuu tak lupa juga untuk meminta alamat email Karma untuk berjaga-jaga.
Awalnya Gakushuu khawatir Karma akan menganggapnya mengganggu, dia tak menyangka justru Karma menyambut pesan yang dikirimnya dengan hangat. Bahkan mengakui jika Gakushuu membuat hari-hari Karma di rumah sakit tidak terasa begitu membosankan.
Gakushuu merasa hubungan mereka kini lebih dari sekedar rival belaka. Sepertinya mereka cocok untuk bergaul bersama dan bisa menjadi teman baik. Mungkin mereka harus lebih sering bermain bersama.
"Aku tak menyangka kau dan Akabane-kun cukup akrab. Kupikir kalian akan mulai saling membunuh."
Gakushuu sangat tidak terkesan pada komentar sarkas yang diberikan oleh sang Ayah. Apakah hubungannya dan Karma seburuk itu sampa Ayahnya sendiri berpikir jika mereka akan saling membunuh? Rasanya mereka tak memiliki hubungan seburuk itu. Bukankah mereka hanya akan saling melontarkan hinaan atau beradu kepintaran? Mereka bahkan belum pernah benar-benar berkelahi. Gakushuu belum pernah memukul Karma begitu pula sebaliknya. Gakushuu akui memang mereka sering melontarkan ancaman untuk membunuh satu sama lain, tetapi itu tak benar-benar mereka lakukan. Mereka masih SMP! Bahkan jika Gakushuu benci mengakuinya, mereka hanya anak-anak!
"Apakah kau dan dia sekarang berteman?"
"Ayah, bukankah kau menjadi jauh lebih cerewet sekarang?"
"Benarkah? Aku tak merasa demikian."
Gakushuu menghela nafas frustasi. Dia mulai mempertimbangkan mana yang lebih baik antara Ayahnya yang dingin atau Ayahnya yang cerewet seperti saat ini. Mungkin saja dia harus mempertimbangkan fakta dari teman-temannya yang mengatakan jika alien itu ada. Karena jika alien itu ada, Gakushuu bisa membuat alasan jika sang Ayah telah diculik oleh Alien lalu dilemparkan entah kemana dan yang sedang mengganggunya saat ini adalah Alien yang meniru sang Ayah.
Jujur saja teori itu terdengar jauh lebih masuk akal dibandingkan berpikir jika semua tingkah sang Ayah selama beberapa minggu belakangan ini adalah murni dari pria itu sendiri. Gakushuu memiliki keraguan jika Gakuhou memang berubah untuk menjadi Ayah yang perhatian dan penyayang untuknya. Apakah ada semacam skema yang sedang dimainkan oleh Gakuhou?
"Kau belum menjawab pertanyaanku, apakah kau dan Akabane-kun berteman sekarang?"
Gakushuu mengulas senyuman kecil, "Bisa dikatakan seperti itu."
Tbc~
20 September 2023