Untuk beberapa alasan, Karma merasa sangat bahagia bisa menceritakan kisahnya pada Gakushuu. Dia merasa lega menceritakan bagaimana perasaannya saat masuk ke rumah sakit dan waktu yang dia habiskan di tempat itu. Gakushuu mendengarkan setiap kata yang dia ucapkan, tidak mengomentari Karma dengan sesuatu yang Karma benci. Bahkan beberapa kali Karma melihat Gakushuu membuka mulut untuk berbicara tetapi menutupnya kembali dengan penuh pertimbangan. Gakushuu paham jika Karma hanya ingin bercerita. Dia hanya ingin seseorang mendengarkan keluh kesahnya. Bahwa Karma hanya ingin meluapkan perasaan yang dia rasakan.
Pada akhirnya Karma bahkan menceritakan hampir semua hal yang dia lakukan di kelas pembunuhannya. Termasuk dirinya yang melompat dari atas tebing hanya untuk membunuh Korosensei—percayalah Gakushuu sampai meneriaki dirinya tak berakal dan mulai menyamakan Karma dengan entitas bersel satu yang tak memiliki otak.
"Apa kepalamu itu hanya menjadi pajangan? Bahkan makhluk bersel satu semacam protozoa tahu cara yang tepat untuk bertahan hidup!"
Gakushuu mengatakan hal itu, tetapi Karma hanya melambai acuh tak acuh. Mereka mendiskusikan beberapa hal terkait Korosensei juga kecerdasan pemerintah yang menyuruh anak-anak SMP untuk melakukan pembunuhan. Karma juga menceritakan mengenai rencana pembunuhannya dan mendapat beberapa masukan yang terdengar berguna dari Gakushuu.
Sekarang Gakushuu bisa dikatakan berada di halaman yang sama dengan Karma. Walau tentu Gakushuu tak bisa ikut serta dalam kegiatan pembunuhan yang mereka lakukan, Karma tak merasa keberatan untuk berbagi tentang rencananya dan mendengarkan saran dari Gakushuu. Bagaimanapun Karma tahu dengan jelas jika Gakushuu lebih ahli dalam menyusun strategi dibanding dirinya. Terlebih dengan kemampuannya dalam memimpin, Karma yakin kemungkinan rencana Gakushuu berhasil jauh lebih tinggi dibanding rencananya. Andai saja Gakushuu berada di kelas 3-E bersamanya, mereka bisa menakhlukkan gurita yang menjadi wali kelas Karma lalu memerasnya. Baiklah, bagian terakhir tak mungkin dilakukan oleh Gakushuu yang berakhlak baik. Tetapi tetap saja, mereka bisa menjadi duo yang mematikan.
Mereka tak akan sadar waktu telah berlalu begitu cepat jika bukan karena panggilan telepon dari Ayah Gakushuu yang menanyakan apakah dia ingin ikut makan siang bersamanya atau tidak. Karma tanpa sadar memegangi perutnya sendiri yang mulai keroncongan. Semalam dia tak makan dengan benar karena menghawatirkan Gakushuu dan pagi ini dia tak sempat mencuri sarapan dari dapur sebelum pergi bersama Gakushuu.
Karma berharap Gakushuu memiliki setidaknya sebuah roti untuk dia makan.
Yang sungguh mengejutkan adalah Gakushuu menolak ajakan Ayahnya dan mengatakan dia akan memasak untuk makan siangnya sendiri. Karma tahu Gakushuu bisa memasak, tetapi dia tak tahu jika Gakushuu jauh lebih suka memasak untuk dirinya sendiri dibanding makan siang di restoran manapun itu bersama Ayahnya.
"Ayo, apa yang ingin kau makan?" Ujar Gakushuu.
Karma melompat dengan bahagia atas ajakan Gakushuu. Dia tak peduli mengapa ada orang yang mau merepotkan diri mereka sendiri dengan memasak bagi orang lain. Yang dia pedulikan adalah Gakushuu bersedia mengisi perutnya dengan makanan.
Jadi disini lah dia, duduk di meja makan sambil mengamati remaja yang dulunya menjadi rival terberatnya—masih hingga saat ini—membuat makanan untuknya. Gakushuu adalah semua yang didefinisikan teman-teman perempuan di kelasnya sebagai pacar idaman. Dia memiliki paras yang rupawan, sisi yang perhatian, pandai memasak dan mengurus orang, dia juga memiliki wawasan yang luas yang membuat berbicara dengannya tidak pernah membosankan. Dan Karma tahu jika ada sekelompok gadis-gadis di sekolah yang mengaku sebagai penggemar setia Gakushuu. Setiap gadis itu akan memberikan apa saja untuk bisa melihat Gakushuu saat ini. Karma mendengus tanpa sadar. Mau tak mau Karma harus mengakui jika lipan ini memang memiliki penampilan yang menarik.
"Apa yang akan kau buat?" Karma bertanya dengan penasaran.
"Mungkin hanya udang tempura dan omelet." Jawab Gakushuu. Remaja tersebut telah mengeluarkan udang dari lemari pendingin bersama dengan beberapa butir telur. Gakushuu meraih sebuah penggorengan lalu menoleh pada Karma, "Apa yang ingin kau makan?"
"Apa kau tahu cara membuat sup ayam?"
"Tentu. Namun itu akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama. Jangan rewel jika kau kelaparan nantinya." Cara Gakushuu mengatakannya seolah dia sedang mengingatkan seorang anak kecil untuk tidak menyesali pilihannya. Karma benar-benar ingin memukul kepala Gakushuu dengan penggorengan yang ada di tangan remaja itu. Kata menyebalkan dan Gakushuu memang tak akan pernah terpisahkan.
"Kau pikir aku anak 5 tahun?" gerutu Karma. Dia benar-benar tidak mengerti dan tak mau menerima alasan Gakushuu selalu menyamakannya dengan anak kecil. Tentu dia tidak mempermasalahkan cara Gakushuu bertingkah seperti seorang saudara laki-laki baginya. Bahkan jika boleh jujur, terasa menyenangkan memiliki saudara yang lebih tua darimu yang memperhatikanmu dan memanjakanmu. Sayangnya itu tidak cukup menjadi alasan bagi Karma untuk menerima diperlakukan seperti anak berusia 5 tahun oleh Gakushuu.
Tetapi semua alasan kekesalannya menguap begitu saja ketika dia menyaksikan Gakushuu memasak. Remaja itu nampak lihai dengan peralatan dapur jauh dibandingkan apa yang ada di dalam bayangan Karma. Dia tak akan pernah mengira seorang Asano Gakushuu yang merupakan pemilik peringkat 1 di sekolah mereka akan memiliki bakat dalam memasak.
Namun sekali lagi, Karma sudah tahu jika bakat Gakushuu yang sebenarnya adalah belajar. Gakushuu selalu bisa menguasai apapun yang dia pelajari. Tak peduli apakah itu hal sepele seperti bermain game atau hal yang lebih rumit seperti memasak dan memainkan alat musik.
"Sepertinya kau sangat suka memasak." Ujar Karma.
Dilihatnya gerakan Gakushuu berhenti sejenak sebelum remaja itu menoleh pada Karma dengan tatapan aneh. Ada semacam keraguan pada ekspresi Gakushuu yang tidak dimengerti oleh Karma. Karena menurut Karma, Gakushuu benar-benar menikmati saat memasak. Dia bergerak dengan lincah bahkan bersenandung tanpa sadar saat menumis bumbu. Apa yang salah dengan perkataan Karma?
"Ya.. aku cukup menikmati diriku sendiri saat memasak." Kata Gakushuu.
Karma segera tersadar akan apa yang terjadi pada Gakushuu. Karma telah memilih untuk menutup mulutnya sebelum dia mengatakan sesuatu yang menyinggung Gakushuu. Dilihat dari manapun, kegembiraan yang awalnya merayapi Gakushuu saat memasak perlahan-lahan menghilang hanya karena satu komentar singkat Karma. Karma bodoh karena melupakan jika Gakushuu pernah menyebutkan Ibunya lah yang mengajarinya memasak. Mengomentari hal itu hanya akan mengungkit luka yang baru saja Gakushuu putuskan untuk hadapi. Seharusnya Karma tidak membuat Gakushuu menghadapi semua lukanya sekaligus.
Tbc~
11 September 2024