Bagian 54

46 6 1
                                    

Gakushuu merenggangkan tubuhnya ketika film telah berakhir. Dia melirik Karma yang sudah tertidur lelap sambil memeluk selimutnya. Gakushuu tersenyum kecil, dia mematikan laptopnya dan beralih menyalakan lampu. Menyingkirkan piringnya, Gakushuu mulai memperbaiki cara Karma tertidur. Dia melepaskan selimut dari pelukan Karma, menyelipkan remaja itu dengan posisi yang jauh lebih nyaman di tempat tidur sebelum menyelimuti Karma.

Karma terlihat sangat damai saat tertidur, hampir seperti seorang anak polos dan bukannya berandal yang suka menghajar orang. Ternyata tidurpun mampu menjinakkan seorang Akabane Karma.

Gakushuu mengambil piring yang tadi digunakannya untuk makan dan piring apel kelinci Karma. Dia tak memiliki futon di kamarnya, tetapi jika tak salah ada satu di kamar Ayahnya. Dia akan mengambilnya setelah mencuci piring.

Gakushuu bertanya-tanya dalam benaknya bagaimana kunjungan ke rumahnya berubah menjadi acara menginap? Jujur saja ini pertama kalinya Gakushuu memiliki seorang teman yang menginap di rumahnya. Apakah dia sebegitu penyendirinya sampai tak pernah memiliki teman yang menginap di rumahnya? Dari tindakan Karma yang begitu santai, sepertinya menginap di rumah teman merupakan hal yang biasa bukan? Gakushuu tak pernah menganggap dirinya adalah seseorang yang penyendiri. Dia bergaul dengan baik dengan teman-teman sekelasnya. Bahkan mereka nampak sangat memujanya dan dia selalu dikelilingi oleh banyak orang. Tetapi tak pernah ada seorangpun yang mengajaknya menginap di rumah mereka atau sekedar datang ke rumah mereka untuk bermain. Otak Gakushuu melaju dengan cepat untuk menemukan dimana letak kesalahannya dalam pergaulannya selama ini.

Kemudian dia tersadar bahwa orang-orang yang mengikutinya kebanyakan terpukau oleh kepintarannya, atau rupanya atau hanya karena dia adalah putra tunggal Asano Gakuhou. Belum pernah ada yang bersedia dekat dengannya karena dia adalah Gakushuu. Remaja biasa dengan trauma masalalu yang tersembunyi.

Dia dan Karma tak memulai sebagai teman. Bahkan Gakushuu tak pernah menyangka akan menjadi salah satu dari teman remaja berambut merah tersebut. Mereka adalah rival. Rival yang saling menghormati—walau Karma kebanyakan mengejeknya. Namun Gakushuu sama sekali tidak menyesali perkembangan hubungan mereka. Dia senang memiliki seseorang seperti Karma yang layak dia panggil sebagai teman. Yang walau terus menerus membuatnya kesal karena mulut kurang ajarnya, tetapi menunjukkan sikap seorang teman baik.

Karma tak pernah menyanjungnya. Remaja itu akan mengatakan apa yang dia pikirkan begitu saja. Baik dan buruk yang Karma katakan padanya adalah murni pemikiran Karma. Tentu Karma sering berbohong padanya, tetapi tak pernah tentang diri Gakushuu. Karma percaya padanya untuk berbagi kisah yang Gakushuu tahu dia sembunyikan dari banyak orang. Karma percaya padanya untuk menyentuhnya dan membujuknya ketika dia dikendalikan oleh ketakutan dan kepanikannya. Karma sedih saat berpikir Gakushuu akan menghapus ingatannya tetapi tidak menilai keputusan Gakushuu egois. Karma seolah paham dengan luka yang Gakushuu rasakan. Bahkan Gakushuu tak bisa mencapai pemahaman seperti ini dengan sang Ayah yang bisa dikatakan berbagi luka yang sama.

Gakushuu menggelengkan kepalanya, memilih untuk tidak memikirkan hubungannya dan Karma.

Lebih baik dia memikirkan bagaimana mengambil futon dari kamar sang Ayah. Seharusnya pria itu masih ada di ruang kerjanya pada waktu seperti ini. Kadang Gakushuu berpikir jika sebenarnya kamar Gakuhou tak pernah digunakan lagi semenjak Yukino meninggal. Lagipula siapa yang mau menempati ruangan yang pernah ditempati oleh orang yang sudah meninggal?

Seharusnya tak sulit untuk mengambil futon dari salah satu lemari di kamar itu. Sayangnya Gakushuu tak tahu lemari mana yang menyimpannya dan dia ragu lemari dalam kamar Ayahnya dibiarkan terbuka. Apakah dia harus meminta kunci lemari pada Ayahnya? Mengapa rasanya sangat canggung hanya untuk meminta kunci lemari?! Ini tidak seperti ada hal berharga yang Gakuhou sembunyikan di dalam lemari yang seharusnya tak Gakushuu ketahui. Gakushuu berharap memang tak ada apapun di dalam lemari karena jujur saja dia tidak mau menambah beban pikirannya mengenai Ayahnya yang aneh itu.

Pada akhirnya, Gakushuu memilih untuk memeriksa apakah lemari di dalam kamar tersebut dalam keadaan terkunci atau tidak. Jika terkunci, dia akan meminta kunci lemari pada Ayahnya sekaligus menanyakan dimana pria itu menyimpan futon. Tetapi jika tidak... maka dia akan mulai membongkar lemari satu persatu untuk menemukannya.

Kamar Gakuhou—yang mengejutkan—terlihat sama seperti yang ada di dalam ingatan Gakushuu saat sang Ibu masih hidup. Tentu ada kekurangan bunga mawar kesukaan Ibunya pada tepian jendela dan ada tambahan rak buku di dalamnya. Tetapi secara keseluruhan, semua terlihat sama dengan apa yang Gakushuu ingat. Barang-barang tertata seperti sebagaimana Ibunya menata dahulu. Dan yang paling membuat Gakushuu terkejut adalah pojok kecil yang memuat gambar-gambarnya semasa kecil, beragam piala dan medali yang dia menangkan, potongan abstrak yang dia sebut mahakarya di taman kanak-kanak yang dia berikan pada Gakuhou, juga coretan di dinding yang dia buat ketika pertama kali dibelikan crayon oleh orang tuanya.

Gakushuu mendekati tempat itu, berjongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan coretan-coretan di dinding. Gambar tak berbentuk yang dia buat semasa kecilnya dan tak pernah dihapus oleh Ibunya dengan alasan bukti perkembangan Gakushuu. Mengapa Gakuhou tak menghapus coretan-coretan ini?

"Aku tahu kau tak belajar banyak sopan santun dariku, tetapi kupikir kakekmu telah mengajari lebih dari cukup untuk mengetahui bahwa tak sopan memasuki kamar orang tuamu tanpa ijin."

Gakushuu bergidik saat mendengar suara sang Ayah. Dia dengan cepat berdiri dan berbalik untuk menghadapi pria itu. Rambut Gakuhou terlihat berantakan, lengan kemejanya digulung hingga siku, dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka dan raut wajahnya terlihat lelah.

"Aku hanya ingin mengambil futon. Bukan salahku jika kamarnya tak terkunci." Kalimat terakhir Gakushuu ucapkan lebih pelan dibanding yang pertama. Meski dia tahu Ayahnya pasti mendengar perkataannya karena pria itu menghela nafas seolah sedang berhadapan dengan anak nakal. Itu membuat Gakushuu tersingung karena bahkan sebagai anak kecil, dia selalu dipuji sebagai anak yang baik dan penurut.

Gakuhou mengambil sesuatu dari dalam kotak kecil di sebuah rak buku yang Gakushuu tak sadari dan berjalan ke salah satu lemari untuk membukanya. Dia mengeluarkan futon lalu memberikannya pada Gakushuu dan mengusirnya begitu saja.

Apa-apaan itu?!

Apa Ayahnya memang menyembunyikan sesuatu di dalam lemari? Apakah itu sesuatu yang ilegal? Ayahnya tak menyembunyikan potongan tubuhkan di dalam sana? Tapi jika seperti itu seharusnya mengeluarkan bau busuk.

Jika begitu apa hal lain seperti senjata api atau malah narkoba?!

Apa neneknya akan memarahinya jika dia melaporkan Ayahnya ke polisi karena melakukan tindakan ilegal?

Lupakan saja. Gakushuu belum mau dimasukkan ke panti asuhan. Jadi dengan futon di tangannya, Gakushuu bergegas kembali ke kamarnya tanpa memikirkan apakah dia bersalah karena tidak melaporkan sang Ayah ke polisi.


Tbc~

12 September 2024

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang