Hidup itu sulit. Namun bukan berarti kita harus menyerah begitu saja.
Kata orang-orang begitu. Tetapi itu tidak seperti setiap orang memiliki kesulitan yang sama. Masalah setiap orang berbeda dan tidak setiap orang berhasil menghadapi masalah mereka. Kebanyakan orang akan memilih untuk melarikan diri dibandingkan menghadapi masalah mereka. Karma tak memandang orang yang melarikan diri saat menghadapi masalah adalah pengecut.
Tidak.
Karena jujur saja dia juga akan melarikan diri jika dia bisa.
Beberapa orang memilih untuk melarikan diri tentu memiliki alasan. Entah itu karena takut atau lelah. Tetapi lebih banyak lagi orang yang memilih menyerah. Saat kau melarikan diri, kau masih memiliki kesempatan untuk kembali menghadapi masalahmu. Namun saat kau menyerah, kau tak akan memiliki kesempatan menyelesaikan masalahmu.
Saat melihat jarum yang kembali menusuk kulitnya, hanya satu hal yang terpikir di dalam kepala Karma. Jika dia memutuskan untuk menyerah terhadap penyakitnya dan berhenti berjuang, apa yang akan terjadi?
“Kau akan menjadi lebih baik, sayang.” Sang Ibu berkata demikian. Tetapi Karma hanya perlu melihat kedua matanya yang berkaca-kaca untuk mengetahui jika Ibunya kembali berbohong padanya.
“Ibu, apakah kejujuran terasa terlalu menyakitkan untuk kau katakan?”
Wanita itu tercengang. Mungkin tak menyangka jika Karma akan mengatakan hal tersebut. Namun Karma sudah muak dengan semua kebohongan yang Ibunya katakan. Mengapa Ibunya harus berbohong padanya? Dia sudah tahu akan kondisinya. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi padanya.
Kedua tangan Akabane Kazuha bergetar dan matanya terasa panas. Wanita itu memegang pundak putranya dan mulai terisak. Karma tak mengatakan apapun, dia hanya menatap lurus pada sang Ibu. Wanita itu kembali menangis untuknya ketika Karma sendiri sudah berhenti. Untuk apa air mata itu?
Apakah untuk menangisi kemalangan Karma?
Atau untuk menangisi nasibnya yang akan kehilangan satu-satunya anaknya?
Manapun itu Karma tak ingin mengetahuinya.
..
“Kau pasti merasa lelah kan?”
Karma tak menoleh saat mendengar suara sang Ayah. Dia bahkan tak bergerak untuk melirik pria yang kini duduk di sisinya. Udara malam yang dingin berhasil menenangkan suasana hatinya yang berkecamuk sedari tadi.
“Apa kau merasa Ayah dan Ibu egois karena kami ingin kau tetap berjuang?” Sang Ayah kembali bertanya. Dia mengabaikan fakta bahwa sedari kemunculannya, Karma hanya mengabaikannya.
“.... Aku tak tahu.”
Pria berambut coklat itu tersenyum getir, “Mungkin saja Ibumu berbohong karena dia ingin kau tetap memiliki harapan untuk berjuang.”
Karma hanya melirik sekilas sebelum mengembalikan perhatiannya pada langit malam. Tak ada satupun bintang yang terlihat yang jujur saja membuat Karma merasa kecewa. Dia telah mengembangkan kebiasaan menatap langit ketika berada dalam suasana hati yang buruk atau saat ingin berpikir.
“Mungkin juga dia berbohong untuk menguatkan dirinya agar tidak menyerah dan ikut berjuang bersamamu.”
Kali ini perkataan sang Ayah menarik perhatian Karma. Saat remaja itu menoleh, dia melihat sang Ayah yang sedang menatapnya dengan sebuah senyuman lembut. Kedua pasang bola mata yang identik itu saling menatap satu sama lain.
“Menguatkan diri?”
“Karma-kun, bagi Ayah dan Ibu, kau adalah dunia kami. Bagaimana kami harus tetap melangkah saat dunia kami akan direnggut dari kami?”
“Tetapi haruskah berbohong?”
Kali ini sang Ayah mengusap rambutnya sembari berkata, “Ayah tahu itu adalah hal yang salah untuk dilakukan. Kau pasti lelah karenanya. Tetapi berkata jujur padamu sama saja harus membuat Ibumu mengakui jika dia akan kehilangan dunianya. Dia ketakutan dan memilih untuk bersembunyi.”
“Apakah itu berarti Ibu hanya melarikan diri dari masalahnya?”
“Kau bisa mengatakannya demikian.
Karma menganggukkan kepalanya, “Jika seperti itu, akan kah ada saat Ibu berani menghadapinya?”
“Ayah yakin dia akan melakukannya.”
Tbc~
1 Januari 2023
Selamat Tahun Baru dan Selamat Ulang Tahun untuk Asano Gakushuu!!