Bagian 5

328 31 7
                                    

Senyuman sombong yang ada di wajah Asano muda membuat Karma merasa kesal. Dia ingin melayangkan pukulan pada wajah putra sematawayang kepala sekolahnya. Tetapi Karma tahu itu adalah hal yang diinginkan oleh Gakushuu. Mungkin dia ingin membuat Karma membuat masalah agar kembali diskors dan memberi kesan yang buruk terhadap kelas 3-E.

Namun mengingat kembali cara Gakushuu bertanya tentang keadaannya terdengar tulus. Seolah-olah dia benar-benar khawatir terhadap kesejahteraan Karma—yang jujur saja diragukan oleh Karma.

Mana mungkin putra Asano Gakuhou itu menghawatirkannya? Dan lagi mereka tak memiliki hubungan apapun selain sebagai rival.

“Bukankah seharusnya kau pulang sekarang, Akabane?”

Suara Gakushuu berhasil membawa Karma keluar dari pemikirannya. Dia kembali menatap Gakushuu. Remaja itu masih memasang wajah sombongnya dan menilai dari perkataannya jika Gakushuu sedang meremehkannya saat ini.

“Ada apa ini? Apa kau tiba-tiba menghawatirkanku, Asano-kun?”

Gakushuu mendengus. Seolah perkataan Karma adalah sebuah lelucon yang tak lucu.

“Jika kau pingsan tepat di depanku, yang akan disusahkan adalah aku.” Cara Gakushuu berbicara benar-benar menyebalkan di telinga Karma. Matanya juga senyuman yang ada pada wajah Asano muda itu benar-benar menekankan jika dia sedang meremehkan Karma saat ini.

“Apa kau berpikir aku sangat lemah sampai harus pingsan di depanmu? Mungkin kah kau berpikir jika aku pingsan di depanmu dan kau membawaku ke UKS akan membuatku jatuh hati padamu seperti fans gilamu itu? Bahkan jika kau menggendongku seperti pangeran tampan menggendong tuan putrinya, aku tak akan jatuh hati padamu.”

Saat itu Karma yakin penyakitnya telah membawa masalah pada pendengarannya karena dia berani bersumpah jika dia mendengar suara tersedak dari Gakushuu yang berusaha untuk menahan tawa. Bahkan dia bisa melihat raut geli pada wajah Gakushuu.

“Aku tak tahu jika imajinasimu sangat aktif, Akabane.”

Jujur saja ini membuat Karma merasa malu. Dia seharusnya tak mengatakan hal memalukan itu di depan rivalnya. Mungkin Gakushuu akan berpikir jika Karma suka berimajinasi tentang dirinya. Sialan!

“Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini, Asano-kun. Tetapi aku bisa menjamin jawabannya tidak.” Karma mendesis sinis pada Gakushuu yang sampai saat ini masih terlihat geli.

Perkataan Karma malah membuat Gakushuu terlihat semakin geli. Remaja itu sampai tertawa dengan jelas di depan Karma.

“Berhenti tertawa, Pangeran Lipan. Kau terlihat semakin mengerikan jika seperti itu.” Karma mencibir. Berusaha untuk bersikap biasa saja sambil menghilangkan rasa malunya karena ditertawakan oleh sang rival.

“Apa-apaan nama panggilan itu? Akabane kau cukup berbakat untuk membuat lelucon ternyata.”

Karma mulai mendesis kesal. Gakushuu masih dengan berani memasang wajah geli itu pada Karma. Dia mengejek Karma dan dengan berani tertawa! Dan lagi bagian mana dari kata-katanya yang lucu? Apakah Gakushuu benar-benar merasa dia adalah seorang pelawak?! Kesal karena terus ditertawakan oleh Gakushuu, Karma tanpa sadar melangkah mendekati remaja bersurai senja itu dan menginjak kaki remaja yang lebih tua dengan kuat.

“Akabane!” Gakushuu memekik. Mungkin saja karena dia terkejut atau karena sakit—walau Karma meragukan yang terakhir. Karma melompat menjauh sembari menjulurkan lidahnya, “Bleh!”

“Apa kau anak-anak?” Gakushuu terlihat mendengus dengan kesal. Dia menatap sepatunya yang kini memiliki jejak sepatu Karma. 

“Kenapa? Apa? Kau mau mengadu pada Ibumu?” Karma balas menyalak. Matanya memincing tajam pada Gakushuu yang tengah membersihkan sepatunya.

“Kau benar-benar kekanakan, Akabane.”

“Aku tak memintamu untuk menilai kelakuanku.”

Karma bisa melihat ketika Gakushuu memutar bola matanya dengan malas. Mungkin saja dia tengah menganggap perkataan Karma sebagai sesuatu yang tidak penting atau dia malah mulai memperlakukan Karma sebagai anak kecil yang hanya tahu mengatakan omong kosong.

“Aku bisa melakukannya bahkan tanpa kau minta, Akabane. Itu adalah hakku untuk menilai seseorang apakah baik atau buruk.” Cara Gakushuu menjelaskannya pada Karma membuat Karma merasa seperti sedang diceramahi oleh orang dewasa. Dan dia membenci hal itu.

Mengapa Gakushuu bertingkah laku seperti seorang yang sudah dewasa? Dia hanya remaja seperti Karma. Mungkinkah pengaruh Asano Gakuhou dalam hidup Gakushuu yang membuat remaja di depannya bertingkah laku seperti itu? Ya, bukan rahasia lagi jika hubungan keduanya tidak begitu baik. Jika bukan karena nama keluarga mereka yang sama dan kemiripan pada wajah mereka, Karma akan merasa Gakushuu dan Gakuhou hanya memiliki hubungan sebatas guru dan murid. Bukan Ayah dan anak. Omong kosong orang dewasa ini membuat Karma mual.

Karma kembali merilik Gakushuu yang sedang memeriksa arlojinya. Jika dipikir, bukan kah dia sudah menghabiskan terlalu banyak waktu berdebat dengan Gakushuu? Seharusnya dia sudah tiba di Gedung Utama untuk menunggu orang tuanya menjemput. Aih, Karma pasti akan dimarahi lagi karena terlambat dan tak memberi tahu mereka alasan keterlambatannya.

“Ini sudah sore, Akabane. Apa kau berniat untuk bermalam di tempat ini?”

“Bahkan jika aku bermalam di sini, kau tak memiliki hak untuk mengusirku.”

Gakushuu terdengar mendecakkan lidahnya, “Sejujurnya aku bahkan tak peduli jika kau bermalam di tempat ini dan mati membeku. Tetapi jika itu yang terjadi, aku akan kerepotan karena menjadi orang terakhir yang melihat dan berbicara denganmu.”

Karma mendengus. Dia berjalan melewati Gakushuu dan dengan sengaja menabrak bahu Gakushuu cukup keras. Membuat Ketua OSIS SMP-nya terdorong sedikit ke belakang. Tanpa berbalik, dia bisa mendengar suara Gakushuu yang tak puas akan tingkahnya.

Tbc~

18 Desember 2022

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang