"Oh?"
Seringai Karma seemakin mengembang. Dari cara Gakushuu menjawab, Karma bisa merasakan jika Gakushuu percaya diri jika Karma tak akan berhasil melakukannya. Ini membuat Karma merasa semakin bersemangat. Dia tak sabar untuk melihat ekspresi terkejut dan kekalahan pada wajah Gakushuu saat dirinya berhasil menjatuhkan sang Pangeran dari tahtanya.
"Tapi apa yang mau kau pertaruhkan, Akabane? Kau tau aku tak kekurangan uang atau barang-barang mahal."
"Tentu, bertaruh uang atau barang itu membosankan. Bagaimana jika kita mempertaruhkan harga dirimu?"
Kali ini dia bisa melihat kerutan pada wajah Gakushuu. Karma merasa semakin bersemangat saat dilihatnya Gakushuu terdiam dengan ekspresi terganggu. Betapa menyenangkannya mengganggu pewaris Asano ini.
"Harga diriku?"
Karma tergelak, "Ya, harga dirimu."
Cara Gakushuu yang memandang Karma seolah dia telah kehilangan akal membuat Karma merasa semakin bahagia. Ah.. sensasi ini sangat menyenangkan.
"Seperti yang kau katakan, kau tak kekurangan uang atau barang mahal. Tetapi kau jelas memiliki harga diri yang tinggi sebagai seorang Ketua OSIS, anak kepala sekolah, pemegang peringkat sebagai murid dengan nilai tertinggi di sekolah. Jika aku mengalahkanmu, bukankah harga dirimu itu akan hancur?" Karma menarik senyuman untuk memprovokasi Gakushuu. Dia tak menyangka jika Gakushuu bukannya terprovokasi malah tertawa seperti Karma sedang menceritakan sebuah lelucon.
"Akabane, kau bersikap sangat serius tadi dan hanya itu yang mau kau pertaruhkan?"
Karma tak suka nada meremehkan dalam suara Gakushuu. Dia tak suka cara Gakushuu memandangnya seolah dirinya adalah seorang yang idiot. Bahkan Gakushuu sekarang tengah memandangnya seperti memandang badut yang sedang melakukan pertunjukkan.
"Lalu apa yang kau sarankan?"
"Hanya mengalahkanku di Ujian Tengah Semester tidak akan membuatku merasa malu, Akabane. Dan lagi taruhan seperti itu hanya akan menguntungkanmu. Apa kau takut bertaruh sesuatu yang membuatmu rugi, Akabane?"
Sekarang Gakushuu yang memandang Karma dengan cara meremehkan. Remaja bersurai merah itu menyipit sinis pada Gakushuu yang justru ditanggapi dengan senyuman licik dari pihak lain. Apa yang Gakushuu rencanakan? Apa remaja itu ingin membuat serangan Karma berbalik?
"Mari bertaruh kau bisa mengalahkan ku dalam setiap Ujian yang ada tahun ini. Meskipun terlalu pasaran, tetapi kau bisa memintaku untuk melakukan apa saja jika kau berhasil melakukannya. Dan jika kau ingin aku dipermalukan, aku yakin kau akan memiliki ide yang jauh lebih baik dibanding tadi."
Karma tak paham mengapa Gakushuu terlihat sangat tenang saat mengusulkan hal tersebut. Bukan kah yang akan menderita kerugian adalah Gakushuu? Karma bisa saja meminta Gakushuu untuk berpakaian seperti wanita lalu berparade di sekitar sekolah atau malah membuatnya menari telanjang di depan seluruh murid.
Karma akan mengatakan sesuatu tetapi ketika dia melihat tatapan penuh percaya diri dari mata Gakushuu, dia akhirnya paham jika Gakushuu merasa dirinya tak akan bisa menang. Karena itu Gakushuu berani menyarankan taruhan yang bahkan bisa merugikannya. Tanpa sadar hal ini membuat Karma kesal. Jari-jarinya berdenyut seolah ingin memukul wajah Gakushuu.
"Jangan sesali apa yang kau katakan saat ini, Asano-kun. Aku bisa saja memintamu untuk menari telanjang di depan teman-temanmu jika aku menang nantinya."
Ekspresi Gakushuu sedikit goyah ketika mendengarkan perkataan Karma, tetapi kepercayaan diri itu segera kembali seolah itu tak pernah tergeser. Gakushuu memberikan senyuman kemenangan pada Karma sebelum berbalik dan meninggalkan Karma.
Kali ini Karma tak mengikuti remaja itu. Dia sedang terlarut di dalam pikirannya, apa yang bisa dirinya minta Gakushuu untuk lakukan dirinya berhasil mengalahkan sang pewaris Asano itu? Sesuatu yang memalukan? Karma sangat ahli dalam hal itu.
Remaja bersurai merah itu bersorak penuh semangat. Langkah pertama yang harus dia lakukan adalah mengalahkan Gakushuu di Ujian Tengah Semester terlebih dahulu.
..
Untuk kesekian kalinya hari itu, Karma kembali memuntahkan isi perutnya. Di sisinya, sang Ibu berlutut sambil mengusap punggungnya dengan lembut. Karma bersandar lemah pada sang Ibu ketika dia telah selesai mengeluarkan isi perutnya.
Jujur saja Karma tak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya. Beberapa hari yang lalu dia masih baik-baik saja, tetapi sejak semalam dia merasa kurang sehat dan pagi ini dia merasa sangat mengerikan. Kepalanya berdenyut-denyut seolah siap meledak, perutnya terus merasa mual dan dia bahkan tak bisa memakan apapun tanpa memuntahkannya.
"Aku sudah menghubungi Sato sensei, dia berkata akan segera datang." Samar-samar Karma bisa mendengar suara sang Ayah. Pria itu berusaha terdengar tenang walau sebenarnya dia sangat khawatir saat ini. Karma paham jika Ayahnya berusaha untuk tetap tenang agar tidak membuat panik sang Ibu. Dia pria yang kuat.
Kelopak mata Karma terasa sangat berat. Dia merasa sangat mengantuk. Dia akan tidur sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Saat Karma terbangun lagi, dia kembali di hadapkan dengan langit-langit putih yang familiar. Sepertinya dia kembali ke rumah sakit lebih cepat dari yang diperkirakannya. Ahh.. Karma semakin membenci tubuhnya yang melemah sekarang. Apa dia memang tak bisa hidup tenang tanpa memasuki rumah sakit seolah itu hanya tempat wisata?
Mungkin dia memang harus menyerah.
Tbc~
08 Januari 2023