Bagian 46

129 11 5
                                    

"Kau tahu, lebih baik jika kau memiliki beberapa hari lagi untuk memikirkannya." Suara Ayahnya terdengar sedih. Gakushuu tak tahu jika Gakuhou masih bisa merasakan sedih saat ini. Gakushuu terus saja menganggap aneh tindakan Ayahnya hari ini. Dia terlihat lemah dan sedih tetapi berusaha untuk tetap terlihat kuat. Matanya menyendu dan mau tak mau Gakushuu mengingat sosok Ayah Karma yang tentunya tak mungkin lebih tua dari Ayahnya namun terlihat seolah hampir mencapai akhir 40-an. Ayahnya sendiri baru berusia 41 tahun tetapi tatapannya kini terlihat lebih tua dari usianya yang sebenarnya.

"Ini bukan keputusan yang bijak, Asano-kun." Gakushuu menatap bingung pada ayahnya yang terlihat sangat ingin meyakinkan Gakushuu jika pilihannya bukanlah pilihan yang baik. Seolah-olah Gakushuu memiliki pilihan dalam hal ini.

"Kurasa bukan aku yang membuat keputusan itu. Tetapi pemerintah." Gakushuu berkata dengan skeptis.

"Tetapi bukan berarti kau bisa begitu tenang menyetujuinya!" ledakan Gakuhou entah mengapa tidak mengejutkan. Sayangnya Gakushuu menolak untuk mengakui keresahan hati sang Ayah. Tawaran Karasuma untuk menghapus ingatannya terlalu menggoda. Mungkin dengan demikian dia bisa melupakan kenangan menyakitkan yang dia miliki atas kematian Ibunya sambil menciptakan ingatan baru bahwa Ibunya hanya meninggal karena sakit dan dia telah menghabiskan waktunya dengan bahagia di hari-hari terakhir sang Ibu. Melupakan fakta bahwa sang Ibu mengalami depresi berat dan Gakushuu tak tahu harus melakukan apa untuk membantu sang Ibu atau fakta sikap acuh tak acuh Ayahnya saat sang Ibu meninggal telah melukainya lebih dari apapun. Dia ingin melupakan saat dia menangis tak henti-henti dalam pelukan neneknya karena takut pada mimpi buruknya dan tak bisa menemukan sang Ibu. Dia ingin melupakan setiap kepedihan yang dirasakannya saat mengunjungi makam sang Ibu dan berharap wanita itu masih ada bersamanya untuk mendengar ceritanya.

Dia hanya ingin melupakan rasa sakitnya.

Tanpa ingatan, Gakushuu hanya akan terus hidup. Tak perlu merasa takut saat melihat foto Ibunya dan kembali mengingat ketidakmampuannya.

"Gakushuu, Ayah paham mengapa kau menyetujuinya. Kehilangan orang yang dicintai memang sangat menyakitkan hingga kau berharap untuk melupakan mereka agar rasa sakit itu berhenti. Tetapi rasa sakit itu tak pernah hilang bahkan jika kau melupakan mereka." Aneh mendengar namanya meluncur dari mulut pria itu. Padahal Gakushuu telah lama berpikir jika namanya sudah berubah menjadi hanya 'Asano-kun' di dalam kepala sang Ayah.

Juga Gakushuu tak yakin jika Ayahnya membicarakan mengenai Ikeda atau mengenai Ibunya. Dia mengalihkan pandangannya pada hal lain selain Ayahnya dan terkejut menemukan foto sang Ibu berada di atas meja kerja sang Ayah. Mungkin saja Gakuhou menyadari tatapan Gakushuu yang begitu intens pada benda di atas mejanya yang membuat pria itu mengambil objek yang telah diamati Gakushuu.

"Ibumu adalah wanita yang luar biasa, Gakushuu," Mata Gakuhou terlihat semakin sedih dan ada kilasan nostalgia pada wajahnya, "Dia wanita yang cantik dan dicintai semua orang. Kehilangan dirinya adalah hal yang begitu berat dan menyakitkan. Tetapi apakah kau yakin ingin menukar semua kegembiraan yang dibuat Ibumu selama dia hidup untuk menghilangkan rasa sakitmu?"

Andai dia memiliki jawaban untuk pertanyaan sang Ayah. Andai rasa sakitnya tidak membutakan pemikirannya. Andai dia bisa menghadapi duka nya dengan benar.

"Mereka hanya akan menghapus ingatanmu akan hari ini." Gakuhou mengatakan pernyataan yang sungguh sudah sangat jelas untuk Gakushuu.

"Aku tahu itu."

"Lalu mengapa kau menanyakan untuk menghapus ingatan 5-7 tahun yang lalu juga?! Apa kau sebegitu ingin melupakan Ibumu?!"

"Aku tidak tahu!" Bentak Gakushuu. Dia menyadari dengan cepat kesalahannya dan segera menutup mulutnya. Dia melirik dengan ragu pada sang Ayahnya yang nampak membeku. Mungkin pria itu tak mengharapkan Gakushuu untuk meledak seperti itu.

"Aku hanya.. aku tidak tahu. Apakah aku memang ingin melupakan Ibu atau aku ingin melupakan fakta bahwa aku tak lagi memiliki Ibu." Gakushuu berkata dengan pelan. Suaranya nyaris terdengar seperti cicitan. Namun dia yakin sang Ayah pasti mendengar apa yang dia katakan. Lewat sudut matanya, Gakushuu bisa melihat mata ayahnya melembut.

"Gakushuu, jika mereka menyetujui untuk menghapus ingatanmu 5-7 tahun yang lalu, itu berarti kau akan melupakan hampir setengah dari hidupmu. Kau akan melupakan kemenanganmu dalam tim sepak bola ketika berusia 11 tahun, kau akan lupa hadiah dari nenekmu untuk ulang tahunmu yang ke 12, kau akan lupa novel tua pemberian mendiang bibi mu, kau akan lupa tempat-tempat menarik yang kau temukan bersama Pamanmu di desanya, kau akan lupa hampir semuanya. Termasuk kau akan melupakan seberapa dekat kau dengan Akabane-kun sekarang ini."

Cukup aneh mendengar Ayahnya mendaftar satu persatu hal yang akan Gakushuu korbankan demi menyembuhkan dukanya. Dia tak menyangka Gakuhou akan mengetahui hal-hal yang membuat Gakushuu bahagia setelah kematian sang Ibu. Mungkin Ayahnya tidak pernah menjadi tidak peduli sebelumnya. Mungkin dia hanya mengggunakan ketidakpeduliannya untuk menyembunyikan dukanya yang terlampau besar.

Meski sang Ayah ada benarnya, Gakushuu masih sangat tergoda untuk menghapus seluruh ingatannya. Bukan hanya yang terjadi hari ini saja tetapi juga apa yang terjadi dalam hidupnya.

"Apa yang dikatakan Ibumu sebelum dia meninggal?"

Gakushuu hanya menggelengkan kepalanya. Dia tak mau menjawab pertanyaan Gakuhou. Dia tak mau mengingat pesan terakhir sang Ibu dan fakta bahwa dia sebenarnya telah mengecewakan wanita itu. Dia gagal memenuhi pesan terakhirnya karena bahkan sampai saat ini, ketika dia sudah begitu yakin dia bisa melakukannya, nyatanya dia masih belum bisa menemukan kedamaian untuk dirinya sendiri. Dia masih terus dihantui oleh rasa bersalah dan juga kesedihan karena kehilangan orang yang sangat dicintainya.

Tbc~

10 Juni 2024

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang