Bagian 4

312 36 1
                                    

Ini bukan hari yang baik bagi Gakushuu. Tak masuk dalam kategori hari yang buruk namun tak bisa juga dimasukkan dalam hari yang baik. Seperti hari biasanya namun dengan sedikit kesialan. Sebagai Ketua OSIS di sekolah, sudah pasti pekerjaan yang Gakushuu lakukan jauh lebih banyak dibandingkan anak-anak lainnya. Dia pula adalah murid dengan nilai terbaik di sekolah dan harus bisa mempertahankan nilainya.

Benar-benar beban yang begitu berat yang harus dia bawa di usianya saat ini. Namun Gakushuu tak pernah mengeluhkan hal itu atau membencinya. Tentu dia merasa lelah terkadang. Bagaimanapun dia hanya seorang remaja.

Ketika merasa terlalu lelah dengan semua beban yang ditanggungnya, dia akan berjalan di sekitar hutan belakang gedung utama hanya untuk menjernihkan pikirannya. Itulah tepatnya yang sedang Gakushuu lakukan saat ini. Dia hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Akabane Karma di tengah jalan-jalannya.

“Akabane?” Gakushuu tanpa sadar memanggil remaja bersurai merah tersebut.

Karma menoleh padanya, ekspresi terkejut atau apapun itu sedang terpasang di wajahnya sebelum berganti menjadi seringai nakalnya yang biasa. Walau rasanya seperti pelanggaran jika Gakushuu mengakui ini, dia benar-benar lega melihat Karma kembali ke sekolah dan masih bisa memasang seringai nakal itu.

“Oh? Apa yang ‘Yang Mulia Pangeran’ lakukan disini?” Karma berujar. Seringai nakalnya mengembang. Tawanya mengalun di telinga Gakushuu dan entah mengapa terdengar sebagai hiburan bagi Gakushuu. Bahkan tanpa sadar Gakushuu menarik senyuman kecil karena suara tawanya.

“Apa yang kau lakukan disini, Akabane?”

Karma mencebik, seolah merasa tersingung akan pertanyaan Gakushuu. Mengapa remaja itu terlihat menggemaskan di mata Gakushuu? Apakah efek kelelahan membuatnya berhalusinasi? Mungkin dia harus tidur lebih awal hari ini. Dia pasti sangat kelelahan sampai berhalusinasi seperti itu.

“Aku bertanya padamu lebih dahulu. Tetapi kurasa kadar kepintaranmu itu menurun karena tak bisa memproses pertanyaan sederhana seperti yang kutanyakan tadi, maka aku akan memuaskan rasa ingin tahu mu. Jika kau cukup pintar untuk memahami bahwa lokasi kelasku berada di dekat sini, maka itu adalah hal yang wajar jika aku berada di tempat ini.” Karma berkata. Seringai meremehkan yang ada di wajahnya seharusnya membuat Gakushuu kesal dan ingin meninju wajahnya. Tetapi saat ini Gakushuu tak memiliki dorongan itu.

“Lalu jawab pertanyaanku sekarang. Mengapa kau ada disini, Asano-kun?”

Gakushuu mendengus, “Ini masih termasuk wilayah Kunugigaoka. Aku memiliki hak untuk berada dimanapun yang aku inginkan. Termasuk tempat ini.”

Dinilai dari ekspresi Karma, remaja itu ingin mengatakan sesuatu yang membuat Gakushuu kesal. Namun dia kalah cepat dari Gakushuu yang bertanya mengenai keadaannya.

“Kau.. bagaimana keadaanmu? Kudengar kau masuk rumah sakit.”

Karma tertegun. Gakushuu bisa mengatakan dia tak siap dengan pertanyaan yang dilontarkan olehnya. Jujur saja ini pertama kalinya Gakushuu melihat seorang Akabane Karma tertegun karena sebuah pertanyaan sederhana. Tak menyangka dia bisa melihat Karma tanpa seringai menyebalkannya itu. 

“Astaga, aku tak tahu jika kau sekarang suka bergosip.” Karma berkata dengan nada yang meremehkan. Namun Gakushuu kini tahu itu hanya cara Karma untuk memancing emosinya. Sepertinya Karma sudah kehilangan keahliannya sedikit demi sedikit.

“Aku tak suka bergosip. Tetapi seperti yang kau tahu, dinding memiliki mata dan telinga. Bukan kah seharusnya kau sedang menghabiskan waktumu di rumah sakit?”

Ada sedikit ekspresi kekesalan yang muncul pada wajah Karma. Meski begitu remaja tersebut berhasil menetralkannya dengan ekspresi santai miliknya. Karma mengangkat bahu acuh tak acuh sembari memandang Gakushuu dengan malas, “Kenapa? Apa kau takut aku akan merebut posisimu sebagai murid dengan nilai terbaik di sekolah?”

“Itu bukan hal yang layak aku takutkan.”

Karma mendengus, dagunya terangkat dan memberikan pandangan merendahkan pada Gakushuu, “Sebaiknya kau mulai takut akan hal itu. Bahkan jika aku menghabiskan masa sekolahku di rumah sakit, aku tetap akan bisa melampauimu.”

Gakushuu membalasnya dengan senyuman sinis, “Oh ya? Kalau begitu aku menantikan pertarungan denganmu. Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan murid kelas buangan sepertimu dalam melawanku.”

Ada senyuman mencurigakan yang muncul pada wajah Karma. Senyuman seperti iblis yang senang menemukan mainannya. Manik merkurinya seolah mengeluarkan cahaya yang menyeramkan dengan wajah ditutupi bayang-bayang pepohonan, “Lalu nantikan saja saat aku menghajarmu habis-habisan.”

Bahkan jika hanya sejenak, Gakushuu benar-benar merasa merinding melihat senyuman dan tatapan Karma. Setan Merah 3-E benar-benar tak mendapat julukannya dengan cuma-cuma. Tetapi Gakushuu tak dapat disebut sebagai putra Asano Gakuhou jika dia menampakkan emosinya dengan jelas. Bukan ekspresi takut yang muncul di wajah Gakushuu melainkan senyuman pada wajahnya yang semakin melebar.

Menantang Karma untuk melakukan apa yang dia katakan.

Rivalnya ini memang orang yang menarik.

Tbc~

11 Desember 2022

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang