Bagian 31

112 18 3
                                    

Gakushuu adalah entitas yang paling menyebalkan yang pernah Karma kenal. Bagaimana bisa dia dengan santainya menurunkan Karma di depan teman-teman sekelas Karma dan pergi begitu saja? Dia membuat Karma harus menghadapi rentetan pertanyaan yang diajukan bukan hanya dari teman sekelasnya namun dari gurunya juga.

Korosensei—sang biang gosip—menjadi sangat bersemangat ketika menanyai alasan kedekatan Karma dan Gakushuu. Percayalah Karma sama sekali tak memiliki cadangan tenaga untuk menghadapi wali kelasnya itu. Belum sampai disitu, Nakamura Rio—orang yang Karma pikir adalah patner in crime-nya yang setia—justru menempelinya dan terus menanyakan banyak hal aneh pada Karma.

Karma benar-benar kelelahan seharian ini menghadapi pertanyaan dari rekan-rekan sekelasnya itu. Seharusnya dia menerima tawaran Ibunya untuk tetap di rumah hari ini. Rasanya sangat melelahkan. Beruntungnya—atau mungkin tidak—Karasuma-sensei menyarankannya untuk beristirahat dan tidak mengikuti kelas pembunuhan. Jadi yang Karma lakukan disaat teman-temannya merencanakan pembunuhan Korosensei adalah duduk di pematang sambil menonton teman-temannya berusaha menikam atau menembak Korosensei.

Ah! Mereka juga mendapatkan teman baru selama Karma berada di rumah sakit. Teman-teman sekelas Karma memanggilnya Ritsu. Jika tidak salah itu diambil dari Jiritsu Shiko Kotei Hodai. Nama yang cukup berbelit. Kata Nagisa, dia adalah mesin pembunuh yang dikembangkan oleh pemerintah. Hari pertama dia berada di kelas 3-E, dia menembakkan peluru tanpa henti yang membuat teman-temannya tak bisa belajar dengan tenang. Lalu atas bantuan Korosensei yang melakukan modifikasi, mesin pembunuh itu kini menjadi seperti mereka. Seorang murid yang ingin belajar dan bergaul dengan teman-temannya.

Hm.. cukup menyenangkan memiliki murid baru di kelas mereka walau hanya berupa AI.

Saat mendekati jam pulang sekolah, Karma menerima pesan dari Gakushuu yang menyuruhnya menunggu. Dengan cemberut Karma menatap pesan itu sambil berharap bisa memukul sang pengirim. Ini tidak seperti Karma memiliki pilihan kan? Orang tuanya pasti marah jika dia pulang begitu saja tanpa Gakushuu dan lagi karena kejadian pagi ini, Karma menjadi enggan untuk meminta tolong pada teman sekelasnya. Bagaimana jika dia kehabisan tenaga dalam perjalanan dan membuatnya harus digendong oleh teman sekelasnya? Sudah cukup memalukan digendong oleh Gakushuu, Karma tak ingin merasakan lagi digendong oleh orang lain.

"Karma-kun." Nagisa menghampirinya, memengang sebuah majalah di tangannya, "Apa kau sudah tahu jika sekuel Sonic Ninja akhirnya keluar di bioskop?"

"Eh? Sudah tayang? Aku tak begitu memperhatikan berita beberapa hari ini."

"Hari ini penanyangan perdana di bioskop di Amerika. Sayang sekali kita harus menunggu lagi untuk bisa menontonnya."

Sungguh sangat disayangkan. Pikir Karma demikian. Dia dan Nagisa cukup menantikan sekuel dari seri ini. Namun sayang sekali mereka harus menunggu sampai film tersebut ditayangkan di bioskop di Jepang.

Dan mungkin ini merupakan hari keberuntungan Karma karena sungguh sebuah kebetulan Korosensei—yang saat ini tengah bercakap-cakap dengan Rio—mengatakan jika dirinya ingin pergi ke Hawaii untuk menontonnya. Karma melirik Nagisa dan pada saat yang sama Nagisa juga meliriknya. Sepertinya dia memikirkan hal yang sama dengan Karma.

Dikala teman-teman sekelas mereka telah pulang, keduanya menghadang Korosensei yang telah berniat untuk pergi ke Hawaii. Keduanya menyampaikan niat mereka pada sang wali kelas dan betapa beruntungnya mereka karena Korosensei mengijinkan mereka untuk ikut.

Terbang bersama Korosensei benar-benar pengalaman yang sungguh menakjubkan. Pemandangan yang Karma lihat selama perjalanan terlihat benar-benar mengagumkan. Dan lagi berbeda dengan menaiki pesawat, selama perjalanan Karma tak mendengar suara apapun kecuali ocehan Korosensei mengenai tekanan udara atau suara Ritsu di ponsel Nagisa dan Nagisa sendiri.

Dibandingkan menggunakan pesawat, terbang bersama Korosensei jauh lebih menyenangkan dan cepat. Karma benar-benar berharap Korosensei akan mengajaknya terbang lagi.

"Uh.. sangat dingin." Karma tanpa sadar mengeluhkan udara di bioskop yang begitu dingin. Ritsu menjelaskan jika bioskop di Hawaii selalu menyalakan pendingin udara. Mungkinkah karena mereka kepulauan tropis? Untungnya Korosensei mengeluarkan selimut—yang entah datang darimana—untuk mereka kenakan. Korosensei juga membantu mereka menerjemahkan saat ada kata asing yang kurang mereka pahami. Sejauh ini film nya cukup seru namun Karma kurang menyukai bagian akhirnya karena dibuat terlalu klise.

Saat mereka kembali ke Jepang, hari sudah malam. Karma sedikit khawatir Ayah dan Ibunya akan panik dia belum pulang ke rumah. Terlebih dia tak memberitahu mereka sebelumnya. Sepertinya dia harus mempersiapkan telinga nya untuk menghadapi ceramahan panjang dari orang tuanya. Terlebih Karma mematikan ponselnya sejak mereka akan berangkat. Jadi dia tak tahu apakah orang tuanya menghubunginya atau tidak.

Sayang sekali Karma melupakan seorang lagi yang akan memarahinya karena tak memberikan kabar apapun.

"AKABANE!"

Tbc~

31 Desember 2023

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang