Bagian 14

238 35 9
                                    

Gakushuu bisa merasakan jika seseorang sedang menatapnya cukup intens saat ini. Itu bukan hal yang baru bagi nya karena dia memiliki banyak penggemar. Tetapi biasanya mereka akan melakukannya diam-diam dan kadang Gakushuu bahkan tak menyadarinya. Namun seseorang ini benar-benar menatapnya dengan begitu jelas di tengah hari seperti ini.

Gakushuu menoleh, berusaha mencari siapa yang menatapnya. Dan dia menemukannya. Akabane Karma. Remaja itu duduk di bawah pohon rindang, tertutupi bayang-bayang pohon. Penampilannya terlihat sangat mencolok dengan rambutnya yang berwarna merah. Dia menatap lurus pada Gakushuu dengan tatapan yang bisa dibilang kosong. Seolah hanya tubuhnya saja yang ada saat ini dan jiwa nya sedang pergi entah kemana.

Tanpa sadar Gakushuu menyunggingkan senyuman.

“Kalian pergi lebih dahulu, aku akan memberitahu detailnya nanti.” Gakushuu berkata pada teman-temannya dan melambai pergi. Senyuman Gakushuu berubah menjadi seringai saat Karma mulai menatapnya dengan tatapan tajam. Seolah mengancam Gakushuu untuk tidak mendatangi dirinya. Tetapi semakin tajam tatapan Karma, semakin bahagia Gakushuu.

“Akabane, senang menemukan kau tak kabur dari taruhan kita.” Gakushuu berkata saat dia berdiri di depan Karma. Remaja yang jauh lebih muda mendengus kesal.

“Asano-kun, kau sedang menghalangi pemandangan dengan wajahmu. Menyingkirlah.” Karma berkata dengan sarkas.

Meski begitu Gakushuu hanya tertawa karena nya. Wajah Karma mungkin masih sepucat saat dia melihatnya beberapa hari lalu namun Karma sudah tidak terlihat seperti tubuh tanpa jiwa.

“Apa yang kau lakukan disini, Akabane? Menunggu keajaiban datang untuk mengalahkanku?” tanya Gakushuu mengejek. Dia bisa melihat bagaimana raut wajah Karma berubah menjadi masam saat dirinya mengatakan hal tersebut. Namun Karma dengan cepat memperbaiki ekspresinya dan mulai menyunggingkan seringai khasnya.

“Untuk apa aku menunggu keajaiban, Asano-kun? Mungkin kau yang harus menunggu keajaiban datang.” ledek Karma.

“Kau yang lebih membutuhkan keajaiban, Akabane.”

Perkataan Gakushuu entah mengapa membuat Karma terdiam. Ada sesuatu di mata Karma yang tak bisa Gakushuu jelaskan bahkan tak bisa dia mengerti. Mungkin saja jika dirinya juga merasakan apa yang Karma rasakan, dia akan mengerti arti tatapan itu. 

“Mengapa kau tak bersama teman-temanmu, Akabane?” Gakushuu bertanya. Entah mengapa dia berusaha untuk mengalihkan topik permbicaraan mereka karena tak tahan dengan tatapan Karma.

Karma terlihat linglung untuk sesaat sebelum kembali menyunggingkan seringai, “Asano-kun, jika aku tak tau dengan pasti, aku akan mengira kau sedang perhatian padaku.”

Wajah Gakushuu entah mengapa terasa panas dan jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia juga merasa malu entah karena apa. Meski begitu, Gakushuu masih bisa mengontrol ekspresi yang muncul di wajahnya. Walau masih ada semburat kemerahan samar di wajahnya, namun siapapun bisa mengartikan warna itu muncul karena hari yang cerah saat ini.

“Oh? Mungkinkah kau sedang mengalami delusimu lagi, Akabane? Aku mulai curiga kau sebenarnya sangat menyukaiku sampai berdelusi seperti itu.”

Tanggapan Karma adalah sebuah tawa yang tak terkendali. Pemilik manik merkuri itu memegangi perutnya sambil tertawa. Bahkan dia mulai berbaring di rumput ketika tawanya semakin menjadi. Beberapa siswa yang mendengar suara tawanya mulai menoleh dan menatap pada mereka. Walau demikian Gakushuu sama sekali tak peduli dengan tatapan mereka atau berusaha membuat mereka berhenti menatap. Dia hanya fokus pada remaja lain di hadapannya.

Karma yang berbaring di rumput sembari tertawa dengan dibayangi bayang-bayang pohon menjadi fokus utamanya. Kedua mata Karma terpejam dan mulutnya terbuka untuk melantunkan tawa, cahaya matahari yang menerobos celah-celah dedaunan jatuh pada tubuh dan wajahnya yang hanya memberi efek visual yang mencengangkan. Sudah sejak lama Gakushuu mengetahui jika seorang Akabane Karma memiliki penampilan yang rupawan. Buktinya banyak siswa yang jatuh hati padanya atau iri karena wajahnya.

Tetapi hari ini, menyaksikan Karma yang tertawa riang di hadapannya, Gakushuu hanya bisa memikirkan satu kata.

Cantik.

Mungkin dia terlalu terpana pada tampilan di depannya sampai tak menyadari jika Karma telah selesai tertawa. Karma menghapus air mata dari sudut matanya, masih dengan kikik yang tersisa remaja itu berkata, “Kita berdua hidup dalam delusi jika seperti itu.”

Gakushuu tersadar ketika dia mendengar suara Karma. Dia akan mengatakan sesuatu ketika mendengar nama Karma dipanggil oleh seseorang.

“Karma-kun!”

Keduanya menoleh pada saat yang bersamaan, mendapati seorang remaja dengan rambut biru tengah berlari ke arah mereka. Di belakangnya ada beberapa teman sekelasnya yang mengikuti. Gakushuu mengenali mereka sebagai orang yang sama yang dilihatnya di perpustakaan pada saat itu.

“Ah, para pengawalmu datang menjemputmu, Tuan Putri.” Gakushuu berkata. Ada senyum mengejek pada wajahnya yang dibalas dengan seringai oleh Karma. Remaja berambut merah itu mengulurkan tangannya ke arah Gakushuu.

“Lalu Yang Mulia Pangeran, bersikaplah sebagai lelaki yang baik dan bantu aku berdiri.”

Gakushuu terkekeh pelan dan mengambil tangan Karma, membantu remaja tersebut untuk berdiri. Keduanya sama-sama mengabaikan tatapan terkejut dari teman-teman Karma dan siswa lainnya yang saat itu berada di taman. Hanya saling menatap satu sama lain dengan tangan yang masih saling bertautan.

Tbc~

12 Maret 2023

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang