Bagian 25

127 21 2
                                    

"Seharusnya kau mendengar dirimu sendiri, kau berteriak seperti seorang gadis remaja saat hantunya muncul." Karma tertawa terbahak-bahak. Bahkan ada setetes air mata yang lolos dari pelupuk matanya karena tawanya. Di sisinya, Gakushuu memasang wajah jengah. Tangannya bergerak-gerak seolah ingin memukul kepala Karma namun masih menahan diriya.

"Ha ha, lucu sekali Akabane."

"Itu memang lucu." Ujar Karma sembari menghapus air matanya.

Karma telah kembali ke Tokyo beberapa hari yang lalu. Untuk memantau kesehatannya—yang kian memburuk—kedua orang tua Karma sepakat agar Karma tetap dirawat di rumah sakit. Jujur saja Karma sempat mengeluarkan amukan karena tidak terima harus menghabiskan waktunya di rumah sakit kembali. Tentu hal itu tak dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Hitoshi dan Kazuha jauh lebih mempedulikan nyawa anak mereka dibandingkan amukan Karma.

Karena kekesalan Karma terhadap kedua orang tuanya, dia mengirimkan pesan pada Gakushuu jika dirinya telah tiba di Tokyo dan berharap Gakushuu bisa bermain bersamanya lagi. Karma sangat bahagia saat Gakushuu membalas akan datang menjenguknya dan mereka bisa bermain beberapa game di laptop Gakushuu nantinya.

Karma telah memberikan banyak rekomendasi game yang menarik pada Gakushuu, dia tak menyangka jika Gakushuu benar-benar akan mengunduh game yang Karma sarankan di laptopnya hanya untuk membiarkan Karma bermain.

"Kenapa kau malah menyarankan permainan seperti ini?" Gakushuu bertanya sembari melanjutkan permainannya. Remaja itu hanya tersentak pelan kali ini ketika sosok menyeramkan muncul di layar sebelum kembali memulai permainannya. Karma yang mengamati tingkah Gakushuu entah mengapa merasa sedikit jengkel.

Kemampuan Gakushuu untuk beradaptasi dan belajar sangat tinggi. Walau pada awalnya remaja itu terkejut dengan hantu yang muncul—bahkan sampai berteriak, sekarang dia memainkannya seperti sedang memainkan permainan santai seperti candy crush! Apakah ini turunan genetika atau hasil dari pembelajaran keras Asano Gakuhou?

"Ini permainan yang menarik. Aku sering memainkannya dengan teman-teman sekelasku terlebih jika mereka datang untuk menginap di rumahku."

"Oh? Tetapi kita tidak sedang berada di rumahmu saat ini."

Karma tak tahu apakah Gakushuu memang berbakat dalam sarkasme atau itu hanya komentar acak yang dia katakan, Intinya Gakushuu masih tetap saja menyebalkan.

"Asano-kun, apa kau memang berbakat melakukan semuanya?" nada bicara Karma terdengar seperti dia tak percaya namun penasaran pada saat yang sama. Namun Gakushuu malah menatapnya seolah Karma sedang mengajukan pertanyaan aneh.

Bukankah apa yang Karma tanyakan adalah hal yang wajar? Siapapun akan berpikir jika Gakushuu bisa melakukan segalanya mengingat remaja itu tampil dengan sangat sempurna. Seperti dia tak memiliki celah sedikitpun untuk dicemooh. Lalu mengapa Gakushuu justru menatapnya seperti itu?

"Tidak ada manusia yang memiliki bakat seperti itu, Akabane. Akan selalu ada 1 atau 2 hal yang tak bisa kita lakukan."

"Benarkah? Lalu apa yang tak bisa kau lakukan?"

"Apa kau ingin memanfaatkannya untuk menggangguku? Aku tak akan mau memberitahumu."

"Cih, aku bahkan tak memikirkan hal itu. Kau selalu saja berprasangka buruk padaku. Kau sendiri yang mengatakan jika semua manusia pasti memiliki kekurangan. Aku hanya ingin tahu apakah kau adalah manusia tanpa kekurangan atau kau seperti manusia lainnya." Karma berujar. Ekspresi cemberut pada wajahnya malah mengundang tawa dari Gakushuu.

"Bukan aku berpikir buruk tentangmu, Akabane. Tetapi mengingat sejarah kita sebelum ini, aku rasa wajar jika aku menaruh curiga kan?"

"Apa kau yakin itu bukan karena penilaianmu tentangku yang terlalu rendah?"

"Mungkin saja itu juga menjadi faktor?"

Karma melayangkan pukulan pada bahu Gakushuu, tetapi remaja itu bisa menghindarinya dengan sangat mudah. Mata Karma memincing seolah mengancam Gakushuu. Tetapi apa arti ancaman Karma saat ini? Dia berada di ranjang rumah sakit dengan terpasang selang infus. Bahkan semalam dia membutuhkan masker oksigen untuk membantunya bernafas juga mendapat suntikan bius pada pagi ini untuk rasa sakit yang menderanya.

Ancaman Karma saat ini hanya terasa seperti ancaman kosong.

"Sebaiknya kau simpan tenagamu itu untuk pulih, Akabane. Aku masih menantikan untuk memenangkan taruhan antara kita." Saat Gakushuu mengatakan hal tersebut, ada senyuman jenaka pada wajahnya. Remaja yang Karma tahu hanya memasang senyuman sopan setiap kali bertemu orang kini tersenyum dengan tulus di hadapan Karma. Dan matanya.. kedua iris violet itu terlihat hangat.

Entah karena cahaya ruangan yang terlalu terang atau memang senyuman Gakushuu memiliki efek yang begitu kuat, di mata Karma remaja itu menjadi lebih tampan dan menarik.

Sepertinya ada yang salah dengan mata Karma.

Mungkin penyakitnya telah mempengaruhi indra penglihatannya.


tbc~

08 Oktober 2023

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang