Melihat raut wajah Gakushuu, Karma tahu jika remaja itu sedang berusaha menahan tawa nya. Karma ingin menginjak kaki remaja itu lagi untuk menghentikannya tertawa. Untungnya, Gakushuu segera mengembalikan ekspresi netral pada wajahnya. Dia masih memasang senyuman ramah saat berbicara dengan teman-teman Karma. Bersikap seolah dia dalah seorang Ketua OSIS yang baik dan ramah pada semua murid dan bukannya seorang yang manipulatif yang suka memerintah.
Cih, manusia munafik.
Karma terus memandang tajam pada Gakushuu yang kini tengah bertukar kata dengan Nakamura Rio. Keduanya seperti sedang bertukar ejekan dengan cara yang tak ingin Karma selidiki.
“Jika kau terus menatapku seperti itu, aku akan mulai curiga kau menaruh rasa suka padaku, Akabane.”
Karma terlonjak kaget karena perkataan tersebut. Segera dia melemparkan tatapan jijik pada Gakushuu yang malah dibalas dengan tatapan geli khas remaja tersebut. Barulah Karma tersadar jika Gakushuu hanya mencoba untuk menggodanya. Karma benar-benar memiliki keinginan untuk menginjak wajah Gakushuu agar dia berhenti menampilkan wajah itu.
Karma benar-benar bertanya-tanya mengapa dia terus melihat Gakushuu beberapa hari belakangan ini? Apakah Gakushuu sebenarnya titisan setan yang sedang mengintai Karma? Atau mungkin dia malaikat maut yang ingin mengambil jiwa Karma? Memikirkan jiwanya akan diambil oleh Gakushuu hanya membuatnya merinding.
Kemudian Gakushuu berdiri, menutup buku yang sedari tadi dibacanya, “Minggir, Akabane.”
Karma mengangkat dagunya, tersenyum menantang pada Gakushuu. Sayangnya, Gakushuu tak terprovokasi akan tindakannya. Malah dia menghela nafas dan membuat tampilan seolah sedang menghadapi anak nakal yang tak mau mendengar.
Rasanya tidak menyenangkan melihat Gakushuu yang tenang begini. Karma dengan cepat kehilangan minatnya untuk mengganggu Gakushuu dan memilih melakukan tujuan awalnya ke perpustakaan bersama teman-temannya. Gakushuu nampaknya juga tak mempedulikan Karma lagi karena sekarang remaja itu berjalan ke sebuah rak untuk mengembalikan buku yang dia baca tadinya.
Karma tak lagi memperhatikan remaja itu karena fokusnya kini tertuju pada teman-teman sekelasnya.
“Aku tak tahu jika kau sedekat itu dengan Asano-kun.” Nakamura Rio memulai pembicaraan begitu saja saat melihat Karma tak lagi menaruh fokus pada Gakushuu. Karma membuat ekspresi jijik pada wajahnya. Namun karena ekspresi yang ditampilkan Karma malah membuat gadis pirang itu tertawa terbahak-bahak. Jika saja Kayano dan Nagisa tidak menenangkannya, Karma yakin dia akan membuat mereka terusir dari perpustakaan. Dan itu adalah hal terakhir yang Karma inginkan terlebih karena Gakushuu masih berada di perpustakaan bersama mereka!
“Meskipun terdengar tidak sopan, tetapi aku juga tidak menyangka kau bisa seakrab itu dengan Asano-kun.” Yuuma berkata.
Karma benar-benar tak mengerti konsep keakraban yang dipikirkan oleh teman-temannya. Bagian mana dari saling menghina yang termasuk dalam kearaban?
“Ya, kami akrab sampai aku merasa membunuhnya adalah hal yang legal.” Karma berkata disertai senyuman polos. Teman-temannya hanya tertawa dengan canggung untuk menanggapi perkataan Karma.
“Lupakan itu.” Karma berkata dengan cepat. Remaja itu kemudian berkata pada teman-temannya untuk fokus pada tujuan mereka. Ujian Tengah Semester yang semakin dekat membuat teman-temannya mulai khawatir akan nilai mereka. Karena kelas E tak bisa dengan bebas mengakses perpustakaan sekolah mereka, teman-teman sekelas Karma setuju untuk membuat semacam kelompok belajar. Mereka akan belajar di perpustakaan umum atau di rumah salah satu dari mereka.
Kali ini, mereka berniat belajar di perpustakaan umum untuk mempermudah mereka pada akses buku-buku. Sungguh kebetulan mereka bertemu Gakushuu di tempat ini. Berbicara tentang remaja itu, Karma kembali melirik ke arah Gakushuu, remaja bersurai senja itu telah kembali ke kursi yang sedari tadi didudukinya dan kini sedang fokus membaca buku yang mungkin baru ditemukannya.
“Hei tuan putri, pangeranmu itu tak akan lari kemanapun. Berhenti menatapnya dan bantu kami sekarang.” Nakamura Rio menjentikkan jarinya beberapa kali pada Karma untuk menarik perhatiannya. Dia berdecak saat Karma menatapnya dengan tajam tetapi kemudian tertawa ketika Karma memaki dirinya.
“Teman-teman, ayo fokus.” Yuuma berkata dengan lemah. Dia benar-benar tak bisa menghentikan Rio membuat kesal Karma, setidaknya dia berharap remaja berambut merah itu lebih berkepala dingin dibanding biasanya.
Mendengar nada putus asa dalam suara Ketua Kelasnya, Karma memutuskan untuk tidak melempar teman pirangnya itu dengan buku dan bergegas menanyakan permasalahan yang dihadapi teman-temannya dalam pelajaran agar dia bisa membantu mereka.
Belajar kelompok di perpustakaan terbukti lebih efektif karena mereka bisa mencari buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran mereka secara bebas. Mereka bisa mendiskusikan jawaban yang mereka anggap benar walau harus menahan suara mereka agar tak mengganggu orang lain. Karma cukup puas dengan hasil pembelajaran mereka dan dia tahu teman-temannya juga merasakan hal yang sama.
Biasanya dia tak akan belajar walau ujian sudah dekat, tetapi teman-temannya sangat ingin menaikkan nilai-nilai mereka, dan Karma dengan senang hati membantu mereka melakukannya.
Selain itu dia juga ingin merasakan kehidupan anak remaja. Belajar dan nongkrong bersama teman-temannya. Bukan duduk menatap keluar dari jendela rumah sakit.
Karma tersenyum kecil, tanpa sadar matanya melirik tempat Gakushuu tadinya duduk. Dia tak menemukan remaja itu disana. Gakushuu mungkin sudah pergi ketika dia berdiskusi dengan teman-temannya.
Sayang sekali dia tak bisa mengganggu pewaris Asano itu sebelum pergi.
Tbc~
25 Desember 2022
Selamat Natal dan Selamat Ulang Tahun untuk Akabane Karma