Untuk beberapa alasan, Karma berterima kasih pada Gakushuu yang memutuskan berangkat sekolah jauh lebih awal dari biasanya. Karena saat mereka tiba di gedung 3-E, belum ada murid lain yang datang. Hanya Karasuma-sensei yang sedang melakukan sesuatu di ruang guru dan Korosensei yang entah berada di mana di gedung tersebut.
Karma tak mengucapkan apapun pada Gakushuu saat dia diturunkan. Dia bergegas melesat masuk ke dalam kelasnya. Bahkan tak melirik Gakushuu sekalipun. Saat dia duduk di bangkunya, ponsel pada saku celananya bergetar. Karma menarik keluar benda itu untuk memeriksanya. Dia mendapati pesan dari Gakushuu yang menyuruhnya untuk tidak pergi kemana-mana setelah pulang sekolah. Hal ini malah membuat Karma memutar matanya. Gakushuu mulai bertingkah seperti pengasuh.
Menunggu teman-temannya yang lain datang sangat membosankan. Satu-satunya yang bisa dia ajak bicara saat ini hanya Ritsu, tetapi dia menjadi cepat bosan. Karena itu Karma meminta Ritsu untuk bermain game saja dengannya.
Karma tak tahu berapa lama waktu yang dia habiskan untuk menunggu teman-temannya yang lain sampai mereka berdatangan. Yang jelas, ketika dia tengah berada dalam pertarungan sengit, Yuuma dan Hiroto berjalan masuk ke kelas. Mereka berdua nampak sangat terkejut saat melihat Karma. Mungkin karena tak terbiasa melihat Karma datang pagi sekali.
Hiroto jelas mengomentarinya tentang hal itu yang hanya diabaikan Karma karena dia ingin fokus pada permainannya.
Karma tak begitu memperhatikan ketika satu persatu teman sekelasnya datang. Dia hanya menyadari ketika Ritsu menyudahi permainan mereka dengan alasan sudah waktunya untuk belajar. Saat itulah Karma menyadari jika semua teman sekelasnya telah hadir dan tak lama lagi Korosensei akan masuk ke dalam kelas mereka untuk mengajar sementara mereka akan berusaha untuk membunuhnya.
...
"Bagaimana keadaanmu, Karma-kun?" Nagisa bertanya. Mereka hanya berdiam diri di dalam kelas untuk menikmati waktu istirahat mereka. Baik Kayano, Nagisa dan Tomohito duduk mengelilingi Karma. Kotak bekal mereka ada di atas meja Karma bersama dengan bekal milik Karma.
"Lebih baik. Kurasa." Karma menjawab. Menusuk-nusuk sosis gurita di dalam kotak bekal lalu beralih mengambil tas sekolahnya. Dia mencari di dalam tasnya tetapi tak menemukan apa yang dicarinya. Mendesah pasrah, Karma kembali menusuk-nusuk sosis guritanya. Kali ini jauh lebih intens karena dia mulai membayang gurita khusus untuk dibunuh.
"Akabane-kun, itu bukan Korosensei." Kayano berkata dengan cekikikan. Gadis itu mungkin berpikir Karma sedang kesal pada Korosensei dan memutuskan untuk melampiaskannya pada sosis malang yang dibentuk menjadi gurita.
Karma mengendikkan bahunya. Dia menusuk sosis gurita dengan sumpit lalu membawanya ke mulut. Dari sudut matanya dia bisa melihat Korosensei tengah memperhatikannya. Ini membuat Karma menyeringai dan kembali menusuk sosis gurita di kotak bekalnya.
Karma mengalihkan pandangannya kembali ke kotak bekalnya dan mulai cemberut, "Aku ingin apel kelinciku."
Terlalu terbiasa dengan Gakushuu yang setiap hari berkunjung ke rumahnya dan menemaninya makan. Pada saat-saat seperti itu, Gakushuu selalu memastikan Karma memiliki apel kelinci. Ini semua salah Gakushuu karena membuatnya menyukai apel kelinci!
"Apel kelinci?" Tomohito nampak bingung.
Kayano terkikik, "Itu apel yang dipotong dengan bentuk kelinci."
Gadis remaja itu kemudian mengalihkan pandangannya pada Karma yang masih cemberut karena tak memiliki yang dia inginkan, "Aku tak menyangka Akabane-kun menyukai sesuatu yang imut seperti itu."
Karma memutar matanya. Terlalu malas menanggapi perkataan teman sekelasnya. Makan siangnya tak dia habiskan. Dia hanya memakan beberapa sosis gurita dan satu udang. Sedangkan makanan lainnya tak dia habiskan. Karma telah lama kehilangan selera makannya. Bahkan terkadang dia menolak untuk makan karena selalu merasa mual setiap melihat makanan. Tetapi Ibunya selalu menyiapkan bekal untuknya dan memastikan memasak makanan yang Karma sukai. Karma pikir itu karena Ibunya hanya ingin melihatnya kembali sehat seperti dahulu. Padahal Karma tahu itu hanya usaha sia-sia dari sang Ibu.
Waktu istirahat telah berakhir. Murid-murid yang lain mulai masuk ke dalam kelas satu persatu. Karma memperhatikan teman-teman sekelasnya yang dengan ceria merencanakan rencana pembunuhan mereka atau hanya sekedar bercerita mengenai sesuatu yang menarik minat mereka. Saat Irina-sensei memasuki kelas, Karma menarik pisau karet yang katanya mampu membunuh wali kelas mereka. Dia menatap cukup lama sebelum kembali menatap Irina-sensei yang tengah menjelaskan di depan kelas.
Entah mengapa.. semua kesenangan yang dia rasakan dari merencanakan pembunuhan dan ikut serta di dalamnya perlahan-lahan mulai menghilang.
Rasanya ada yang salah. Ada yang kurang. Karma mulai merasa kosong kembali. Kekosongan yang jujur saja menakutkan untuk dirinya.
tbc~
25 Februari 2024