Dikarenakan pertanyaan sederhana dari Karma, Gakushuu tanpa sadar menceritakan mengenai kesukaannya terhadap musik juga berjanji akan membiarkan Karma mendengarnya memainkan salah satu alat musiknya. Hal yang belum pernah dia lakukan pada siapapun.
"Bagaimana denganmu, Akabane? Apa hobimu?"
"Hobiku.. apa membaca komik masuk hitungan?"
Jawaban Karma membuat Gakushuu terkekeh geli. Dia menghentikan kekehannya saat Karma mulai melempar bantal pada dirinya. Untuk menenangkan remaja bersurai merah itu, Gakushuu harus mengalihkan pembicaraan mereka. Mereka berbicara tentang banyak hal dan karena itu Gakushuu tahu jika Karma sangat menyukai seri Sonic Ninja. Karma juga suka bermain game bersama teman-temannya. Dan yang terpenting Karma adalah seseorang yang aktif. Jika bukan karena penyakitnya, Gakushuu yakin Karma akan berkeliaran di luar bersama dengan teman-temannya sekarang. Entah dia akan pergi kemana untuk melompat-lompat agar energi berlebih di dalam tubuhnya itu terpakai semua.
Dia bahkan tak sadar jika mereka telah berbicara mengenai banyak hal sampai Ibu Karma mengetuk pintu untuk bertanya apakah Gakushuu ingin tinggal untuk makan malam. Gakushuu menolak dengan sopan, namun Ibu Karma memaksanya untuk tetap tinggal. Katanya sebagai tanda terima kasih. Menurut Gakushuu, tak sopan jika menolak wanita itu sekali lagi. Terlebih dia sepertinya sudah memasak cukup untuk Gakushuu ikut makan malam bersama mereka.
"Biarkan aku membantumu, Bibi." Gakushuu menawarkan. Namun Ibu Karma berkata jika Gakushuu bisa terus melanjutkan pembicaraannya dengan Karma.
"Asano-kun, kau bisa memasak?" Karma berceletuk. Begitu tiba-tiba sampai Gakushuu hampir merasa tidak siap akan pertanyaan Karma.
"Mengapa kau menanyakannya, Akabane?"
"Kau menawarkan bantuan pada Ibuku. Apakah salah mengasumsikan jika kau bisa memasak?"
Gakushuu menghela nafas pelan dan mengulas senyuman kecil. Tangannya tanpa sadar meremat buku di tangannya.
"Aku bisa.. um.. membuat hidangan sederhana. Jadi, ya. Kau bisa mengategorikannya sebagai bisa memasak."
Karma—untuk beberapa alasan—terlihat cukup penasaran, "Oh? Siapa yang mengajarimu? Apa kau belajar sendiri? Kau sangat pandai dalam belajar, aku yakin kau bisa menguasainya dalam waktu yang cepat."
Pertanyaan Karma murni karena remaja itu penasaran. Gakushuu tak bisa menyalahkannya karena menyodok titik sakitnya disaat Karma tak mengetahui masa lalunya. Yang dapat dilakukannya hanya meremat buku di tangannya lebih erat.
"Ibuku... Ibuku yang mengajariku cara memasak." Gakushuu menjawab dengan tenang. Berusaha menekan perasaan yang telah lama dia kubur di lubuk hatinya.
"Ibumu sangat hebat jika seperti itu." Karma berkata sembari tersenyum cerah. Lalu remaja itu melanjutkan dengan cemberut, "Ibuku selalu melarangku untuk melakukan banyak hal. Dia menjerit ketika pertama kali aku berkelahi, melarangku membeli seri terbaru Sonic Ninja. Bahkan melarangku berjalan-jalan di taman rumah sakit saat pertama kali aku menjalani pengobatan."
"Kurasa itu karena Ibumu menghawatirkanmu. Karenanya tanpa sadar dia melarangmu melakukan banyak hal yang dinilainya bisa menyakitimu."
"Buu.. sangat tidak menyenangkan."
"Begitu lah seorang Ibu, Akabane."
Kali ini Karma tak mengatakan apapun. Remaja itu memalingkan wajahnya dan berdecih. Gakushuu hanya bisa memakluminya karena kebanyakan remaja telah memulai masa pemberontakan mereka dan merasa jika orang tua mereka hanya menghalangi jalan mereka. Mereka tak melanjutkan pembicaraan mengenai Ibu mereka. Selain karena Karma nampak tidak tertarik lagi, Gakushuu juga enggan untuk membicarakan tentang Ibunya.
Asano Yukino telah menjadi hal tabu baginya sejak wanita itu meninggal. Mungkin karena Gakushuu terlampau mencintai sang Ibu yang mana kematiannya malah memberi trauma tersendiri baginya. Walau dia bertekad untuk menemukan kedamaiannya, tak mungkin begitu saja melupakan apa yang telah terjadi di kehidupannya. Masa kanak-kanaknya yang seharusnya penuh dengan kecerian justru harus dinaungi awan gelap karena perilaku orang tuanya.
Kadang-kadang Gakushuu suka mengandai-andai. Andai saja Ikeda Rikuto mampu bertahan dari perundungan yang dia alami, maka Ibunya pasti masih ada bersamanya saat ini. Andai saja Ayahnya sadar jika orang yang telah mati tak bisa kembali dan lebih menghargai usaha Ibunya untuk menemani sang Ayah, pasti Gakushuu bisa dengan bangga menceritakan tentang Ibunya pada teman-temannya.
Tapi sekali lagi, semua hanya pengandaian yang tak akan terjadi. Nyatanya, Asano Yukino telah hilang dari hidup Gakushuu dan hanya menyisahkan luka bernanah di hati putra sematawayangnya.
Apa Gakushuu pernah iri pada orang lain yang masih memiliki orang tua yang lengkap? Ya, dia sering merasa iri. Bahkan pada Akabane Karma.
Bagaimanapun Asano Gakushuu hanya seorang anak laki-laki yang menginginkan Ibunya kembali.
Tbc~
01 Januari 2024