Violet. Warna mata Asano Gakushuu itu violet. Entah mengapa warna mencolok itu terlihat cocok dengan rambut senja dari sang Asano muda. Tetapi dibandingkan dengan warna violet Asano Gakuhou yang terlihat kejam, warna mata Gakushuu justru terlihat hangat dan lembut. Terlebih ketika dia tersenyum.
Karma tak tahu kenapa dia terus membayangkan manik violet Gakushuu yang menatap dengan hangat dan lembut. Rasanya, siapapun yang bisa ditatap seperti itu oleh Gakushuu pasti akan merasa sangat dicintai.
“Apa yang sedang kau pikirkan, Karma-kun?” Nagisa bertanya.
Karma hanya menoleh sekilas pada temannya itu dan berkata, “Seseorang yang menyebalkan.”
Hasil Ujian Tengah Semester telah keluar, dan kini mereka tengah menunggu para guru kembali dari gedung utama untuk membagikan hasil ujian mereka. Teman sekelas Karma terlihat murung untuk suatu alasan termasuk Nagisa. Dari semua murid kelas 3-E, yang masih terlihat santai hanya Karma seorang. Tak ada yang dapat menyalahkan mereka untuk bersikap demikian. Bagaimanapun mereka telah bekerja keras untuk ujian kali ini namun soal yang mereka kerjakan telah diubah tingkat kesulitannya membuat mereka tak lagi percaya diri dengan hasil yang akan mereka dapatkan.
Ketika Korosensei berjalan masuk, semua siswa kembali ke tempat mereka masing-masing dan menunggu dengan cemas. Korosensei dengan gerakan cepatnya membagikan semua hasil ujian pada setiap siswa. Namun siapapun bisa mengatakan jika suasana hati wali kelas mereka tidak dalam keadaan bahagia. Tidak ada candaan atau tawa khas dari wali kelas mereka yang biasanya selalu ceria. Korosensei mulai berbicara, menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu menganggap remeh gedung utama terlebih kelicikan Asano tertentu yang menjabat sebagai kepala sekolah.
Karma melirik hasil ujian yang diletakkan di meja nya dan mendengus. Mendengarkan Korosensei yang menyalahkan dirinya juga suasana murung di dalam kelasnya membuat Karma merasa iritasi. Seharusnya tidak begini. Kelas 3-E yang ditempatinya adalah kelas yang ceria dan penuh dengan anak-anak yang bersemangat, bahkan jika mereka dikucilkan. Seharusnya yang terdengar adalah teriak gembira dari anak-anak yang mencoba membunuh wali kelas mereka. Karenanya, dia mengangkat pisau yang diberikan padanya untuk membunuh wali kelas mereka dan melemparkan benda tersebut ke arah Korosensei yang tengah depresi.
Karma ingin tertawa saat Korosensei memarahinya karena mengganggu sesi depresinya, dengan bangga Karma membawa kertas ujiannya dan melemparkannya ke atas meja guru.
Kelima kertas ujian yang dilemparkannya berisi nilai yang sangat tinggi. Bahkan tak ada satupun dari kelima hasilnya yang berada di bawah 90. Yang tertinggi mendapat nilai 100. Karma menyeringai dengan sombong, “Nilaiku sudah bagus dari sananya, hanya mengubah beberapa pertanyaan tak akan berpengaruh apapun padaku.”
Pada saat ini, teman-teman sekelasnya telah berkumpul di sekitarnya dan mulai melihat dengan tidak percaya pada hasil ujiannya. Dengan hasil setinggi itu, sudah pasti dia bisa menduduki posisi yang cukup tinggi dalam daftar peringkat dan memiliki kesempatan untuk kembali ke gedung utama dan kembali mendapatkan perlakuan istimewa yang pernah didapatnya. Maka dari itu Karma tak menyalahkan tatapan khawatir dan juga iri dari teman-temannya.
Dia menjelaskan pada mereka jika dirinya tak berniat meninggalkan kelas 3-E karena merasa pembunuhan yang dilakukan di kelas itu jauh lebih menyenangkan dibandingkan apa yang gedung utama tawarkan. Meski Karma memiliki nilai tertinggi di kelasnya dan berhasil menduduki posisi yang cukup tinggi dalam daftar peringkat, Karma merasa tidak puas.
Ini hanya berarti dia kalah satu taruhan dengan Asano Gakushuu. Bagaimanapun nama Asano Gakushuu masih berdiri dengan kokoh pada nomor 1 di daftar peringkat. Dia harus membalas Gakushuu di Ujian Akhir Semester nantinya.
..
“Apa kau satu-satunya yang akan aku lihat disini, Akabane?” suara Gakushuu terdengar jengah.
Karma mengangkat kepalanya, melihat remaja yang lebih tua sedang berdiri di depannya. Dia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Gakushuu. Ketika remaja lainnya berdecak, Karma malah terkikik bahagia. Entah sejak kapan dia menemukan berada di sekitar Gakushuu jauh lebih menyenangkan dibandingkan sebelum ini.
“Aku juga bertanya-tanya mengapa aku semakin sering melihatmu sekarang. Kau yakin kau bukan hantu yang suka menempeli orang-orang?” Ujar Karma. Tetapi tangannya memberikan isyarat pada Gakushuu untuk duduk di sisinya.
Gakushuu merotasikan matanya. Meskipun dia terlihat kesal, dia tetap mengambil tempat di sisi Karma. Keduanya hanya diam untuk beberapa saat sebelum Karma membuka mulutnya untuk berkata, “Aku kalah kali ini. Namun itu bukan berarti taruhan kita telah selesai. Kau sendiri yang mengatakan untuk mengalahkanmu dalam semua ujian.”
“Ya, aku memang mengatakan hal itu. Dan aku menantikan kau untuk terus mencoba mengalahkanku.”
“Oh, kau akan menangis karena sudah membiarkanku mencoba.”
Satu-satunya tanggapan yang Karma terima adalah dengusan mengejek dari Gakushuu. Entah Gakushuu percaya atau tidak, Karma akan membuktikan jika dirinya mampu dan bisa untuk mengalahkan Gakushuu dalam Ujian Akhir Semester yang akan datang. Lagi pula apa susahnya mengalahkan Asano Gakushuu? Dia berhasil menduduki peringkat 4 tanpa harus berusaha keras untuk ujian kali ini.
“Lupakan itu untuk saat ini. Apa kau akan ikut perjalanan wisata ke Kyoto?”
Jujur saja Karma tak siap dengan pertanyaan yang diberikan oleh Gakushuu. Jika boleh jujur, dia terlalu sibuk memikirkan tentang kehidupannya dan taruhannya sampai tak mengingat jika sekolah mereka selalu mengadakan perjalanan wisata setiap Ujian Tengah Semester berakhir. Sekarang jika Karma memikirkannya, dia mungkin tak akan diberi ijin oleh orangtuanya untuk mengikuti perjalanan wisata tersebut.
Sungguh disayangkan jika dia tak bisa ikut. Teman-temannya telah membuat rencana pembunuhan untuk perjalanan ini. Karma harus memikirkan cara merayu kedua orang tuanya agar mereka setuju membiarkannya ikut.
“Tentu saja aku akan ikut! Apa kau takut jika aku pergi, Asano-kun?”
“Dalam mimpimu, Akabane.”
Tbc~
24 April 2023