Bagian 33

110 20 3
                                    

"Aku tak harus melaporkan apa yang aku lakukan padamu, Asano." Setelah mengatakan hal tersebut, Karma melenggang pergi. Dia kesal terhadap Gakushuu yang meneriakinya. Walau jauh di dalam lubuk hatinya dia mengetahui jika dirinya yang bersalah. Tetapi ego Karma jauh lebih tinggi dibanding rasa bersalahnya, dan lagi dia memang tidak merasa bertanggung jawab untuk memberi tahu Gakushuu kemana dia pergi atau apa yang dia lakukan.

"Akabane! Kau melarikan diri begitu saja?!"

"Diamlah! Aku malas berdebat denganmu!" Karma terus berjalan pergi tanpa mempedulikan suara Gakushuu yang memanggilnya. Bahkan dia melupakan Nagisa yang sedari tadi berusaha untuk menengahi perdebatannya dan Gakushuu.

"Memangnya dia pikir dia itu siapa?! Seenaknya saja memarahiku seperti itu?" Karma mulai mendumel pada dirinya sendiri. Dia masih mengabaikan Nagisa yang mengejarnya. Terlampau kesal terhadap Gakushuu.

Sayangnya, Karma telah meremehkan kesehatannya. Terbukti pertengahan jalan dia mulai terengah-engah dan hampir terjatuh karena kurangnya pecahayaan. Tanpa sadar jalannya mulai melambat dan matanya mulai berkunang-kunang. Karma berhenti sejenak, berusaha mengatur nafasnya. Telinga nya mulai berdenging bahkan suara Nagisa terdengar samar-samar di telinganya.

"Karma-kun! Kau baik-baik saja?"

Karma menggelengkan kepalanya. Dia tak bisa mendefinisikan keadaannya sebagai baik-baik saja. Segalanya menjadi tak jelas di sekitar Karma. Dia tak tahu lagi apa yang terjadi. Kepalanya terasa begitu pusing, matanya begitu berat seperti akan segera tertutup walau dia memaksakan diri untuk tetap terjaga. Bagi Karma, pemandangan hutan yang dilihatnya berubah begitu tiba-tiba menjadi interior dalam mobil mewah.

Karma berkedip beberapa kali, dia masih tak paham apa yang sedang terjadi. Sepertinya dia tertidur atau semacamnya. Ketika dia membuka mata lagi, dia sudah berada di dalam kamarnya. Kedua orang tuanya berdiri di sisi tempat tidurnya dengan Sato sensei yang tengah memeriksanya.

Raut wajah Sato sensei nampak kurang baik. Meski begitu Sato sensei menyadari jika dirinya telah sadar dan menawarkan sebuah senyuman kecil padanya. Dia mengatakan pada Karma untuk kembali beristirahat sementara dirinya berbicara dengan kedua orang tua Karma. Yang dapat Karma lakukan hanyalah mengangguk dengan lemah untuk menyetujui perkataan Sato sensei.

Karma menutup matanya. Dia akan tidur sejenak dan menunggu Ayah juga Ibunya kembali masuk ke dalam kamarnya. Namun apa yang dirasa sejenak oleh Karma sebenarnya semalaman penuh. Cahaya matahari telah menyeruak masuk ke dalam ruangannya melewati celah pada tirai yang belum terbuka. Sebuah dengkuran halus membuat Karma fokus pada seseorang yang tertidur dalam posisi duduk di sisi tempat tidurnya.

Itu Ayahnya. Pria itu nampak sangat lelah. Apakah dia terjaga sepanjang malam untuk mengawasi Karma? Tidur dalam posisi duduk pasti tidak nyaman. Ayahnya akan bangun dengan sakit pada leher dan punggungnya nanti. Karma ingin membangunkan sang Ayah, tetapi dia juga merasa bersalah telah membuat Ayahnya terjaga sepanjang malam.

Tangan Karma bergerak untuk mengambil jam digital yang berada di meja nakasnya. Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi. Dia akan terlambat jika tak segera bersiap ke sekolah. Meski Karma yakin dirinya tak akan bisa ke sekolah hari ini. Tubuhnya masih terasa lemah dan dia ragu orang tuanya akan mengijinkannya. Terlebih setelah kemarin dia membuat mereka panik dan khawatir karena mencarinya.

Ah.. berbicara tentang itu. Karma merasa sangat bersalah pada kedua orang tuanya karena tidak mengabari mereka. Keduanya pasti sangat khawatir karena dia tak pulang tepat waktu dan ketika dia pulang malah dalam keadaan yang buruk. Lagi pula siapa yang mengantar Karma pulang? Apakah itu Nagisa? Remaja berambut biru itu yang ada di sisinya saat Karma merasa tak baik-baik saja. Jadi, kemungkinan besar dia yang mengantar Karma pulang.

Tetapi walau samar-samar, Karma ingat dia menaiki sebuah mobil mewah dan bersandar pada seseorang. Juga seseorang itu memiliki tubuh yang berbeda dari Nagisa yang cenderung seperti perempuan.

Selain Nagisa, dengan siapa lagi Karma bersama saat kejadian itu terjadi?

Beberapa detik kemudian, Karma akhirnya menyadari siapa yang telah membawanya pulang. Sudah pasti itu Gakushuu. Siapa lagi yang Karma kenal yang memiliki mobil mewah dan mau bertanggung jawab terhadap dirinya? Juga, Nagisa tak akan sanggup menggendongnya turun dari gunung. Hanya Gakushuu yang bisa menjadi jawaban. Kecuali Korosensei memutuskan untuk muncul begitu saja dan membawa Karma turun dari gunung dan memasukkan Karma ke dalam mobil mewah—yang Karma tahu Korosensei tak miliki—yang membawanya pulang ke rumahnya.

Ugh! Sekarang Karma harus menghadapi rasa bersalah yang tumbuh di dalam hatinya karena bersikap menyebalkan pada Gakushuu. Dia bahkan membentak Gakushuu yang khawatir padanya.

Dia tahu jika dirinya harus meminta maaf pada Gakushuu, namun ego nya hanya membuat Karma bingung bagaimana dia harus mengatakan maaf. Dia belum pernah meminta maaf pada siapapun. Apakah dia harus bertanya pada Nagisa? Nagisa jauh lebih rendah hati dibanding dirinya.

Ya, dia akan bertanya pada temannya itu setelah kondisinya lebih baik. Dan sekarang lebih baik dia mempersiapkan telinga nya untuk mendengarkan ocehan dari Ibunya.

Tbc~

01 Januari 2024

Saya dedikasikan chapter ini untuk merayakan tahun baru 1 Januari 2024 sekaligus untuk ulang tahun Asano Gakushuu, salah satu karakter utama dalam cerita ini.

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang