Bagian 37

128 15 5
                                    

Karma telah cukup mengamati untuk paham jika topik mengenai Ibu Gakushuu adalah hal yang tabu. Dia telah melihat reaksi Gakushuu untuk mengetahui jika Gakushuu pasti tak ingin membicarakan mengenai Ibunya. Pasti kehilangan Ibunya sangat menyakiti hati Gakushuu. Berapa usianya saat kehilangan Ibunya? Kata sang kepala sekolah, Gakushuu masih sangat kecil saat kehilangan Ibunya. Mungkinkah sebelum Gakushuu paham apa arti kehilangan? Karma tak tahu apa penyebab kematian Nyonya Asano. Mungkin saja karena sakit. Atau bisa jadi yang lain.

Bukankah kepala sekolah pernah menyinggung hal ini? Dia berkata jika Gakushuu mendapatkan kemampuannya merawat orang lain karena remaja itu yang mendampingi sang Ibu ketika dirawat.

Apa yang terjadi di masa lalu pasti sangat berat bagi Gakushuu sampai-sampai membuatnya tak ingin membicarakannya. Namun entah mengapa, Karma memiliki harapan suatu hari nanti Gakushuu akan menceritakan padanya apa yang terjadi pada sang Ibu dan mengapa itu sangat melukai hatinya.

"Asano-kun, kau mau bermain game?" Karma menawarkan.

Dilihatnya Gakushuu nampak sedikit lingung sebelum menyetujui permintaan Karma. Dia mengeluarkan laptop dari tas sekolahnya dan mulai membuka aplikasi game yang masih terpasang di laptopnya. Karma tak menyangka Gakushuu masih menyimpannya. Dia pikir Gakushuu akan segera menghapusnya karena merasa tidak penting. Apakah Gakushuu masih menyimpan aplikasi game yang Karma unduh pada ponselnya?

"Oh! Kau sudah mencapai level yang cukup tinggi! Akui Asano-kun. Apa kau diam-diam memainkannya dan bukannya belajar?"

"Aku kadang memainkannya saat lelah belajar. Kurasa itu tak bisa masuk hitungan diam-diam memainkannya, kan?"

Karma hanya melambaikan tangan tak peduli. Mereka memainkan game hingga mendapat panggilan untuk makan malam. Kali ini sang Ayah yang memanggil mereka. Dia bahkan tertawa ketika Karma merengut karena kalah.

"Main game nya dilanjut nanti saja, sekarang waktunya makan." Kata sang Ayah saat mengusap rambut Karma. Hm.. sepertinya sang Ayah sedang berusaha menghibur dirinya. Diam-diam Karma mencuri pandang pada Gakushuu untuk mengetahui reaksi remaja itu. Karma terbukti tidak siap ketika melihat senyuman kecil pada wajah Gakushuu yang mengamati interaksinya dengan sang Ayah.

Oh? Oh! Senyuman kecil Gakushuu terlihat tulus. Manik violet Gakushuu terlihat hangat dan itu.. terlihat sangat cantik. Karma mengalihkan pandangannya karena rasa malu yang entah mengapa dia rasakan.

Ayah Karma sudah pasti memperhatikan keanehan putra tunggalnya. Meski demikian, pria itu tak mengatakan apapun. Dia memilih untuk tetap diam sambil menyunggingkan senyuman. Pikirnya ini adalah urusan sang putra dan temannya. Hitoshi merangkul kedua remaja tersebut, menuntun mereka ke ruang makan.

Di ruang makan, sang Ibu telah menunggu kehadiran mereka sembari menata makanan. Meja makan penuh dengan berbagai macam makanan favorit Karma. Sang ibu telah memberikan isyarat agar Gakushuu duduk di sisinya dan Karma harus puas dengan pengaturan itu. Dia menggerutu pelan karena kesal namun tak berani memprotes keputusan orang tuanya. Yang dapat dilakukannya hanyalah duduk makan dengan tenang sambil sesekali menyenggol kaki Gakushuu.

Yang membuat Karma kagum sekaligus jengkel dari Gakushuu adalah cara makannya yang begitu anggun. Apa-apaan itu?! Bahkan dia seperti sedang makan bersama orang kaya yang terhormat bukannya remaja seusianya.

Apakah Gakushuu juga mempelajari tata krama seperti halnya para bangsawan jaman dulu?

"Ara, Asano-kun makan dengan sangat sopan. Siapa yang mengajarimu sesopan ini?" Karma melirik sang Ibu ketika wanita itu berbicara untuk memuji Gakushuu. Pada wajah Gakushuu terpasang senyuman sopan seperti yang selalu Karma lihat ketika Gakushuu harus menghadapi orang dewasa atau orang yang dianggapnya asing.

"Kakek dari pihak Ayahku sangat ketat mengenai tata krama. Karena itu aku harus belajar tentang sopan santun sedari kecil. Termasuk caraku makan juga harus sesuai dengan standar kesopanan yang ditentukan kakekku. Kata beliau sopan santun adalah cara orang menilai seorang pria."

"Pasti cukup merepotkan untukmu. Karma tak pernah bisa duduk diam saat dia masih kecil." Kali ini sang Ayah yang berbicara. Membuat Karma mendelik tajam karena tak terima pada perkataan Ayahnya. Ketiga orang itu tertawa bersama sebelum Gakushuu kembali menjelaskan jika semasa kecilnya dia juga cukup sulit untuk diatur.

Kini Karma terpaksa harus membayangkan seorang bocah 5 tahun yang memberontak tak ingin duduk tenang hanya untuk makan. Dia juga membayangkan seorang pria tua berwajah Gakuhou yang memakai yukata sembari memegang batang rotan untuk mendisplinkan cucunya. Tak lupa pula dia membayangkan Gakushuu kecil yang menahan tangisnya saat kakinya dipukul oleh kakeknya. Apakah kakek Gakushuu pernah memukul Gakushuu di pantatnya?

Karma terkikik akan bayangannya dan akibatnya dia tersedak makanannya. Di kala Ayah dan Ibunya panik akan dirinya yang tiba-tiba tersedak, Gakushuu di sisinya tetap tenang saat menuangkan segelas air untuknya. Bahkan dia menepuk-nepuk punggung Karma dengan lembut untuk menenangkan Karma.

Kedua mata Karma berair dan dadanya terasa sakit. Dia tak akan membayangkan hal aneh lagi saat makan. Karma berjanji pada dirinya sendiri.

"Apa kau mau melanjutkan makan?" Karma mendengar Gakushuu bertanya dengan sangat lembut. Tanpa sadar, Karma malah bersandar pada remaja yang lebih tua dan menggelengkan kepalanya. Dia nampak seperti seorang anak kecil yang sedang bermanja pada kakaknya. Tangan Gakushuu melingkari pundaknya dan wajah Karma berada pada ceruk leher Gakushuu. Sementara Gakushuu nampak sangat alami saat memposisikan dirinya agar Karma merasa nyaman.

Ugh.. mengapa tersedak terasa sangat menyakitkan?


tbc~

25 Februari 2024

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang