Rumah Gakushuu—untuk semua yang pernah dibayangkan Karma—tidak memiliki kemewahan seperti yang selalu dikatakan teman-temannya. Itu hanya rumah berlantai 2 yang terlihat sama besar dengan rumah Karma. Bahkan Karma bisa mengatakan jika rumah ini sudah berusia lebih dari 10 tahun. Jika tembok pagar yang ditumbuhi lumut tidak menjadi indikasi usia, maka desain rumah itu mungkin bisa mengatakannya. Rumah Gakushuu juga tidak terletak di perumahan elit seperti yang dibayangkan Karma.
Jujur saja rumah Gakushuu akan membuat orang berpikir Gakushuu adalah remaja biasa dengan orang tua yang mungkin bekerja di kantor sebagai karyawan tetap yang tidak memiliki jabatan begitu tinggi tetapi memiliki penghasilan tetap yang mencukupi.
Cukup tentang tampilan luar rumah Gakushuu, bagian dalam rumahnya bisa dibilang lebih mirip dengan apa yang diharapkan Karma tetapi tidak begitu mirip. Ada beberapa sentuhan kemewahan di dalam rumah seperti beberapa perabotan mewah yang hanya Karma jumpai di rumah mewah neneknya atau benda-benda antik di dalam lemari berukiran indah itu.
Beberapa barang terlihat tidak cocok satu sama lain untuk diletakkan di ruangan yang sama tetapi entah mengapa Karma merasa nyaman dengan pilihan estetika siapapun itu. Karma ragu itu adalah pilihan Gakuhou ataupun Gakushuu. Mengingat keduanya begitu mirip dengan sifat kesempurnaan mereka. Mungkin kah yang mengatur perabotan itu Ibu Gakushuu? Karena kebanyakan benda-benda tersebut terlihat sudah berusia lebih dari 5 tahun.
Anehnya, di rumah Gakushuu tidak ada satupun foto. Tetapi Karma telah melihat garis samar pada dinding ruang tamu yang mengindikasikan jika pada tempat itu pernah terpajang beberapa foto. Mungkin foto-foto yang pernah terpajang dilepas setelah kematian Ibu Gakushuu.
Gakushuu memberinya tur singkat dan dia menemukan sebuah ruangan yang dibuat menjadi ruang musik sederhana. Ada piano putih cantik di dekat jendela, peralatan drum di sudut ruangan, beberapa gitar listrik, sebuah cello dan beberapa peralatan musik yang tak begitu dikenal Karma.
"Wow.. kau benar-benar mencintai musik, bukan?"
"Mungkin kau bisa mengatakan begitu. Tetapi aku memang menikmati memainkan beberapa alat musik ini."
Dari semua alat musik yang Karma lihat di dalam ruangan, dia belum menemukan satu alat musik yang telah membuatnya penasaran sejak Gakushuu menyebutkannya, "Kukira kau bilang kau juga memainkan biola. Mengapa tak ada disini?"
"Ah. Untuk yang satu itu, aku menyimpannya di kamarku."
Dari cara Gakushuu menjawab, Karma tahu ada sesuatu. Tetapi dia memutuskan untuk tidak bertanya. Gakushuu membiarkannya berkeliling untuk melihat alat-alat musiknya dan Karma mengambil kesempatan itu dengan senang hati. Piano adalah benda yang pertama kali dia lihat ketika pertama kali memasuki ruangan, menjadi hal yang wajar untuk Karma mengamati benda itu terlebih dahulu. Menilai dari kehalusan dan penampilannya, benda ini baru saja dibeli. Seperti setahun yang lalu atau mungkin kurang dari itu.
"Ini terlihat baru. Apa kau baru membelinya?" tanya Karma.
"Um.. itu hadiah."
Karma menoleh dengan cepat. Melihat Gakushuu berdiri dengan canggung di depan pintu, "Hadiah?"
"Nenekku yang memberikannya. Tetapi aku curiga sebenarnya itu dari Ayahku." Pada kalimat terakhirnya, suara Gakushuu terdengar lebih kecil seolah dia bergumam pada dirinya sendiri. Karma memutuskan untuk tidak mengomentari hal tersebut. Dia mengitari ruangan itu sekali lagi bahkan menyentuh beberapa alat musik dengan cukup penasaran sebelum berpuas diri dengan apa yang dilihatnya. Gakushuu juga membuat janji untuk mengajari Karma memainkan apapun yang Karma suka. Dia akan menyimpan janji itu ketika memiliki minat pada alat musik. Kemudian Gakushuu mengajaknya ke kamarnya. Karma benar-benar tidak terkejut menemukan semua benda di dalam ruangan itu tertata dengan begitu rapi dan teratur. Bahkan buku-buku di meja belajar Gakushuu terbuka dengan rapi.
Kamar Gakushuu berada di lantai 2 dan cukup besar untuk menampung beberapa rak buku di dalamnya ditambah sebuah tempat tidur, lemari dan meja belajar. Karma mendekati rak buku dan menemukan bahwa kebanyakan buku di rak adalah buku sekolah mereka dan ada beberapa buku lainnya yang menurut Karma tidak ada hubungannya dengan pelajaran apapun di sekolah. Bahkan dia bisa menemukan beberapa novel terselip di antara buku-buku tebal yang nampak membosankan.
"Aku tak tahu kau suka membaca novel." Karma berkomentar. Dia mendengar Gakushuu membuat semacam suara aneh sebelum remaja itu membalasnya, "Ya, kau tak pernah bertanya."
Tanpa sadar Karma memutar matanya akan jawaban Gakushuu, "Benar, maafkan aku karena mengasosiasikan kau dengan orang dewasa yang tak tahu bersenang-senang karena kau selalu bertingkah seperti itu."
Ada suara lagi yang terdengar dan kali ini Karma menganggap Gakushuu sedang mendengus atas perkataan Karma. Tanpa mempedulikan sang pemilik kamar, Karma kembali menjelajahi kamar Gakushuu. Berusaha menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya selain novel-novel Gakushuu. Di meja belajar, beberapa buku terbuka yang mengindikasikan Gakushuu mungkin belajar sebelum datang ke rumah Karma. Yang menarik perhatiannya tentu bukan buku-buku tersebut melainkan sebuah foto yang berada di atas meja.
Ada dua orang di dalam foto tersebut. Seorang anak kecil yang mungkin berusia 3 tahun atau lebih kecil lagi dan seorang wanita muda yang nampak ramah. Tanpa perlu bertanya, Karma sudah tahu jika kedua orang itu adalah Gakushuu dan Ibunya. Gakushuu kecil yang tersenyum bahagia dalam pelukan Ibunya. Lalu wanita tersebut menatap ke arah kamera dengan tatapan lembut yang sangat mirip dengan tatapan Gakushuu.
"Dia wanita yang menawan." Kata Karma.
Tak ada balasan dari remaja lainnya. Karma menoleh untuk melihat Gakushuu menutup mulutnya dengan salah satu tangannya sementara yang lain mencengkram tepian pintu begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Beberapa saat kemudian, Gakushuu menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca tetapi ada senyuman tersungging pada bibirnya, "Ya, dia memang menawan."
Tbc~
13 Agustus 2024