Gakushuu tak menemukan Karma hari itu. Bahkan setelah dia menunggunya beberapa jam di hutan belakang sekolah, Gakushuu masih tak melihat remaja bersurai merah tersebut. Tentu hal ini membawa pertanyaan pada putra tunggal Asano Gakuhou. Apa sesuatu terjadi pada Karma?
"Apa ini? Apa kau baru saja dicampakkan oleh kekasihmu?"
Gakushuu tersedak makanannya. Remaja itu menatap horor pada sang Ayah. Sementara pelaku yang membuat Gakushuu tersedak makanannya justru sedang tertawa cerah sambil memotong daging di piringnya dengan anggun.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa perkataanku benar? Kau terlihat sangat frustasi sejak pulang sekolah padahal baru beberapa minggu yang lalu kau terlihat sangat ceria." Jika saja yang Gakuhou bicarakan bukan dirinya, mungkin Gakushuu akan percaya terhadap perkataan sang Ayah.
Asano Gakushou memandangi putra tunggalnya dengan senyuman menggoda. Dia ingin tahu remaja mana yang sudah berhasil membuat anaknya mengeluarkan emosi seperti itu.
"Ayah, apakah kau baru saja menggodaku?" Gakushuu memincingkan matanya.
Hubungannya dan Gakuhou mungkin sudah menjadi lebih baik dibandingkan bertahun-tahun sebelumnya. Dia kembali memanggil pria itu dengan sebutan Ayah di rumah dan berusaha berbicara secara informal terhadapnya. Meski begitu, dia masih tidak terbiasa dengan sikap Gakuhou yang suka menggoda nya atas hal-hal kecil yang dia lakukan. Serius, bagaimana Ibunya bisa jatuh cinta pada pria seperti itu?
"Aku tidak sedang menggodamu. Aku hanya mengatakan sesuatu berdasarkan pengamatanku." Cara Gakuhou berbicara hanya membuat suasana hati Gakushuu semakin buruk. Dia tak tahu mengapa ketidakhadiran Karma membuatnya merasa sedikit kecewa-mungkin saja karena remaja itu yang terus hadir dalam pandangannya selama beberapa minggu ini hingga membuatnya terbiasa-lalu sekarang sang Ayah memutuskan untuk menggodanya akan hal yang Gakushuu sebenarnya tak mengerti.
"Jika kau merasa apa yang kukatakan salah, lalu apa yang membuatmu memasang wajah seperti baru saja dicampakkan sepanjang hari ini?"
Gakushuu memutar matanya tanpa sadar. Mereka masih akan melakukan pembicaraan ini?
"Jujur saja aku tak mengerti dengan apa yang kau bicarakan, Ayah."
Gakushuu melihat ketika sang Ayah memutuskan untuk mengendikkan bahu sebagai akhir dari percakapan mereka. Meski begitu dia juga tak melewatkan senyuman misterius pada wajah sang Ayah. Dia tak tahu apa yang Ayahnya pikirkan atau rencanakan saat ini.
Lupakan. Gakushuu lebih baik fokus pada Ujian yang akan datang. Dia harus mempersiapkan dirinya dengan baik karena taruhannya dengan Karma. Walau dia tak ragu bisa mendapatkan nilai tertinggi untuk semua mata pelajaran, bukan berarti Gakushuu bisa bersantai-santai. Dia harus memastikan dirinya menang.
Hari Ujian Tengah Semester datang cepat. Seperti biasanya, ujian akan dilaksanakan di Gedung utama. Ini untuk mempermudah akses pengawasan agar tak ada murid yang melakukan tindakan curang.
Saat itu Gakushuu tengah dalam perjalanan kembali ke ruang ujiannya setelah waktu istirahat saat dia melihat Karma. Remaja itu berada di kelas 3-E dan sudah pasti akan berada di ruangan terakhir yang ditugaskan untuk peserta Ujian. Karma tak seorang diri saat itu, dia bersama dengan teman birunya. Mungkin mereka baru saja membeli sesuatu untuk dimakan.
Namun apa yang menarik perhatian Gakushuu bukan lah hal itu. Melainkan fakta bahwa kulit Karma terlihat sangat pucat dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Remaja itu pula nampak tidak bersemangat dan seperti dia akan tumbang kapan saja.
Gakushuu sudah tahu jika Karma menderita sebuah penyakit yang membuatnya harus menghabiskan waktu setahun lebih di rumah sakit. Bahkan dia pernah melihat Karma jatuh pingsan sebelum dilarikan ke rumah sakit. Namun setelahnya dia selalu bertemu dengan Karma yang ceria dan penuh semangat. Menggodanya atas apa pun yang Gakushuu lakukan. Itu saja sudah cukup untuk membuat Gakushuu lupa jika sang Setan Merah 3-E sedang mengidap sebuah penyakit yang sudah pasti berbahaya.
Dan sekarang melihat remaja itu tampil dengan kulit pucat tanpa semangat hidup di wajahnya menyadarkan Gakushuu jika rivalnya itu bisa mati kapan saja karena penyakitnya.
Gakushuu mengalihkan pandangannya tanpa sadar, dia berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman dalam hatinya menatap Karma yang kembali kehilangan semangatnya.
Kembali ke ruang ujian dan dihadapkan sekali lagi dengan kertas soal, mau tak mau pikiran Gakushuu melayang pada wajah pucat Karma yang dilihatnya tadi. Apa Karma bisa menjawab soal dengan baik? Mungkin dia harus bersikap lunak terhadap Karma dan tak menghitung Ujian Tengah Semester dalam taruhan mereka. Tetapi Gakushuu ragu Karma akan menerimanya. Tanpa perlu mengenal remaja itu lebih jauh, Gakushuu sudah tahu jika Karma memiliki harga diri yang terlalu tinggi.
Jika Gakushuu memutuskan untuk tidak menghitung Ujian Tengah Semester kali ini, mungkin saja remaja itu akan merasa jika Gakushuu mengasihaninya. Padahal kenyataannya Gakushuu tak melakukan hal tersebut. Dia justru kagum pada Karma yang masih berjuang sampai saat ini.
Tbc ~~
08 Januari 2023