Makan siang mereka cukup canggung karena Karma tak mengatakan apapun sementara Gakushuu sendiri tak tahu apa yang harus dia katakan. Biasanya Karma lah yang memulai percakapan. Mengatakan omong kosong apapun untuk Gakushuu komentari. Namun saat ini remaja tersebut hanya memilih untuk diam. Semua karena Gakushuu tak bisa mengendalikan perasaannya saat Karma berkomentar tentang dirinya. Memang menyakitkan saat Karma mengingatkan Gakushuu pada fakta bahwa dia sangat suka memasak. Dan kesukaannya itu timbul karena Ibunya yang selalu menghabiskan waktu bersamanya untuk mengajari dia memasak sejak dini.
Gakushuu merasa seperti seorang pengecut yang bersembunyi di balik bayang-bayang dukanya.
Beberapa kali Gakushuu mencoba untuk mengatakan sesuatu, tetapi semua berakhir dengan kesunyian karena dia takut malah membuat suasana menjadi semakin canggung. Saat ini dia tengah mempertimbangkan apakah lebih baik menyelesaikan makannya dengan cepat untuk menghindari percakapan atau memakan makanannya dengan lambat sembari mencari percakapan yang layak.
"Aku.. Apa kau sangat dekat dengan Ibumu?" Karma bertanya begitu tiba-tiba.
Gakushuu terbukti tak siap dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Karma. Dia berpikir jika remaja lainnya hanya akan diam sampai makan siang mereka berakhir. Juga pertanyaan yang ditanyakan Karma bukan sesuatu yang tak diharapkan oleh Gakushuu. Gakushuu tahu Karma akan menanyakan hal ini suatu saat nanti, dia hanya tak menyangka secepat ini.
Gakushuu menunduk, menatap piringnya dan tersenyum kecil saat mengingat Ibunya, "Ya. Sangat dekat. Kurasa wajar saja karena dia yang selalu ada untukku. Dia mengajariku apapun yang diketahuinya dan melakukan apapun untukku. Jadi ya, aku memang sangat dekat dengannya."
"Ah.. Aku dan Ibuku malah tak seperti itu."
"Benarkah?"
"Ya.. Dia dan Ayahku terlalu sibuk bekerja. Sebelum.. kau tahu.. mereka bahkan jarang ada di rumah karena selalu bepergian. Entah ke luar kota atau ke luar negeri. Mereka hanya kembali pada saat-saat tertentu. Jadi rasanya aneh memiliki mereka sepanjang waktu di rumah saat ini."
Untuk beberapa alasan, Gakushuu bisa mengerti dengan perasaan Karma. Karena dia dan Gakuhou juga tak memiliki hubungan yang baik sejak sang Ibu meninggal. Mereka jarang berinteraksi di rumah terlebih di luar rumah. Berbicara hanya seperlunya dan Gakushuu tak memanggil Gakuhou sebagai Ayah juga Gakuhou tak memanggil namanya.
Hubungan mereka beberapa tahun belakangan terlihat hanya sekedar guru dan murid, kepala sekolah dan ketua OSIS. Tak terlihat seperti hubungan Ayah dan anak. Maka cukup mengejutkan saat Gakuhou nampak berusaha memperbaiki hubungan mereka. Bukan hanya mengejutkan sebenarnya. Gakushuu sempat merasa horor karenanya.
Dia tak heran Karma merasakan hal yang sama saat orang tuanya berada di rumah setiap hari dan bukannya bepergian dengan sibuk.
"Maksudku, aku senang mereka selalu ada untukku sekarang. Tetapi terkadang aku tak bisa menahan pikiran bahwa mereka hanya menghabiskan waktu denganku karena tahu aku akan segera mati. Jika tidak, mereka pasti akan tetap bepergian meninggalkanku sendirian."
Gakushuu tak tahu dia harus menjawab apa. Menurutnya apa yang dikatakan Karma adalah kebenaran. Jika saja kedua orang tua Karma tak mengetahui Karma sakit, akankah mereka mengubah sikap mereka dan memilih menghabiskan waktu bersama putra mereka? Gakushuu rasa tak akan semudah itu. Bahkan Gakuhou membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berubah dan Gakushuu masih tak tahu apa yang mengakibatkan perubahan pada Ayahnya.
Jangan bilang Ayahnya juga akan segera mati sampai membuat keputusan untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Gakushuu? Sungguh konyol. Gakushuu harus mengurangi menonton drama-drama yang tayang di TV. Tapi dia juga harus memeriksa catatan kesehatan sang Ayah. Gakushuu belum mau menyandang status sebagai yatim piatu.
"Apa kau tak mencoba untuk memberi kesempatan? Aku yakin mereka menyesal karena tidak menghabiskan waktu mereka bersamamu." Gakushuu mengusulkan.
Untuk beberapa alasan, Karma memberikan tatapan rumit padanya lalu menatap ke kejauhan. Remaja berambut merah itu berujar, "Kurasa mereka akhirnya sadar jika waktu setiap manusia itu terbatas."
Gakushuu tak tahu harus menjawab apa. Dia benci mengakuinya tetapi Karma benar. Tak ada yang akan berlangsung selamanya. Setiap hal di dunia ini termasuk manusia memiliki waktu yang sangat terbatas. Dan itu berarti jika dia tertawa hari ini bersama Karma, mungkin esok dia tak bisa melakukan hal yang sama. Mungkin inilah yang dipikirkan oleh orangtua Karma. Mungkin ini juga yang dipikirkan oleh Ayahnya.
"Bagaimana jika kita melupakan itu dahulu sejenak? Percakapan yang berat ini sangat tidak sesuai untuk dibawa di meja makan." Gakushuu menyarankan. Setengah bercanda dengan harapan bisa mencairkan suasana tegang diantara mereka yang sangat terasa. Karma menatapnya untuk beberapa saat lalu tertawa dan kembali memakan makan siangnya. Mereka tak lagi membicarakan mengenai keluarga mereka bahkan setelah selesai makan siang. Diam-diam mereka memiliki kesepakatan untuk tak membicarakannya lagi—kecuali ada keadaan khusus. Gakushuu menyarankan Karma untuk memilih apapun yang harus mereka lakukan, dan yang mengejutkan adalah Karma memilih untuk membuat Gakushuu memainkan beberapa alat musiknya.
Tentu Karma meledeknya pada beberapa kesempatan dan Gakushuu harus berpura-pura kesal akan tingkah remaja itu. Namun untuk seluruh keseluruhan permainan musiknya, Gakushuu merasa senang memiliki seseorang seperti Karma untuk mendengarkannya bermain.
"Nee Gakushuu-kun, kau ingin menjadi apa di masa depan nanti?"
Gakushuu melirik Karma dari sudut matanya, "Tetap menjadi manusia kurasa."
"Ha ha. Sangat lucu."
"Ayolah, kau harus mengakui itu lucu."
Karma memutar matanya. Dia terlihat tidak terkesan akan candaan Gakushuu namun itu hanya membuat Gakushuu merasa semakin lucu. Remaja berambut merah memilih berpaling dan mengitari ruang musik.
"Kau sangat hebat dalam segala hal. Bahkan kau sudah menguasai beberapa game yang aku kenalkan padamu dengan sangat baik. Kurasa karir apapun yang kau kejar nanti kau dapat meraihnya dengan mudah."
"Apa itu pujian yang aku dengar?"
Karma menoleh dengan cepat. Wajahnya perlahan memerah dan dia mulai mengeluarkan serangkaian kalimat untuk menyangkal perkataannya. Gakushuu hanya tertawa pada tingkah Karma dan menggodanya sebagai seorang gadis. Percayalah, dia tidak keluar tanpa terluka. Kepalanya sakit karena dipukul oleh Karma dan dia memiliki memar menyakitkan pada lengannya yang berasal dari cubitan mematikan Karma.
Tbc~
11 September 2024