Bagian 55

56 4 5
                                    

Ketika Karma membuka matanya, dia membuat keputusan untuk mencuri selimut Gakushuu dan membawanya pulang ke rumahnya. Sungguh tidak adil bahwa pemilik selimut yang begitu nyaman ini adalah remaja menyebalkan yang membuat Karma ingin memukulnya. Dan bagaimana bisa Gakushuu memiliki selimut yang begitu nyaman seperti ini? Aroma selimut begitu menyenangkan bagi Karma dan sangat nyaman memakainya. Rasanya seperti dipeluk oleh setumpuk bulu yang begitu lembut dan membuat Karma tak ingin bangun.

Karma berguling-guling di tempat tidur beberapa kali lalu berhenti.

Benar, dimana Gakushuu tidur?

Dia telah menginvansi kamar Gakushuu dan mengklaim tempat tidur Gakushuu untuk dirinya sendiri. Bagaimana dengan remaja itu?

Karma berbaring menyamping untuk berpikir tetapi dia dikejutkan oleh pemandangan Gakushuu yang tertidur di lantai menggunakan futon. Gakushuu tertidur cukup nyenyak meski tak berada di tempat tidurnya sendiri. Tangan Karma tanpa sadar terulur untuk menyentuh rambut Gakushuu. Rambutnya yang senada dengan langit sore terlihat begitu lembut dan membuat Karma gatal untuk menyentuhnya. Namun dia mengurungkan niatnya dan malah beralih menyentuh bulu mata Gakushuu dengan hati-hati.

Setelah melihat bagaimana rupa Ibu Gakushuu, Karma menyadari jika Gakushuu terlihat lebih mirip Ibunya dibandingkan Ayahnya. Mungkin kebanyakan orang masih akan mengatakan jika Gakushuu adalah tiruan sempurna Ayahnya. Tetapi sudahkah mereka membandingkan Gakushuu dan Ibunya? Gakushuu benar-benar mirip dengan Ibunya kecuali warna rambut dan matanya. Bulu mata Gakushuu yang lentik juga bibirnya yang tipis. Dan jangan lupakan tatapan mata Gakushuu yang begitu lembut pada saat-saat tertentu. Bahkan Karma bisa mengatakan jika Gakushuu mewarisi cara Ibunya tertawa walau dia belum pernah bertemu dengan wanita yang melahirkan remaja tersebut.

Apakah anak laki-laki memang selalu terlihat mirip seperti Ibu mereka? Karena jujur saja Karma dan Ibunya juga terlihat sangat mirip.

Eh? Tetapi Nagisa tidak terlihat begitu mirip dengan Ibunya. Karma bahkan meragukan hubungan kekeluargaan antara Nagisa dan orang tuanya.

Karma jelas terlarut begitu dalam pada pikirannya sampai dia tak menyadari jika Gakushuu telah terbangun dan berusaha memproses mengapa ada tangan di depan wajahnya. Karma dibawa kembali kekesadarannya oleh sentuhan pada tangannya. Dia kembali memfokuskan perhatiannya pada Gakushuu yang sekarang tersenyum mengantuk dengan mata setengah terbuka padanya sambil menggenggam tangan Karma.

"Selamat pagi."

Apakah karena Karma baru saja bangun dan otak nya belum berfungsi dengan baik atau karena cahaya matahari yang menyusup masuk dan menjadi latar belakang yang cantik untuk Gakushuu? Karena Karma sekali lagi menemukan jika Gakushuu memang berparas rupawan dan betapa tidak adilnya Gakushuu masih terlihat begitu tampan ketika dia baru saja bangun!

Bagaimana mungkin Gakushuu memiliki wajah tidur yang sempurna dan saat dia terbangun dia juga masih nampak sempurna. Dimana letak keadilan di dunia ini?!

...

Karma telah berhenti mempertanyakan letak keadilan di dunia ini beberapa menit setelah Gakushuu bangun. Dia memilih memusatkan seluruh perhatiannya pada kenyataan akan sarapan bersama kepala sekolahnya. Meski dia dan Gakuhou sempat memiliki pembicaraan yang menarik sewaktu dia dirawat di rumah sakit Kyoto, sarapan bersama Gakuhou adalah kasus yang berbeda. Apa yang harus dia lakukan jika suasana menjadi canggung nantinya? Dan Gakushuu terlihat tidak terlalu suka berbicara dengan Ayahnya.

Karma mengacak rambutnya dengan gusar. Haruskah dia beralasan pada Gakushuu jika dirinya melupakan sesuatu dan harus segera kembali ke rumahnya? Tidak. Gakushuu hanya akan mengirim sopirnya ke rumah Karma untuk mengambil hal tersebut lalu dia akan memaksa Karma untuk berangkat ke sekolah bersamanya.

Saat Gakushuu menuntunnya ke ruang makan, Karma merasa seperti sapi yang digiring ke rumah jagal. Sesampainya mereka di ruang makan, Karma dapat melihat jika Gakuhou sudah duduk dengan tenang di meja makan sambil membaca sesuatu di koran. Wajahnya terlihat santai—seperti saat Karma bertemu dengannya di rumah sakit beberapa bulan yang lalu. Bahkan ada senyuman tipis pada wajahnya. Terlebih saat Gakushuu menyapa pria tersebut.

Asano Gakuhou mengalihkan pandangannya pada Karma lalu mengangguk sebagai pengakuan. Karma—yang tak tahu harus apa—balas mengangguk dan mengambil tempat di sisi Gakushuu. Sarapan telah tersedia di meja dan hanya menunggu untuk segera disantap. Siapa yang membuat sarapan? Apakah bibi yang kemarin datang untuk membersihkan?

"Bagaimana kabarmu, Akabane-kun? Sudah cukup lama kita tidak berbincang."

Karma berjengit pada suara hangat dari Gakuhou. Dia melirik pria tersebut dengan sedikit pikiran ragu sebelum menjawab pertanyaan Gakuhou. Berusaha untuk tetap santai saat berhadapan dengan Gakuhou yang agak aneh ini. Jujur saja dia lebih memilih berhadapan dengan Gakuhou sebagai kepala sekolahnya yang licik dan manipulatif dibanding berhadapan dengan Gakuhou yang nampak seolah dia adalah Ayah penyayang dan penuh pengertian—yang mana Karma menolak untuk mempercayainya. Padahal selama ini Karma menganggap Gakuhou adalah pria berdarah dingin. Mana Gakuhou yang asli? Kepala sekolahnya kah atau Ayah Gakushuu?

"Karma, jika kau tak segera makan kita akan terlambat."

Karma memasang ekspresi cemberut pada Gakushuu.

"Ayolah, kasihani aku karena masih harus menggendongmu menaiki bukit dan kembali ke gedung utama." Keluhan hanya membuat cemberut pada wajah Karma semakin dalam.

"Kau membuatnya terdengar seperti itu adalah hal yang buruk." Komentar Gakuhou.

Karma tak akan menyangka memikirkan ini, tetapi dia setuju dengan pendapat Gakuhou. Bahkan dia mengangguk untuk membuktikan bahwa dia sependapat dengan Gakuhou. Gakushuu sempat memberi lirikan seolah Karma telah menghianatinya lalu beralih menatap ayahnya dengan tatapan tajam.

"Katakan itu setelah kau mencoba menggendong seseorang pada tubuh remaja sembari mendaki gunung lalu menuruninya lagi hanya untuk memastikan kau tiba tepat waktu." Keluh Gakushuu, "Lagi pula apa-apaan jalan berbahaya itu? Kenapa tidak membuat perjalanan ke kelas menjadi lebih mudah setidaknya?" Gakushuu memberi tatapan tajam pada Gakuhou.

Karma kembali menganggukkan kepalanya. Kali ini tangannya bergerak untuk mencuri sosis dari piring Gakushuu tetapi remaja lainnya menampar tangan Karma. Namun kali berikutnya Gakushuu memindahkan semua sosis di piringnya ke piring Karma dan itu dia lakukan tanpa melepaskan tatapannya dari Gakuhou.

"Ya, kau mendapat keuntungan untuk berolahraga tiap pagi karenanya. Tak ada yang dirugikan." Ujar Gakuhou dengan santai.

Karma melirik Gakushuu yang terlihat seolah akan meledak kapan saja. Tetapi untuk semua hal tentang Gakushuu, Karma harus memuji pengendalian diri Gakushuu. Karena remaja itu hanya mendesah frustasi lalu menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Sementara Karma—walau enggan—memilih memakan makanannya dengan kecepatan yang jauh lebih lambat dari Gakushuu.

Karena Karma selalu berangkat bersama Gakushuu setiap pagi, tak ada lagi yang terkejut menemukannya datang ke sekolah bersama-sama Gakushuu. Bahkan tak ada yang curiga jika Karma menginap di rumah remaja berambut jingga itu.

Dia tak akan bisa membayangkan reaksi para murid gedung utama jika mengetahui dirinya menginap di rumah Ketua OSIS kesayangan mereka.


Tbc~

12 September 2024

You are My FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang