Baru kali ini Ballen kembali terlihat seperti orang yang begitu hancur. Ia memegang kaca jendela yang menampakan seseorang yang terbaring di ranjang penuh alat medis itu.
"apa kau ingin masuk?" Ballen hanya mengangguk, Alanzo memasangkan pakaian khusus untuk Ballen dan mendorong kursi roda karena dirinya yang belum terlatih bisa menahan beban.
Alanzo meninggalkan mereka berdua. Ballen menatap orang yang memiliki banyak luka di wajahnya, tangan dan kaki yang terlihag bekas luka, wajah dan tubuh yang di perban dimana mana membuat rasa sesak itu datang . Perlahan Ballen memegang jari jemari yang terasa begitu dingin itu.
"i'm sorry, karena keegoisanku kau menjadi terbaring seperti ini"
"terima kasih sudah menyelamatkan ku untuk kesekian kalinya, terima kasih sudah peduli padaku"
"Dan terima kasih karena sudah bertahan"
"kau tau aku selalu senang ketika mendapat kiriman darimu. Baik bunga, pesan, makanan. Aku menyukai semuanya. Jika kau bangun nanti aku ingin kau terua melakukan itu hanya untuk diriku" ucapnya sambil mengusap jemari Axon.
"makananmu selalu menjadi makanan favorit ku nomor satu. Saat kita terpisah aku selalu merindukan makanan buatanmu, kau tidak pernah gagal membuat aku jatuh cinta dengan makanan buatanmu" Ballen tertawa sambil terus bercerita.
Dua minggu berlalu Ballen rutin mengunjungi Axon. Kondisinya pun sudah pulih dan berjalan normal. Ia datang membawa bunga lili yang ia letakan di nakas. Mengecup kening Axon dan duduk di kursi samping Axon.
"maafkan aku kali ini hanya membawakan sedikit bunga lili karena aku terlambat memboking, penjualnya lebih dulu menjual kepada oranv yanc akan melakukan pernikahan. Huh kuharap kita juga akan memiliki rangkaian bunga saat menik...hell apa yang ku katakan" celoteh Ballen memukul keningnya.
Ia kembali cerita tentang banyak hal kepada sosok yang tertidur tanpa membalas cerita Ballen itu. Ballen mendapat telepon dan segera keluar ruangan menerimanya. Ketika ia masih menelpon bunyi mesin ekg dan bell dalam ruangan itu terdengar begitu memekak telinga. Dokter segera datang dengan siaga. Ballen dengan raut khawatir masuk kedalam ruangan tapi dihalangi oleh perawat.
"biarkan dokter menangani pasien lebih dahulu"
Fuck
"God please help me" lirih Ballen.
Ballen terus berjalan kesana kemari menunggu dokter keluar.
"nona bisa kita bicara"
"apa keadaannya baik-baik saja"
"biar saya jelaskan nanti. Silahkan keruangan saya"
Ballen duduk dan menatap serius sang dokter. "apa yang terjadi dok"
"tuan Axon sudah sadar" seketika senyum Ballen mengembangkan dan terus mengucapkan terima kasih kepada tuhan dalam hati.
"tetapi...tuan Axon mengalami patah tulang dan kelumpuhan"
"apa dok? Kau bercanda? Bagaimana bisa kau baru bilang padaku sekarang tentang kondisinya"
"nona sebelumnya saya sudah berkata pada Mr.Alanzo..."
"dad?" bagaimana bisa dad tidak menceritakan ini padaku tanyaya dalam hati.
"Mr.Alanzo berkata untuk melakukan hal terbaik untuk tuan Axon. Kami juga sudah siap membantu tuan Axon hingga pulih"
"tapi dok berapa lama itu akan--"
"semua berjalan seiring waktu, jika tuan Axon mampu melakukan hal itu pasti dia akan cepat pulih. Waktu pemulihan memang tidak sebentar tapi memiliki ekstra kerja yang begitu besar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Girl[End]
Romance21+ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA&EROTIS!! "Sepertinya dia mengeras sayang" bisik Ballen menggigit bibir bawahnya menggoda menatap lelaki didepannya ------- Francisca Larayne Ballen menerima tantangan untuk menggoda salah satu lelaki di club , bukan kar...