Assalamualaikum.Jangan lupa votement yaw! Jangan siders!
Happy reading!
.
.
."Lo kemana aja seminggu ini? Perasaan lo banyak banget bolosnya Qis, lo niat gak sih kuliah? Apalagi fakultas kedokteran ini memakan biaya yang banyak, lo mau buang-buang uang orang tua lo?"
Gadis dengan khimar berwarna army tersebut mendengus sebal mendengar perkataan yang baru saja keluar dari gadis di depannya.
"Banyak omong banget kamu! Dengar ya Re, terserah aku dong mau gak masuk berapa hari atau mau gak masuk bertahun-tahun, hidup-hidup aku kok kamu yang ribet? Satu lagi, masalah uang, uang itu kan uang orang tua aku kenapa kamu yang ngatur? Papa sama Umma ku aja gak ngungkit masalah biaya, kok kamu yang bukan siapa-siapa aku malah ngungkit?"
Gadis yang bernama Rere tersebut menggerutu sebal mendengar jawaban tersebut. Ini salah satu alasan mengapa gadis yang berada di depannya ini tidak memiliki teman. Selain tertutup, gadis ini juga sangat suka mengeluarkan kata-kata pedas.
"Gue sebagai teman yang---"
"Wait, sejak kapan kita teman? Bukannya di kelas ini aku gak punya teman ya?" setelah mengatakan hal tersebut, Bilqis langsung meninggalkan gadis dengan rambut sepinggang tersebut.
Bilqis memandang sekitar, dirinya melirik arlojinya lalu memegang perutnya yang meronta ingin di isi makanan. "Makan aja kali ya? Dari tadi gak makan-makan." Bilqis langsung mengarahkan kakinya menuju kantin.
Setelah mengambil pesanannya, Bilqis langsung mendudukan dirinya dengan nyaman. Seusai membaca basmallah, Bilqis langsung menyuap bakso yang dipesannya.
"Gue duduk disini boleh?" Bilqis menghiraukan pertanyaan tersebut. Di liriknya sekilas pria yang baru saja melontarkan pertanyaan tersebut, lalu kembali fokus pada makanannya.
Pria tersebut berdecak keras, lalu mendudukan dirinya di depan gadis yang menganggapnya hanya angin lalu tersebut. "Buat apa izin kalau sebelum di beri izin juga langsung duduk?" ucap Bilqis tanpa menatap orang yang dengan santainya duduk di depan dirinya.
Pria tersebut terkekeh. "Ya, hanya sebagai formalitas belaka sih."
Bilqis berdecak sebal mendengar hal tersebut. Mengapa pria ini sangat gencar mendekatinya? Bukankah pria ini sudah memiliki kekasih? Apa pria ini begitu terpesona oleh kecantikan dirinya? Ternyata memang benar, pria tidak cukup hanya dengan satu wanita, eh?
Hening, Bilqis enggan mengajak pria di depannya ini untuk berbicara. Dirinya fokus melahap baksonya. Pria yang ada di depannya menggaruk kepalanya, karena merasa di abaikan oleh gadis di depannya ini.
Kenapa gadis di depannya ini sangat sulit untuk di dekati? Banyak para wanita yang ingin dekat dengan dirinya, dan gadis ini malah sebaliknya. Hal ini yang membuat dirinya benar-benar penasaran dengan gadis yang dengan lahapnya memakan baksonya tersebut.
"Lo gak mau nawarin gue makan?" Bilqis langsung melayangkan tatapan tajamnya.
"Punya mulutkan?" dan dengan polosnya pria tersebut mengangguk.
"Punya kaki dan tangan juga kan?" lagi, pria tersebut mengangguk kembali.
"Yaudah, pesan dan ambil makanannya sendiri. Gak usah kaya orang miskin yang mau minta makanan orang segala. Punya mulut, kaki sama tangan itu di gunaian dengan baik, bukan cuman bisa nyiksa sama nyakitin wanita aja. Uang kamu juga banyak, gak usah minta makanan orang. Aku belum kerja, belum bisa ngasih kamu makan." Bilqis menyindir pria tersebut. Namun, bukannya marah, pria tersebut malah tergelak, membuat Bilqis kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...