34. Kemarahan Chandra

1.7K 203 24
                                    

"Ma-ksudnya?" Elrica menatap bingung putrinya yang baru saja berbicara seperti itu.

"Mi, mungkin Gladis cuma bercanda, kita makan aja, yuk!" ajak Bilqis mencoba mengalihkan situasi.

"Sebentar Bilqis, tidak mungkin Gladis berbicara seperti itu tanpa suatu alasan." ucap Chandra dengan tegas. Bilqis memilin ujung jilbabnya, ia tidak ingin masalah ini diketahui mertuanya.

"Jelaskan!" perintah Chandra dengan mata yang menatap Gladis dengan tajam.

Gladis berdecak kesal, "Bang Alfi nikahin dia karena Adis. Kurang jelas apa lagi perkataan Adis tadi?" jawabnya lalu memakan daging yang ada di piringnya. Mengabaikan keluarganya yang masih setia menatapnya.

Pandangan Chandra beralih ke arah Alfi, "Bisa kamu jelaskan?" tanya Chandra kepada putranya yang juga sedang menatapnya.

"Ck! Bang Alfi nikah sama dia supaya dia gak deketin Reyhan, menantu kalian ini gak sebaik yang kalian kira, dia itu wanita penggoda, dia--"

"Hentikan omong kosong kamu Gladis! Berhenti menghina istri ku tanpa adanya bukti!" bentak Alfi, napasnya terlihat memburu karena menahan amarahnya. Dia tidak rela mendengar orang lain menghina dan menjelek-jelekkan istrinya.

"Oke, mungkin perkataan itu terlalu berlebihan menurut sang pria. Tapi dia nikahin cewek itu emang atas dasar perintah Adis, dia cuman mau mainin perasaan cewek itu aja. Supaya cewek itu gak deketin pacar Adis lagi."

Elrica memandang Alfi dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak percaya putranya melakukan hal itu. Pasti ini hanya salah paham.

"Alfi, bilang ke kami kalau itu gak bener."

Alfi menunduk, ia tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Elrica yang melihatnya dapat menyimpulkan jawabannya.

"Apa yang ada di otak kamu Alfi? Kurang baik apa Bilqis sampai kamu seperti ini?"

"Mi, itu hanya niat awal, Alfi benar-benar sudah mencintai Bilqis."

Brak!

"Walaupun kamu sudah mencintainya, tapi kamu tetap saja bersalah karena membangun hubungan atas dasar kebohongan! Kamu pria atau banci?!" tanya Chandra setelah memukul dengan keras meja makan.

Keadaan tiba-tiba terasa panas. Apalagi saat melihat semua orang kini berdiri seraya memberi Alfi tatapan yang sangat membunuh. Bilqis menatap Alfi dengan sendu, kenapa keluarga Alfi malah menyalahkan Alfi? Kenapa malah Alfi yang terpojokkan? Bagaimanapun juga, ia tidak bisa melihat Alfi seperti ini.

Chandra perlahan mendekat, mencengkram kuat baju Alfi, "Di mana otak kamu, hah?! Kalau saja Papa tau niat awal kamu menikahi Bilqis hanya karena ini, Papa tidak akan mengizinkan! Apa kamu tidak berpikir bagaimana reaksi Tuan Adhil saat mengetahui putri kesayangannya ingin kamu sakiti?!"

"Apa masih pantas kamu di sebut sebagai seorang pria? Seorang pria tidak mungkin menyakiti hati seorang perempuan. Apa kamu lupa kamu sendiri di lahirkan oleh seorang perempuan? Bagaimana reaksi kamu saat mengetahui Ibu, Adik serta Kakak kamu yang menjadi korban seperti itu? Apa kamu akan terima?!" Chandra melepaskan dengan kasar cengkramannya. Pria itu beralih mendekati Gladis.

"Dan kamu, kamu juga seorang wanita Gladis! Kenapa malah ingin menyakiti wanita lainnya? Di mana otak kamu?!"

"Pa! Wanita itu juga gak mikir! Dia mau rebut Reyhan dari Adis! Adis gak mungkin diam aja di saat kekasih Adis di rayu sama wanita kaya dia!"

"Tapi aku tidak seperti itu Gladis! Apa kamu sendiri pernah melihat ku mendekati Reyhan? Dia yang selalu mendekati aku, bukan aku yang mendekati dia." jawab Bilqis kesal. Ia tidak mungkin diam saja disaat Gladis terang-terangan memfitnah dirinya di depan keluarga suaminya.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang