47. Cinta untuk Bilqis (end)

2.8K 210 58
                                    

Assalamualaikum!

Siap berpisah?!

Happy reading, all!

.
.
.

"Capek?"

"Nggak," jawab Bilqis seraya tersenyum menatap Alfi. Pria itu membalas senyum istrinya. Tangannya menghapus bulir keringat yang ada di kening sang istri.

Hari ini adalah acara syukuran tujuh bulan Bilqis. Banyak sekali para tamu yang berdatangan. Karena bukan hanya rekan kerja sang suami saja yang datang, bahkan kolega bisnis sang ayah dan ayah mertuanyapun berdatangan. Mereka juga mengundang anak-anak panti untuk datang.

Acaranya di adakan di rumah orang tua Alfi. Chandra yang menginginkan hal tersebut, dirinya ingin acara tujuh bulanan cucu keduanya dirayakan di rumahnya. Karena pada saat sang putri mengandung cucu pertamanya, acara tujuh bulanan di adakan di kediaman sang putri, bukan di rumahnya.

"Clarissa cantik banget ya, by."

Alfi yang duduk di samping Bilqis langsung menatap keponakannya yang berada di gendongan Gladis, putri dari Rena. Mengenai Gladis, gadis itu terlihat cantik dengan mengenakan jilbab. Gadis itu memang belum bisa konsisten mengenai jilbabnya. Ia masih sering lepas pasang. Semoga saja nantinya dia bisa konsisten menutup auratnya.

"Kamu mau anak cewek?" tanya Alfi tiba-tiba.

"Cewek atau cowok sama aja kok,"

Alfi mengangguk. Tangannya mengusap perut sang istri yang kini mulai membesar.

"Kamu beneran gak mau tau jenis kelamin anak kita, sayang?"

"Gak mau, biar jadi rahasia aja." jawabnya, lalu ia mulai memakan cemilan yang ada di depannya. Semenjak kandungannya menginjak usia empat bulan, wanita itu jadi sangat suka makan. Dan makanan yang masuk ke dalam perutnya juga tidak membuatnya mual lagi.

"Kamu duduk di sini aja, jangan kemana-mana, aku mau bicara sama Reno,"

"Dokter Reno datang? Tadi aku gak liat kok. Kamu bohong ya? Jangan-jangan kamu mau ketemu cewek lain, ya?" tuduh Bilqis. Matanya menatap orang-orang yang sibuk mengambil makanan.

Alfi menghela napas pasrah. Ia lupa, satu lagi sifat istrinya yang muncul semenjak usia kandungannya membesar. Yakni suka cemburu tidak jelas. Entah apa yang ada di pikiran istrinya itu.

"Kamu liat di sana," Alfi menunjuk Reno yang sedang berbincang dengan seorang pria.

"Itu Reno, kan?" tanya Alfi, Bilqis mengangguk seraya terkekeh pelan.

"Iya, gih kesana. Aku gak papa kok. Maaf ya udah nuduh yang nggak-nggak."

"Gak papa sayang, kamu cemburu kan? Cemburu tandanya cinta, jadi aku gak masalah kalau kamu cemburu." balasnya seraya mencubit pelan hidung Bilqis.

"Sekalian panggilin Safa ya, aku bosen duduk sendirian di sini."

"Iya, sayang." Alfi mencium kening Bilqis sebelum pergi menuju Reno yang sedang berbincang.

Pria itu langsung mendekati Reno, tapi sebelum itu, ia menghampiri Safa yang sedang bercengkrama dengan Hani dan Elrica. Ia menyuruh Safa menemani Bilqis sebentar. Setelahnya, pria itu langsung pergi mendekati Reno.

"Wah, ini dia calon Papa muda kita." Aldi, salah satu rekan kerja Alfi yang lain mulai menyapa Alfi.

Alfi tersenyum singkat, "Makasih udah datang," ucapnya.

"Gak papa lah, kita mah kalau makan gratis langsung cepat, apalagi si Aldi." ucap Reno seraya menepuk bahu Aldi.

"Sembarangan!" Aldi nampak tak terima.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang