Assalamualaikum!
Happy reading!
.
.
."Sini sayang, biar Umma yang buatin susunya,"
"Gak usah Umma, Iqis bisa kok,"
"Nggak, kamu duduk yang manis aja di sini." Hani langsung menuntun Bilqis untuk duduk. Kemudian, wanita paruh baya itu langsung mengambil alih tugas Bilqis tadi, yakni menyeduh susu Ibu hamil.
Bilqis menghembuskan napasnya dengan kasar. Dua hari yang lalu mereka sudah kembali dari Bali. Dan Alfi hari ini harus kembali masuk bekerja, pria itu langsung mengungsikan Bilqis ke rumah mertuanya. Prianya beralasan khawatir kepada Bilqis, padahal di rumah mereka masih ada Mbak Asni dan Mbok Ami, tapi Alfi tetap ingin mengungsikan Bilqis ke rumah sang mertua. Katanya ibu mertuanya itu ingin menghabiskan waktu bersama sang putri, oleh sebab itu Alfi memaksa Bilqis untuk menurutinya.
Bilqis pikir setelah ia berada di rumah sang orang tua, maka ia bisa beraktivitas normal. Tapi, nyatanya ia salah, orang tuanya sama posesifnya dengan suaminya. Lihatlah, bahkan membuat susu saja dirinya tidak di izinkan.
"Ini sayang, ayo di minum," ucap Hani yang kini menaruh gelas berisi susu tersebut di depan Bilqis.
"Makasih, Umma."
Hani tersenyum lembut. Tangannya terulur mengelus surai Bilqis. Wanita hamil itu hanya mengenakan daster selutut, rambutnya ia biarkan tergerai. Lagipula dirumah ini hanya ada dirinya dan sang Ibu, Ina dan suaminya sedang pulang kampung, jadi Bilqis bisa melepas jilbabnya. Tidak akan ada yang melihat.
Bilqis hendak berdiri, wanita itu ingin mencuci gelas bekas dirinya minum. Namun, belum sempat ia berdiri dengan benar, sang ibu langsung mengambil alih gelas tersebut.
"Umma! Iqis masih bisa nyuci sendiri ih, Iqis lagi hamil, bukan sakit! Iqis masih bisa nyuci gelas kok," gerutunya sebal.
Hani terkekeh, "Sayang, Umma sebenarnya gak mau giniin kamu. Tapi ini pesan dari Papa sama suami kamu, katanya kamu gak boleh ngelakuin apapun. Lagipula, Umma waktu hamil kamu sama Abang kamu, Papa kamu lebih posesif dari pada ini, lho. Umma ke toilet aja harus di gendong, ini sih gak seberapa."
Bilqis memberengut kesal, "Terus Iqis ngapain dong? Iqis bosen kalau gak ngapa-ngapain,"
"Rebahan!"
"Tapi Umma, terlalu sering rebahan juga gak baik buat Iqis,"
"Umma paham, sekarang kita jalan-jalan ke taman aja yuk!"
"Ini udah sore Umma, bentar lagi Iqis pasti di jemput, lagipula Iqis males buat minta izinnya,"
Hani mengerucutkan bibirnya, jika putrinya pulang ia pasti akan kesepian lagi. Suaminya tadi mengatakan akan lembur, dan sang menantu juga belum pulang dari honeymoonnya. Mereka akan pulang dua hari lagi.
"Gak mau tidur di sini, sayang? Papa mau lembur, Umma gak ada teman, apalagi Safa sama Fahri belum pulang."
Bilqis nampak memperhatikan sang Umma yang tengah memasang ekspresi sedih. Bilqis hendak membuka mulutnya, tapi suara seseorang menekan bel menghentikannya.
"Biar Umma liat,"
Bilqis mengangguk. Wanita itu membiarkan sang Umma untuk melihat tamu mereka. Lagipula ia hanya mengenakan daster, sangat tidak mungkin jika ia keluar. Bagaimana jika tamunya laki-laki?
"Assalamualaikum, Umma."
"Wa'alaikumussalam, Nak."
Hani mempersilakan sang menantu masuk. Ternyata tamunya menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...