"Alfi pamit dulu, Ma, Pa." Alfi memberikan senyumannya kepada sang mertua.
"Bilqisnya masih gak mau ikut, ya?" tanya Adhil. Alfi hanya tersenyum sebagai jawaban. Tidak papa wanita itu masih belum mau ikut bersamanya. Yang penting tadi malam ia sudah tidur dengannya. Apalagi tangan wanita itu tanpa sadar memeluk dirinya, itu saja sudah cukup baginya.
Bilqis masih di dalam kamarnya. Ia sudah mengatakan ingin pulang kepada istrinya itu, tapi Bilqis hanya berdehem menanggapi. Bahkan wanita itu tidak mencium punggung tangannya sama sekali. Tapi Alfi memaklumi hal itu, Bilqis masih kecewa kepada dirinya.
"Maaf, ya Alfi."
"Kenapa Papa yang minta maaf? Harusnya Alfi yang minta maaf. Alfi akan berusaha membujuk dan mendapatkan kepercayaan Bilqis lagi, Pa." balas Alfi. Adhil mengangguk, pria itu menepuk pelan pundak sang menantu.
"Alfi pamit, assa--"
"Tunggu!" atensi ketiga orang tersebut langsung mengarah pada wanita yang sedang turun seraya membawa paper bag berwarna hitam.
Senyum Alfi terbit ketika melihat wanitanya berjalan menghampiri dirinya.
"Jas kamu ketinggalan." tangan wanita itu terulur memberikan paper bag tersebut. Alfi melunturkan senyumnya, ia kira Bilqis ingin pamitan dengan dirinya, tapi ia salah, ia terlalu berharap.
Tangan Alfi mengambil paper bag tersebut. Pria tersebut berusaha memberikan senyumnya pada Bilqis.
"Aku tinggal dulu ya, kamu baik-baik di sini, nanti aku ke sini lagi." tangannya ingin mengelus kepala Bilqis, tapi wanita itu mundur, menghindarinya.
"Kamu gak usah kesini juga gak papa." jawabnya cuek.
"Bilqis!" tegur Adhil.
Alfi tersenyum lembut. Pria itu langsung menatap mertuanya. "Alfi pamit, assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam,"
Bilqis langsung mengubah tatapannya menjadi sendu ketika Alfi keluar dari rumahnya. Wanita itu sebenarnya tidak rela suaminya pergi, tapi ia juga masih sakit hati karena sikap Alfi.
"Makanya gak usah gengsi sayang, baru keluar rumah aja udah gitu kan natapnya." ucap Hani lalu menarik Adhil untuk masuk. Bilqis mendengus sebal mendengar Ummanya berbicara seperti itu. Wanita itu kemudian mengambil tas slempangnya, ia ingin ke kampus.
*****
"Gimana? Berhasil bujuk istri tercintanya?"
Alfi yang baru saja masuk ke dalam rumahnya langsung menatap jengah seorang gadis yang tengah duduk angkuh di ruang tamunya. Kenapa gadis itu masih ingin merecoki kehidupannya?
"Ngapain ke sini?" tanya Alfi sinis, tidak berniat menjawab pertanyaan Gladis yang menurutnya tidak bermutu.
"Kamu baru datang, Fi? Tadi Mami ke toilet dulu." mata Alfi langsung membulat ketika melihat Maminya baru saja datang dari arah dapur. Gladis yang duduk terkekeh sinis melihat ekspresi Alfi.
"Ahya, menantu Mami mana? Kalian tadi malam nginep di rumah orang tuanya Bilqis kan? Kok kamu gak pulang sama Bilqis?" tanyanya lagi.
Alfi mengulum bibirnya, pria itu berusaha mencari alasan agar sang Ibu tidak curiga dengan rumah tangganya.
"Itu Mi, Bilqis masih kangen sama Umma dan Papa, jadinya Alfi pulang sendiri, lagian pagi ini Alfi ada shift." Elrica nampak menganggukan kepalanya percaya.
"Yaudah deh, Mami cuma mau bilang, malam ini ada makan malam keluarga, Rena sama suaminya juga ada,"
"Iya, jangan lupa ajak Kakak ipar, ya." ucap Gladis dengan terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...