Assalamualaikum!
Welcome to extra part terakhir!
Happy reading!
.
.
."Bunda!"
Bilqis yang sedang menyiram tanamannya, langsung mengalihkan tatapannya pada keponakannya yang baru saja berteriak. Anak dari Fahrizal dan Safa. Ponakannya itu memang sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan Bunda, bahkan ia memanggil Alfi dengan sebutan Ayah. Begitupun sebaliknya, putra Bilqis juga memanggil Safa dan Fahrizal dengan sebutan Abi dan Umi.
"Adnan, jangan teriak-teriak, Bunda denger kok."
Adnan Ghassan Dhaffi. Anak laki-laki dari Fahrizal dan Safa yang kini berusia enam tahun itu terkekeh pelan.
"Kenapa Adnan teriak, hm?"
"tadi Affa, tumpahin susu di bajunya Dede Anum, Bun."
Shanum Almahyra. Putri kedua dari Alfi dan Bilqis. gadis kecil itu kini berusia dua tahun enam bulan. Awalnya Alfi memang tidak ingin menambah anak lagi, pria itu tetap keukeuh ingin satu anak. Tapi, karena Bilqis terus merengek, Alfi akhirnya mengiyakan. Tepat saat Raffa berusia tiga tahun lebih, Bilqis kembali mengandung.
"Yaudah. Adnan masuk duluan gih, nanti Bunda nyusul," Adnan mengangguk, lalu berlari kecil menuju tempat mereka bermain tadi.
Bilqis menaruh selang airnya. Wanita itu langsung berjalan menghampiri anak dan ponakannya yang sedang bermain. Ia menghela napas ketika melihat kekacauan yang di buat sang putra.
Entah sifat Raffa yang satu ini menurun dari siapa. Putranya ini sangat suka menambah pekerjaannya. Apalagi sekarang hanya Mbak Asni yang membantu Bilqis di rumah ini. Karena Mbok Ami memutuskan berhenti dua tahun yang lalu. Beliau ingin menikmati masa tuanya bersama anak-anaknya di desa.
"Raffa, kenapa mengulangi lagi, hm?" bukan sekali Raffa menumpahkan susu Hanum, tapi berkali-kali.
Anak sulung Bilqis dan Alfi tersebut langsung mendongak menatap sang Bunda. Matanya nampak berkaca-kaca, detik berikutnya tangisnya langsung terdengar. Bilqis menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Affa cengeng!" ucap Adnan. Anak itu langsung menciumi pipi gembul Shanum yang terdapat cairan susu.
"Sini, sayang." Bilqis memegang bahu sang putra.
"Bunda gak malah sama Affa, kan?" ucap Raffa dengan isak tangisnya. Meskipun berusia enam tahun, Raffa masih belum bisa mengucapkan huruf R dengan benar. Dan hal itu malah membuat Bilqis merasa gemas kepada sang putra.
"Muka Bunda keliatan marah?"
Raffa menatap Bilqis, lalu ia langsung menunduk dengan lesu.
"Bunda malah. Maaf, Affa janji gak akan nakal lagi, tadi Affa gak sengaja tumpahin susunya. Soalnya, dede Anumnya gak bisa diam."
"Gak papa sayang, tapi Raffa harus tetap bertanggung jawab. Tau kan apa yang harus Raffa lakuin?" Raffa mengangguk semangat. Anak itu langsung mengambil kain lalu membersihkan tumpahan susu yang ada.
"Ayah bentar lagi datang, sekarang Raffa ganti baju, terus tunggu Bunda di kamar Raffa. Kita mampir ke rumah Adnan," Raffa langsung mematuhi perintah Bilqis.
"Bunda! Adnan belum mau pulang!"
Bilqis tersenyum mendengar seruan tersebut. Ponakannya itu memang sangat sering berada di rumahnya. Kalaupun di suruh memilih berkunjung ke pondok pesantren atau rumah Bilqis, maka sudah pasti Adnan menjawab dengan cepat opsi yang kedua. Yakni rumah sang Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...