Assalamualaikum.
Marhabba 👋
Happy reading!
.
.
."Nanti malam kalian benar-benar free kan?" tanya Alfi pada kedua orang tuanya.
Chandra dan Elrica langsung menatap putranya. Putranya sangat jarang pulang ke rumah mereka, sekalinya pulang malah bertanya seperti ini. Apa maksudnya?
"Memangnya kenapa boy?" tanya Chandra seraya mengambil surat kabar di atas meja.
Alfi menatap kedua orang tuanya dengan serius. Semoga Maminya tidak heboh dengan apa yang dia katakan nanti. Elrica menatap Alfi dengan alis terangkat, dirinya mengambil tehnya lalu meminumnya.
"Alfi mau ngelamar anak orang."
Byur!
Elrica refleks mengeluarkan teh yang dirinya minum. Chandra langsung melepaskan surat kabar yang di pegangnya lalu menatap putranya dengan serius.
"Alfi! Kamu mau ngelamar anak siapa?! Gak usah halu kamu!" tegas Elrica.
Alfi berdecak sebal lalu memandang kedua orang tuanya dengan malas. Kenapa Maminya malah menyebut dirinya halu?
"Alfi gak mau tau, malam ini kita pergi ke rumah Om Adhil." ketus Alfi seraya bersedekap dada.
"Anak saya sudah kepepet nikah," lirih Chandra yang hanya dapat di dengar oleh dirinya.
"Sembarangan kamu! Mami mau liat fotonya dulu! Mami gak mau ya kamu milih istri yang modelnya kaya tante-tante." what??! Apa Maminya ini berpikir selera dirinya serendah itu?
"Alfi gak punya fotonya. Dia anti sama hal yang kaya gitu," kening Chandra dan Elrica mengerut, sangat jarang sekali ada seorang gadis yang anti dengan kamera. Siapa gadis yang ditaksir oleh putranya ini?
"Tadi kamu bilang siapa nama orang tuanya?" tanya Chandra.
"Om Adhil. Ahmad Adhil Bramasta. Pemilik Bramasta crop's." ucap Alfi.
Chandra berbinar. Dirinya baru saja menjalin kerja sama dengan perusahaan itu. Dirinya tidak pernah tau kalau Adhil ternyata memiliki seorang putri. Ia pikir Adhil hanya memiliki seorang putra.
"Pa, perusahaan itu barusan bekerja sama dengan perusahaan kita kan?" tanya Elrica, Chandra mengangguk mengiyakan.
"Kalian menjalin kerja sama?" tanya Alfi.
"Yah, Pak Adhil orang yang sangat ramah dan kompeten dalam bekerja. Beliau juga orang baik, kalo seperti itu Papa akan dengan senang hati menemani kamu melamar putri mereka. Didikan Pak Adhil pasti tidak akan gagal. Putranya saja sangat sopan," Chandra tersenyum di ikuti Elrica.
Alfi menghembuskan napasnya dengan lega. Syukurlah keluarganya tidak banyak bertanya, jadi dirinya tidak perlu banyak mengeluarkan suaranya. Sangat menguras tenaga.
"Abang beneran mau nikahin cewek itu?" tanya Gladis yang baru saja datang. Dirinya sedari tadi berdiri menyimak percakapan kedua orang tuanya bersama Abangnya.
"Sayang? Sini." Elrica menyuruh putrinya untuk bergabung dengan mereka. Sangat jarang mereka bisa berkumpul di satu tempat seperti ini, meskipun Rena tidak ada.
Gladis berjalan mendekat lalu duduk di samping Alfi. Dirinya menatap Alfi dengan intens.
"Ab--"
"Beri selamat dulu dong sama Abang kamu, udah mulai gentel dia. Udah berani mau ngelamar anak orang." Elrica terkekeh. Sedangkan Alfi dan Gladis hanya saling menatap dengan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...