18. Ketahuan

1.9K 199 28
                                    


Assalamualaikum.

Marhabba

Happy reading!

.
.
.

"Non, ini ada surat dari tukang pos, gak tau dari siapa, tapi katanya buat Non," Bilqis yang mendengar perkataan tersebut mengernyit bingung.

Dirinya yang awalnya ingin berangkat ke kampus langsung urung. Gadis itu mengambil surat yang ada di tangan Mbok Ami.

"Makasih Mbok," Mbok Ami tersenyum menanggapi. Kemudian dirinya izin kembali ke dapur. Tadi dirinya membuang sampah, dan satpam di luar menitipkan surat itu.

"Aku jadi keinget kamu Syi, kamu satu-satunya orang yang sering ngirimin aku surat, tapi sekarang aku mendapat kiriman surat lagi, tapi bukan dari kamu." gadis itu terkekeh hambar.

Bilqis menaruh tasnya, lalu membuka surat yang ada di tangannya. Tangannya langsung bergetar ketika melihat isi surat tersebut. Gadis itu refleks menjatuhkan surat itu.
Dirinya membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan teriakannya.

Bilqis menghembuskan napasnya berulang kali, kalimat istighfar tak henti ia ucapkan. Gadis itu berusaha setenang mungkin. Tangannya terulur untuk mengambil kertas yang berisi bercak darah tersebut. Ia kembali ingin membaca isi suratnya.

'kamu harus menjadi milikku, Bilqis Khumaira.'

Di kertas itu terdapat banyak bercak darah. Itu yang membuat Bilqis terkejut. Sebenarnya siapa orang yang suka mengirimi dirinya hal seperti ini?

Apa mungkin Reyhan? Tapi dirinya tidak memiliki bukti sama sekali. Bagaimana dirinya bisa berfikir Reyhan melakukannya, jika bukti saja dirinya tidak punya?

"Mau saya antar?" Bilqis langsung menggenggam surat tersebut ketika mendengar Alfi bertanya. Entah sejak kapan pria itu ada di belakangnya.

Bilqis langsung menggeleng pelan menjawab tawaran tersebut. Tangannya kembali gemetar, dirinya takut Alfi mengetahui tentang surat ini.

"Beneran gak mau? Saya lagi baik hati lho," Bilqis terkekeh, berusaha agar tidak terlihat gugup.

"Iya, kamu istirahat aja, kalo ada apa-apa langsung telpon aku aja, aku ke kampus cuman mau ngumpulin tugas kok," ucapnya seraya menarik tangan Alfi agar bisa dirinya cium.

Alfi langsung mengelus kepala Bilqis ketika gadis itu mencium punggung dan telapak tangannya.

"Itu gumpalan kertas apa?"

Deg!

Astaghfirullah, bagaimana bisa dirinya lupa kalo tangan kanannya sedang menggenggam kertas itu?

"Oh, ini sampah aku, mau sekalian di buang, aku berangkat ya, assalamualaikum." gadis itu langsung bergegas keluar rumah. Sebelum itu, ia membuang gumpalan kertas itu di tempat sampah yang ada di samping pintu.

"Wa'alaikumussalam,"

Bilqis langsung menghampiri satpam yang bertugas di rumahnya. Gadis itu ingin menyampaikan sesuatu sebelum pergi.

"Assalamualaikum Pak,"

"Eh, wa'alaikumussalam Non, ada apa?"

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang