37. Penolakan keluarga Bilqis

2.3K 238 32
                                    

Assalamualaikum...

Maaf telat up, aku baru sempat ngetik sekarang:)

Happy reading!

.
.
.

"Kita harus melakukan tindakan operasi secepatnya, lukanya cukup dalam, dokter Alfi. Saya butuh izin dari Anda, selaku walinya."

"Mana berkasnya? Biar saya tanda tangani." ucap Alfi pada dokter Sabila, dokter yang menangani Bilqis. Di rumah sakit ini hanya tersisa Fahrizal dan Alfi, sedangkan Arga dan Roy sedang mengurus Rere.

"Nggak perlu! Gue yang lebih berhak memberikan izin, bukan lo!" jawab Fahrizal cepat. Dokter Sabila menatap mereka secara bergantian, dokter yang berusia 48 tahun itu nampak mengerutkan alisnya bingung.

Alfi menggeram menahan amarahnya, cukup kejadian beberapa waktu lalu sudah membuatnya merasa murka, dan sekarang Abang iparnya ini malah kembali memancing emosinya.

"Gue suaminya!"

"Gue abangnya!" jawab Fahrizal cepat. Keduanya saling tatap dengan tajam, hingga Adhil yang baru datang langsung mengambil alih berkas yang berada di tangan suster yang ada di samping dokter Sabila.

"Saya yang akan menjadi walinya." Adhil langsung menandatangani berkas tersebut. Fahrizal dan Alfi yang tadi saling menatap langsung beralih menatap Adhil.

Adhil langsung menyerahkan kembali berkas yang sudah ia tanda tangani. Dokter Sabila dan rekannya langsung bergegas menyiapkan operasi tersebut. Adhil langsung menghampiri Hani yang duduk dengan raut wajah yang khawatir, matanya terlihat sembab, bahkan bibirnya sampai bergetar.

"Pu-tri kita akan baik-baik saja, kan?" tanya Hani dengan lirih.

Tangan Adhil merengkuh tubuh istrinya, "Iya sayang, putri kita perempuan yang kuat,"

Setelah merasa istrinya tenang, Adhil langsung berdiri lalu menatap Alfi dan juga Fahrizal secara bergantian.

"Saya minta maaf Alfi, saya tau untuk saat ini kamu yang bertanggung jawab atas putri saya. Tapi, setelah istri saya menjelaskan masalah kamu dan Bilqis, serta ajakan cerai dari kamu, saya rasa, kamu sudah kehilangan hak atas putri saya. Apalagi kamu dengan lancang membuat putri saya menangis, saya sebagai ayahnya tidak akan diam saja melihat putri kesayangan saya di sakiti. Setelah putri saya pulih, secepatnya akan saya urus perceraian kalian."

Alfi meluruhkan bahunya. Pria itu langsung menatap Adhil dengan sorot sendunya. Perkataan yang di ucapkan Adhil bagaikan petir di siang bolong baginya. Ini memang salahnya, tapi ia tidak rela jika harus berpisah dengan Bilqis. Bukannya istrinya juga tidak ingin berpisah? Mereka sama-sama tidak ingin berpisah, kenapa Adhil ingin memisahkan mereka?

"Pa, Alfi tau Alfi salah. Tapi tolong, berikan Alfi kesempatan untuk--"

"Kesempatan seperti apa? Bukannya kami sudah memberi kamu kesempatan? Dan kamu malah mengajak Bilqis bercerai. Apa itu yang dinamakan memanfaatkan kesempatan yang kami berikan? Jika saja saya tau dari awal bahwa niat kamu menikahi putri saya hanya karena dendam Adik kamu, saya tidak akan memberikan izin." potong Adhil cepat.

"Nggak Pa, awalnya memang seperti itu, tapi sekarang Alfi cinta sama Bilqis. Alfi pikir Bilqis tersiksa karena bertahan bersama dengan Alfi, tapi Alfi salah, ajakan Alfi ternyata semakin membuat dia terluka. Alfi--"

Bugh!

Bukan! Bukan Fahrizal ataupun Adhil yang memukul Alfi. Melainkan Chandra yang baru saja datang bersama Gladis dan Elrica. Suasana menjadi semakin kacau, Adhil yang melihatnya menunduk, dia tidak ingin memperkeruh keadaan. Apalagi mereka sedang di rumah sakit.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang