42. Gara-gara mantan

1.9K 209 51
                                    

Assalamualaikum!

Tandain typo dan happy reading!

.
.
.

"Aku pengen minta izin sama kamu,"

Alfi yang sedang menikmati sarapannya mengernyit bingung. Ia menatap Bilqis dengan pandangan bertanya-tanya.

"Izin apa?"

"Ak-u mau berhenti kuliah." hening, Alfi masih mencerna perkataan Bilqis.

Bilqis kembali bersuara, "Maaf, tapi aku benar-benar gak mau fokus aku sama kamu terbagi, aku mau fokus sama kamu aja, kamu izinin, kan?"

Senyum Alfi tak dapat ia tahan. Pria itu langsung merapatkan kursinya dengan Bilqis. Tangannya langsung menangkup pipi sang istri dengan lembut.

"Makasih, makasih dan makasih. Aku beneran terharu banget sama antusias kamu buat ngurusin aku. Aku beruntung banget punya kamu. Untuk masalah kamu mau berhenti kuliah, itu jadi hak kamu. Aku gak akan ngelarang kamu buat berhenti kuliah, kalau menurut kamu itu yang terbaik buat kamu, aku akan selalu dukung kamu."

"Kamu gak keberatan kalau istri kamu bukan sarja--"

"Hei, aku gak nuntut kamu buat bergelar sarjana. Bagaimanapun dan seperti apapun istri ku ini, aku akan tetap cinta sama dia,"

Senyum Bilqis langsung mengambang. Wanita itu mengelus tangan Alfi yang ada di pipinya.

"Makasih," keningnya ia satukan dengan kening Alfi.

Alfi tersenyum lembut. Pria itu menggesekkan hidung keduanya, membuat Bilqis yang memejamkan matanya langsung membuka mata. Ia tersenyum, lalu kembali menggesekkan hidung mereka.

"I love you, baby." Bilqis tidak menjawab. Wanita itu malah memejamkan matanya dengan senyum tertahan.

"Love you," Alfi kembali mengulang. Pria itu mengharapkan balasan atas pernyataannya, tapi sepertinya istrinya itu tidak berniat membalasnya. Membuat Alfi berdecak kesal. Pria itu langsung menjauhkan wajahnya.

Kini ia menangkup pipi Bilqis lalu menatap kedua mata istrinya dengan serius.

"Love you!" nada bicaranya bahkan terdengar semakin kesal. Bukannya membalas pernyataannya, Bilqis malah tertawa. Wanita itu merasa lucu dengan ekspresi sang suami.

"Sayang! Kamu gak ada niatan mau balas pernyataan aku?"

"Lho? Bukannya ucapan kamu ini balasan atas pernyataan aku dulu yang belum sempat kamu balas?" tanya Bilqis seraya terkekeh.

"Ck, aku pengen denger lagi," balasnya dengan nada merajuk. Sungguh! Bilqis rasa Alfi benar-benar tidak seperti Alfi yang ia kenal berwibawa. Alfi yang ini terlihat seperti anak usia delapan tahun yang merajuk karena tidak di belikan mainan.

"I love you, Bilqis Khumaira!" ulangnya lagi, berharap mendapat jawaban dari sang istri.

Tangan Bilqis terangkat mengusap pipi Alfi. Pria itu kembali berdecak, belum sempat ia melontarkan kalimat cinta lagi, sang wanita sudah memotong terlebih dahulu.

"I love you more, hubby."

Cup!

*****

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang