Assalamualaikum.
Happy reading!
.
.
."Ada yang ingin kamu sampaikan?" Bilqis langsung mengernyit heran mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Alfi. Bukannya Alfi yang ingin membicarakan sesuatu? Lalu mengapa tiba-tiba malah melontarkan pertanyaan itu pada dirinya?
"Aku gak mau bicarain apapun kok, bukannya kamu yang mau ngomongin sesuatu?" tanya Bilqis seraya menopang dagunya. Keduanya duduk bersebelahan di sofa yang ada di kamar mereka.
Tangan Alfi terulur menggenggam tangan Bilqis. "Kamu tau kan sebuah hubungan harus di landasi dengan kejujuran? Kalo kamu nyembunyiin hal yang penting dari saya, apa saya masih bisa menganggap diri saya penting bagi kamu?"
Bilqis mengerjapkan matanya. Wanita itu langsung menundukkan kepalanya, menatap genggaman tangan Alfi pada tangannya. Apa suaminya ini mengetahui teror yang dirinya alami? Tapi siapa yang memberi tahu suaminya? Dari pada dirinya salah paham, lebih baik dirinya memperjelas apa yang di tanyakan suaminya ini.
"Kamu lagi bahas apa?"
"Sesuatu yang kamu sembunyikan."
Bilqis langsung menarik tangannya dari genggaman Alfi. Mendadak dirinya menjadi khawatir. Khawatir jika suaminya mengetahuinya, khawatir suaminya akan marah karena ia menyembunyikannya, khawatir jika suaminya nanti akan jadi sasaran sang peneror, dan masih banyak kekhawatiran yang dirinya pikirkan.
"Aku gak tau kamu bahas apa, aku mau nyiapin makan siang dulu," Bilqis berdiri, hendak menghindari pertanyaan Alfi yang lainnya.
Alfi dengan segera menahan pergelangan tangan Bilqis.
"Saya belum selesai bicara, lagipula di dapur sudah ada Mbok Ami dan Mbak Asni, cukup mereka saja yang nyiapin," Bilqis kembali duduk. Wanita itu memilin tangannya, gugup.
Alfi mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Pria itu menyodorkan satu buah kertas pada Bilqis.
"Tidak mau menjelaskan?" tanya Alfi seraya bersedekap dada. Bilqis menatap kertas itu dan Alfi secara bergantian. Tunggu dulu! Bukannya dirinya sudah membuang kertas itu? Lalu kenapa kertas itu tiba-tiba ada di tangan suaminya? Bilqis langsung menundukkan kepalanya.
"Perkiraan saya, teror itu dari seorang pria. Dan sudah di pastikan dia menyukai kamu," ucap Alfi lagi.
Bilqis mendongak, menatap Alfi dengan takut. "Maaf, aku gak bermaksud mau nyembunyiin ini,"
"Lalu? Jika kamu tidak berniat menyembunyikan ini, kenapa sampai sekarang tidak memberitahu saya? Apa segitu tidak pentingnya saya bagi kamu?" Bilqis menggeleng dengan cepat.
"Bukan! Aku gak bermaksud gitu, aku cuman takut kamu jadi sasarannya juga, aku takut kamu kenapa-napa, aku takut orang itu--" ucapannya terpotong ketika Alfi membawanya kedalam dekapan pria itu.
Bilqis menghela napas, tangan wanita itu bergerak membalas pelukan sang suami.
"Aku gak bermaksud mau nyembunyiin itu, by. Aku benar-benar gak tau harus gimana, aku bingung." ucapnya dengan lirih.
Alfi menguraikan pelukannya. Pria itu menangkup wajah Bilqis dengan sayang.
"Dengar! Mulai sekarang, apapun masalah kamu, menjadi masalah saya juga. Dan kita akan menyelesaikan masalah itu bersama. Saya gak mau kamu merasa tertekan dengan memendam masalah kamu. Kamu gak usah khawatir kalo saya bakalan jadi incaran dia, dia yang akan jadi incaran saya." bibir Bilqis membentuk lengkungan. Ia merasa beruntung memiliki suami seperti Alfi.
Tangan wanita itu terangkat untuk mengelus tangan Alfi yang masih menangkup pipinya.
"Makasih banyak, makasih karena respons positif kamu ini. Aku beneran merasa beruntung banget punya kamu." wanita itu kembali memeluk tubuh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilqis Khumaira [End]
Spiritual{spin off senja terakhir} Bagi Bilqis, hal yang paling sakit yang pernah ia alami adalah kehilangan sahabat yang sangat ia kasihi. Syifa bukan hanya sahabat, tapi juga saudari baginya. Bilqis kesepian, dirinya merasa hampa. Hingga, suatu ketika seor...