36. Pengorbanan Bilqis

2.2K 226 55
                                    

"Maksud lo apa Arga?!"

"Gue gak tau, tapi kata petugas, saat itu Rere sedang sakit, jadi di bawa ke rumah sakit, entah bagaimana ceritanya gadis itu berhasil kabur. Gue takut sesuatu terjadi sama istri lo,"

"Sh*t!" umpat Alfi. Fahrizal yang sedari tadi diam langsung mengambil ponselnya, berniat menelpon sang Umma untuk menanyai keberadaan sang Adik. Namun, belum sempat ia menekan nomor tersebut, sang Umma langsung menghubunginya. Fahrizal langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Fahri, ya Allah Nak, Umma khawatir banget sama Iqis. Nak, tolong cari Adik kamu, tadi dia pulang sambil nangis, terus pas liat ponselnya langsung lari tanpa pamit gitu aja, Umma khawatir banget. Papa kamu juga gak bisa di hubungi." dapat Fahrizal dengar Ummanya terisak diakhir kalimatnya. Fahrizal mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Ia tidak bisa mendengar Ummanya menangis.

"Umma tenang, Fahrizal sama Alfi dan yang lainnya bakalan ngelacak keberadaan Bilqis, tapi Umma jangan nangis atau sedih, Buna mana? Umma minta temani sama Buna dulu, okay? Jangan terlalu memikirkan masalah ini,"

"T--api kamu harus janji untuk bawa Adik kamu,"

"Pasti."

Fahrizal langsung mematikan panggilan secara sepihak.

"Kenapa?" tanya Alfi.

"Bilqis gak ada di rumah,"

"Maksud lo apa? Dia udah di rumah, gue sendiri yang mastiin," jawab Alfi dengan cepat.

"Dia pergi lagi, Alfi. Sekarang gue tanya sama lo, kenapa pas dia pulang dia nangis, hah?! Lo apain Adek gue?!" Alfi tidak menjawab. Pria itu di serang rasa khawatir.

"Stop! Kalian kenapa malah berantem? Harusnya kita cari keberadaan dia, gue yakin ini perbuatan Rere." Roy menengahi mereka. Fahrizal menghela napas seraya beristighfar, pria itu langsung berdiri menuju komputernya, mencoba melacak keberadaan sang Adik.

*****


Bilqis keluar dari mobilnya. Ia mencengkram kuat ujung jilbabnya ketika melihat bangunan kosong yang ada di depannya. Wanita itu masuk secara perlahan ke gedung itu, matanya bergerak mencari objek yang ia cari, tapi ia tidak menemukan apapun.

Keningnya langsung mengerut ketika samar-samar mendengar suara rintihan seseorang. Ia perlahan mendekati asal suara tersebut, mencoba mengintip kejadian yang membuatnya penasaran.

"Sssstt, lepasin gue anj*ng! Gue gak ada urusan sama lo!" bentak Gladis saat Rere dengan lancang menggoreskan pisau ke kakinya. Bahkan ia beberapa kali ditampar dan dipukul oleh gadis itu.

"Gak ada hubungannya lo bilang? Gara-gara Abang lo, Bilqis gue jadi nikah sama dia, dan gue bakalan balasin dendam gue dengan nyekap lo, atau gue bisa aja bebasin lo, asalkan Bilqis mau jadi pendamping hidup gue."

Mata Gladis langsung membola ketika mendengar hal tersebut. Jadi gadis di depannya ini penyuka sesama jenis? Dan apa tadi katanya? Ia menyukai Bilqis?

"Gila! Itu derita lo bangs*t! Kalo dia gak suka sama lo bukan gue yang lo jadiin umpan, dia gak mungkin datang!" Gladis mengumpat. Tidak mungkin wanita yang masih menjabat status sebagai Kakak iparnya itu mau menyelamatkannya.

"Ohya?" Rere maju, gadis itu mengelus ujung pisau ke pipi Gladis.

"Sekali lagi lo bicara buruk tentang dia, Lo bakalan gue singkirkan dari dunia ini," Gladis nampak gemetaran, apa yang ada di pikiran Rere? Kenapa gadis itu sampai nekat berbuat seperti ini?

"Rere hentikan!" Bilqis sudah tidak bisa melihat Gladis di perlakukan seperti itu oleh Rere.

Rere yang mendengar suara Bilqis langsung tersenyum senang. Gadis itu langsung beralih ke belakang Gladis yang terikat. Ia malah mengarahkan pisau ke leher Gladis, membuat Bilqis membulatkan matanya. Gladis yang di perilakukan seperti itu sudah berkeringat dingin. Ia sempat terkejut ketika melihat Bilqis datang, apa yang wanita itu lakukan?

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang