39. Penyesalan Gladis

2.3K 253 109
                                    

Happy reading!

.
.
.

"Kamu istirahat dulu, aku mau ke ruangan sebelah dulu, oke?"

Bilqis mengangguk. Bibirnya tertarik memberikan Alfi senyuman. Alfi membantu Bilqis kembali merebahkan dirinya. Tangan pria itu mengelus pipi Bilqis.

"Aku temenin sampai kamu tidur,"

"Gak usah, kamu kerja aja."

"Aku nemenin kamu dulu, kamu diem gak usah ngebantah." Bilqis menghela napas pasrah. Wanita itu kemudian memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Dapat ia rasakan tangan yang tadi berada di pipinya berpindah ke punggung tangannya, mengelusnya dengan lembut.

Matanya kembali ia buka, membuat pria yang mengelus punggung tangannya menatapnya.

"Gak bisa tidur, istirahat gak harus tidur, kan?" tanyanya sedikit merengek. Alfi terkekeh melihat ekspresi Bilqis yang cukup menggemaskan.

Tangan pria itu langsung mencubit dengan gemas pipi sang istri. "Yaudah, aku tungguin sampai ada yang nemanin kamu." Bilqis langsung tersenyum mengiyakan.

Keduanya hanya saling menatap seraya melempar senyum. Mereka hanyut dalam tatapan masing-masing, hingga suara pintu terbuka, membuat mereka langsung mengalihkan tatapannya.

Alfi langsung melayangkan tatapan tajamnya ketika melihat orang yang baru saja masuk tersebut. Gadis yang baru masuk itu langsung menunduk dalam ketika melihat raut tidak suka dari Abangnya.

"Ngapain ke sini?" tanyanya dingin. Bilqis yang mendengarnya langsung menatap Alfi dengan alis terangkat.

"M-au jenguk Bilqis," jawabnya dengan lirih.

"Dia gak butuh kamu jenguk! Keluar dari sini,"

"Hubby..." lirih Bilqis seraya memegang pergelangan tangan Alfi.

"Ayo sini Gladis, kenapa berdiri di sana?" tanyanya berusaha ramah. Alfi menggeram kesal ketika mendengar Bilqis menyuruh Gladis mendekatinya, apa istrinya itu lupa bagaimana Gladis memperlakukan dirinya selama ini?

"Biarin dia, kamu gak usah peduli sama dia. Ngapain peduli sama orang yang gak peduli sama kamu?"

"Maaf, aku cuma mau jenguk Bilqis. Tapi kalau kehadiran aku gak di harapkan, aku pergi aja."

"Gladis," Gladis yang sudah berbalik langsung kembali menatap Bilqis.

"Ayo sini!" ajak Bilqis. Gladis menatap Alfi sekilas, lalu menggeleng seraya tersenyum tipis.

Bilqis beralih menatap Alfi, "Kamu kenapa gitu? Gladis niatnya baik lho, dia mau jenguk orang yang sakit. Rasulullah pernah bersabda, apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Kurang lebih gitu potongan hadistnya. Dan Gladis udah baik mau jenguk aku, masa ada orang yang berniat baik malah kamu halangin?" ucap Bilqis seraya menatap Alfi dengan raut menggemaskannya.

Alfi menghela napas. Jika saja bukan karena Bilqis, tidak akan ia biarkan gadis yang berstatus sebagai adiknya itu mendekati istrinya.

Gladis semakin menunduk. Sekarang dirinya tahu mengapa Alfi begitu memuja Bilqis, lihat saja bagaimana wanita itu memberikan nasihat dengan sangat lembut. Bahkan ia tidak memiliki dendam sama sekali kepada dirinya yang dengan sangat jelas menjadi penghalang hubungan mereka.

"Kamu kenapa masih berdiri di situ? Tenang aja, Abang kamu gak bakalan marah kok." ucap Bilqis berusaha menenangkan Gladis yang masih menampilkan wajah takutnya karena tatapan Alfi.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang