31. Walimatul ursy Gus Akbar

1.8K 212 20
                                    

"Abang mau ke mana?"

"Astaghfirullah..." Fahrizal memegang dadanya lantaran terkejut karena kemunculan adiknya yang tiba-tiba.

"Kamu kenapa masih di sini, cil? Kenapa gak pulang ke rumah suami kamu? Suami kamu belum pulang?" tanya Fahrizal lantaran sang Adik dari tadi malam berada di rumah mereka.

"Belum juga sampe satu hari Iqis di sini, udah diusir aja." gerutunya sebal.

Fahrizal menghela napas kasar, "Bukan gitu maksudnya." Bilqis hanya mencebikkan bibirnya, membuat Fahrizal tersenyum gemas.

"Emang Abang mau ke mana? Kok rapi gitu? Kan ini hari libur."

Fahrizal membenarkan letak jasnya sebelum menjawab.

"Kamu lupa? Hari ini walimatul ursynya Gus Akbar." Bilqis langsung menepuk jidatnya. Bagaimana bisa dirinya lupa? Ini semua karena dirinya terlalu fokus pada masalah rumah tangganya.

"Iqis ikut! Abang tunggu sebentar, Iqis siap-siap dulu." setelah melihat Fahrizal mengangguk, Bilqis langsung ngacir ke kamarnya.

Tangan Fahrizal mengetik sesuatu di handphonenya, berusaha menjawab pertanyaan orang yang mengirimi dirinya pesan. Setelah menjawabnya, pria itu langsung menyimpan kembali handphonenya. Melirik arlojinya sejenak, ia menggelengkan kepalanya pelan, sudah sepuluh menit, tapi adiknya itu belum terlihat. Apa wanita itu sedang berdandan?

Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya yang ditunggu keluar, bertepatan dengan Adhil dan Hani yang juga ingin menghadiri acara tersebut.

"Lho? Bukannya Fahrizal udah berangkat dari tadi?" tanya Hani lantaran melihat sang putra masih ada di rumah mereka.

"Iya, Umma. Awalnya udah mau berangkat, cuma ada orang yang minta di tungguin."

Bilqis memutar bola matanya malas, "Halah, palingan Abang sengaja mau berangkat awal Umma, mau modus sama Ning Safa."

Adhil dan Hani terkekeh ketika melihat sang putri dan putra malah saling menatap dengan sengit.

"Udah, lebih baik kita berangkat, di satu mobil yang sama aja, ya?" Adhil langsung menjadi penengah antara keduanya.

"Ayo, Pa!" Bilqis langsung menggandeng lengan Adhil, membuat Hani menggelengkan kepalanya.

"Bilqis, itu ayangnya Umma." Fahrizal yang mendengarnya langsung memasang ekspresi ingin muntah. Pria itu langsung merangkul sang Umma.

"Umma sama Fahri aja."

"Hahah! Iya! Abang sama Umma aja." balas Bilqis berbalik. Dirinya tersenyum senang melihat sang Umma yang berjalan mendekati mereka bersama Fahrizal yang merangkulnya. Adhil tertawa kecil lalu langsung mendekati Hani dan menyingkirkan Fahrizal. Membuat sang empu mendengus tak suka. Orang tuanya memang tidak ingat dengan umur.

"Nanti bidadarinya Papa marah kalau di tinggal."

"Ih, geli!" balas Bilqis.

"Kaya situ gak bucin aja." belum sempat Bilqis menanggapi ucapan Fahrizal, Adhil langsung membuka pintu, dan hal itu membuat Bilqis mematung karena melihat orang yang ada di depan pintu tersebut.

"Ya Allah, menantu. Kamu udah pulang dari luar kota?" tanya Hani yang kini melepaskan rangkulan sang suami. Dirinya tentu malu ketika dilihat oleh Alfi, berbeda ketika dilihat oleh anak-anaknya.

"Assalamualaikum Umma, Papa." Alfi tidak menjawab pertanyaan Hani, ia malah memberikan salam pada mertuanya seraya tersenyum canggung.

Setelah mendengar jawaban salamnya, Alfi langsung menatap Bilqis yang masih diam mematung.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang