28. Kemarahan Gladis

1.8K 200 42
                                    

Assalamualaikum

Selamat sahur...

Tandain typo dan...

Happy reading!

.
.
.

"Maaf ya, gara-gara aku lengan kamu jadi luka kaya gini."

Alfi tersenyum ketika melihat raut khawatir itu. Dielusnya pipi sang istri lalu memberikan kecupan singkat pada pipi itu.

"I'm fine, I'll do anything for you." pipi Bilqis langsung merona. Pria itu kenapa masih sempat menggombali dirinya? Astaghfirullah, Bilqis benar-benar tidak bisa menkondisikan raut wajahnya. Bibirnya berkedut menahan senyum, wanita itu langsung menunduk dalam. Tidak ingin sang suami melihat dirinya sedang salah tingkah.

"Salting ya?" goda Alfi, membuat Bilqis memukul pelan paha pria itu. Setelahnya, Bilqis langsung menatap Alfi dengan dalam. Alfi mengerutkan alisnya bingung, tangannya mengelus pipi Bilqis dengan lembut.

"Kenapa, hm?"

"Aku cuman mikirin Rere, aku masih gak nyangka dia penyuka sesama jenis. Aku kira dia gak kaya gitu, pantas aja selama ini dia berusaha deketin aku terus." Bilqis kembali menunduk.

Tangan Alfi mengangkat dagu Bilqis dengan lembut, "Yang penting sekarang semuanya baik-baik aja, kamu gak usah mikirin dia lagi, ya?" Bilqis menganggukan kepalanya. Tangannya mengelus luka sayatan di lengan Alfi.

"Ohya, aku lupa, Abang aku kemana ya?"

"Iya, udah ngilang aja orang itu." balas Alfi. Mereka berdua benar-benar tidak sadar pria itu pergi kemana.

"Aku mau nyari Abang dulu, ya?"

"Aku ikut."

"Tapi kamu sa--"

"Yang luka tangan aku, bukan kaki aku." Bilqis menghembuskan napasnya mendengar hal tersebut. Ia lupa pria itu cukup keras kepala.

"Terserah," oke! Ini adalah kata sakral dari mulut seorang wanita.

Saat Bilqis hendak berjalan mendahului Alfi, pria itu langsung menahan pergelangan tangan sang istri.

"Kamu marah?" Bilqis langsung mengerutkan alisnya bingung, memangnya raut wajahnya terlihat marah?

"Emang aku keliatan marah?"

"Biasanya, perempuan kalau udah nyebut kata sakral itu, berarti lagi marah." kening Bilqis kembali mengerut. Wanita itu mencoba mengingat kembali kata yang ia ucapkan. Detik berikutnya ia terkekeh kecil. Rupanya hanya karena kata 'terserah' sang suami malah menuduh dirinya marah.

"Aku bukan tipikal cewek yang kalau marah bilang kata-kata kaya gitu. Aku lebih suka mengutarakan perasaan aku, jadi kamu tenang aja, aku gak seribet itu kok."

Ah, bagaimana bisa Alfi lupa bahwa istrinya adalah Bilqis? Wanita yang kelihatannya sangat kekanakan di luar tapi lembut di dalam. Wanita ini benar-benar sudah berhasil merebut hatinya, tapi ia masih belum bisa jujur pada wanitanya. Ia takut wanitanya memilih pergi.

"Kamu jadi ikut nyari Abang?" lamunan Alfi langsung buyar ketika mendengar pertanyaan itu. Pria itu langsung berdiri lalu mengikuti langkah istrinya keluar dari rumahnya, bertepatan dengan datangnya dua art mereka. Mbak Asni dan Mbok Ami yang di suruh ibu mertuanya untuk membersihkan rumah mereka, karena art di rumah tersebut sedang pulang kampung. Alhasil, Ibu mertuanya merekrut kedua art mereka.

"Mau kemana Den, Non?"

"Eh, udah pulang ya? Ini kami mau nyari Abang, Mbok. Mbok sama Mbak Asni liat gak?" jawab Bilqis ketika mendapat pertanyaan dari Mbok Ami.

Bilqis Khumaira [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang